Situasi Mesir memburuk, Presiden Interim bikin jadwal Pemilu
A
A
A
Sindonews.com - Pemimpin sementara Mesir, Adly Mansour, sudah membuat jadwal Pemilu baru, di tengah situasi Mesir yang sedang memburuk akibat aksi kekerasan usai pelengseran Mohamed Morsi dari kursi Presiden Mesir. Jumlah korban tewas, dalam aksi kekerasan di Mesir pasca-pelengseran Morsi, mencapai 51 orang.
Mansour mengeluarkan dekrit berisi penetapan jadwal referendum pengubahan konstitusi dan Pemilu Parlemen pada akhir Januari 2014 mendatang.
”Mansour juga akan mengumumkan tanggal untuk pemilihan presiden, setelah Pemilu Parlemen rampung,” tulis kantor berita MENA, dikutip Reuters, Selasa (9/7/2013).
Presiden Interim Mesir pengganti Morsi itu, terpaksa menunda pengumuman nama perdana menteri yang baru, karena terjadi pembantaian di luar markas Pengawal Elit Republik.
Pihak militer menyalahkan "teroris" dalam penembakan di luar markas militer itu. Sementara saksi mata, termasuk pendukung Ikhwanul Muslimin di lokasi kejadian, mengatakan pasukan keamanan hanya menembakkan tembakan peringatan dan gas air mata. Menurut mereka, pelaku penembakan adalah “preman" berpakaian sipil.
Pihak Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Mesir, mengatakan, pembantaian yang terjadi Senin kemarin, adalah pemberontakan orang-orang besar dari Mesir yang berusaha untuk mencuri revolusi mereka dengan tank.
”Kami mendesak masyarakat internasional dan kelompok-kelompok internasional untuk menghentikan pembantaian lebih lanjut, dan mencegah Suriah baru di dunia Arab,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Mansour mengeluarkan dekrit berisi penetapan jadwal referendum pengubahan konstitusi dan Pemilu Parlemen pada akhir Januari 2014 mendatang.
”Mansour juga akan mengumumkan tanggal untuk pemilihan presiden, setelah Pemilu Parlemen rampung,” tulis kantor berita MENA, dikutip Reuters, Selasa (9/7/2013).
Presiden Interim Mesir pengganti Morsi itu, terpaksa menunda pengumuman nama perdana menteri yang baru, karena terjadi pembantaian di luar markas Pengawal Elit Republik.
Pihak militer menyalahkan "teroris" dalam penembakan di luar markas militer itu. Sementara saksi mata, termasuk pendukung Ikhwanul Muslimin di lokasi kejadian, mengatakan pasukan keamanan hanya menembakkan tembakan peringatan dan gas air mata. Menurut mereka, pelaku penembakan adalah “preman" berpakaian sipil.
Pihak Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Mesir, mengatakan, pembantaian yang terjadi Senin kemarin, adalah pemberontakan orang-orang besar dari Mesir yang berusaha untuk mencuri revolusi mereka dengan tank.
”Kami mendesak masyarakat internasional dan kelompok-kelompok internasional untuk menghentikan pembantaian lebih lanjut, dan mencegah Suriah baru di dunia Arab,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.
(esn)