ElBaradei jadi PM Mesir, Israel khawatir
A
A
A
Sindonews.com - Penunjukan Mantan Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohammed ElBaradei menjadi Perdana Menteri (PM) Mesir mengingatkan Israel atas kondisi di mana redupnya langkah maju tentang pembahasan masalah nuklir Iran.
"Saya sangat khawatir dengan penunjukkan ElBaradei menjadi PM Mesir," ungkap Itamar Rabinovich, mantan Duta Besar Israel di Washington kepada Radio Israel, Minggu (7/7/2013).
"Selama bertahun-tahun dia terlihat sangat nyaman dengan Iran. Tanpa kelembutannya, Iran tidak mungkin menempati posisi mereka saat ini (merujuk program pengembangan nuklir Iran). Saya tidak mengira dia punya tujuan yang nyaman bagi Isreal, tapi itu harus melalui tahap pengujian sebelumnya," ungkap Rabinovich.
Setelah kudeta terhadap Presiden Mesir Mohammed Morsi, Israel telah berdiam diri dengan kecenderungan pengangkatan ElBaradei sebagai PM Mesir. Ketidaksukaan Israel terhadap ElBaradei terlihat mencolok, setelah dia memutuskan untuk mundur, meski telah 12 tahun menjabat sebagai kepala IAEA pada 2009 lalu.
Seperti diketahui, akhir pekan kemarin, Presiden sementara Mesir, Adly Mansour telah melakukan pembicaraan dengan gerakan Tamarod, kelompok yang telah melakukan rekayasa penggulingan Morsi. Aya Hosni, seorang anggota di komite pusat Tamarod mengkonfirmasi pengangkatan ElBaradei ini.
"Setelah ini, mantan Menteri Dalam Negeri Ahmed Gamal El-Din akan bertanggung jawab atas urusan keamanan, sementara ekonom Ahmed al-Naggar akan menjadi Menteri Keuangan Mesir yang baru," ungkap Hosni.
ElBaradei (71) kembali ke Mesir pada 2010 lalu, sejak itu dia menjadi veteran yang paling kuat menentang kekuasaan Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, hingga akhirnya dia digulingkan pada 2011 lalu. Peraih nobel perdamaian pada 2005 lalu atas jasanya sebagai pemimpin Badan Energi Atom Internasional PBB.
"Saya sangat khawatir dengan penunjukkan ElBaradei menjadi PM Mesir," ungkap Itamar Rabinovich, mantan Duta Besar Israel di Washington kepada Radio Israel, Minggu (7/7/2013).
"Selama bertahun-tahun dia terlihat sangat nyaman dengan Iran. Tanpa kelembutannya, Iran tidak mungkin menempati posisi mereka saat ini (merujuk program pengembangan nuklir Iran). Saya tidak mengira dia punya tujuan yang nyaman bagi Isreal, tapi itu harus melalui tahap pengujian sebelumnya," ungkap Rabinovich.
Setelah kudeta terhadap Presiden Mesir Mohammed Morsi, Israel telah berdiam diri dengan kecenderungan pengangkatan ElBaradei sebagai PM Mesir. Ketidaksukaan Israel terhadap ElBaradei terlihat mencolok, setelah dia memutuskan untuk mundur, meski telah 12 tahun menjabat sebagai kepala IAEA pada 2009 lalu.
Seperti diketahui, akhir pekan kemarin, Presiden sementara Mesir, Adly Mansour telah melakukan pembicaraan dengan gerakan Tamarod, kelompok yang telah melakukan rekayasa penggulingan Morsi. Aya Hosni, seorang anggota di komite pusat Tamarod mengkonfirmasi pengangkatan ElBaradei ini.
"Setelah ini, mantan Menteri Dalam Negeri Ahmed Gamal El-Din akan bertanggung jawab atas urusan keamanan, sementara ekonom Ahmed al-Naggar akan menjadi Menteri Keuangan Mesir yang baru," ungkap Hosni.
ElBaradei (71) kembali ke Mesir pada 2010 lalu, sejak itu dia menjadi veteran yang paling kuat menentang kekuasaan Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, hingga akhirnya dia digulingkan pada 2011 lalu. Peraih nobel perdamaian pada 2005 lalu atas jasanya sebagai pemimpin Badan Energi Atom Internasional PBB.
(esn)