Pemerintah Libanon sikapi penemuan ladang minyak baru Israel
A
A
A
Sindonews.com - Perdana Menteri Libanon, Najib Miqati, hari ini mengadakan pertemuan dengan Menteri Energi Libanon untuk membahas ladang minyak Libanon yang terancam dieskploitasi Israel. Dalam pertemuan itu, Miqati dan Bassil akan membahas tindakan apa yang harus dilakukan ke depannya.
Pertemuan itu terjadi setelah Bassil memperingatkan, bahwa minyak mentah Libanon di wilayah perairan terancam disedot Israel. Ancaman itu datang pasca Israel mengklaim telah menemukan cadangan minyak baru di lepas pantai, yang jaraknya hanya 4 km dekat perairan teritorial Libanon.
Menurut Bassil, pada prinsipnya Israel dapat membor cadangan minyak itu secara horizontal maupun vertikal di ladang minyak yang baru saja mereka temukan. Tapi, langkah mereka itu sangat berpotensi menjangkau cadangan minyak Libanon, jika ladang minyak Israel dan Libanon berada di wilayah yang sama di bawah laut.
Bassil kemudian mendesak pemerintah untuk mengadakan sidang luar biasa guna meratifikasi keputusan membuka jalan bagi negara untuk memulai eksplorasi minyak dan gas wilayah perairan mereka. Sementara itu, Miqati bersumpah, bahwa pemerintahannya akan menindaklajuti permasalahan ini, termasuk melakukan kontak dengan PBB guna mencegah Israel melanggar eksplorasi minyak Libanon.
Sebelumnya Miqati mengatakan, eksplorasi minyak dan gas adalah priotitas bagi pemerintah Libanon dan mereka tertarik untuk melestarian sumber daya alam yang ada di Libanon. "Eksplorasi minyak di masa depan sebagian besar akan memberikan kontribusi untuk membayar utang publik Libanon," katanya.
"Kabinet sebelumnya telah mengambil serangkaian keputusan penting untuk menyikapi masalah itu. Namun, pemerintah Libanon butuh langkah konkrit lebih lanjut," ungkap Miqati.
Klaim Israel atas cadangan minyak dan gas di Laut Mediterania itu telah meningkatkan ketegangan antara Lebanon dan Israel, sumber daya alam yang tersimpan di bawah lahan seluas 854 kilometer persegi itu dicurigai mampu menghasilkan miliaran dolar.
Pertemuan itu terjadi setelah Bassil memperingatkan, bahwa minyak mentah Libanon di wilayah perairan terancam disedot Israel. Ancaman itu datang pasca Israel mengklaim telah menemukan cadangan minyak baru di lepas pantai, yang jaraknya hanya 4 km dekat perairan teritorial Libanon.
Menurut Bassil, pada prinsipnya Israel dapat membor cadangan minyak itu secara horizontal maupun vertikal di ladang minyak yang baru saja mereka temukan. Tapi, langkah mereka itu sangat berpotensi menjangkau cadangan minyak Libanon, jika ladang minyak Israel dan Libanon berada di wilayah yang sama di bawah laut.
Bassil kemudian mendesak pemerintah untuk mengadakan sidang luar biasa guna meratifikasi keputusan membuka jalan bagi negara untuk memulai eksplorasi minyak dan gas wilayah perairan mereka. Sementara itu, Miqati bersumpah, bahwa pemerintahannya akan menindaklajuti permasalahan ini, termasuk melakukan kontak dengan PBB guna mencegah Israel melanggar eksplorasi minyak Libanon.
Sebelumnya Miqati mengatakan, eksplorasi minyak dan gas adalah priotitas bagi pemerintah Libanon dan mereka tertarik untuk melestarian sumber daya alam yang ada di Libanon. "Eksplorasi minyak di masa depan sebagian besar akan memberikan kontribusi untuk membayar utang publik Libanon," katanya.
"Kabinet sebelumnya telah mengambil serangkaian keputusan penting untuk menyikapi masalah itu. Namun, pemerintah Libanon butuh langkah konkrit lebih lanjut," ungkap Miqati.
Klaim Israel atas cadangan minyak dan gas di Laut Mediterania itu telah meningkatkan ketegangan antara Lebanon dan Israel, sumber daya alam yang tersimpan di bawah lahan seluas 854 kilometer persegi itu dicurigai mampu menghasilkan miliaran dolar.
(esn)