Hizbullah ingin melestarikan perdamaian di Libanon
A
A
A
Sindonews.com - Mohammed Raad, seorang anggota parlemen Hizbullah mengatakan, bahwa Hizbullah tertarik untuk melestarikan perdamaian sipil di Libanon dan menyerukan kepada pejabat aliansi 14 Maret untuk kembali mempertimbangkan kebijakan mereka, Sabtu (29/6/2013).
"Kita semua memiliki berkepentingan untuk menciptakan ketenangan untuk menjaga perdamaian sipil dan membentengi masyarakat kita," ungkap Raad. Ia mengatakan, Hizbullah siap untuk memperbaiki semua permasalahan dan mencapai kesamaan dengan semua musuh demi menjaga persatuan dan stabilitas negara.
"Berhenti ikut campur dalam resistensi senjata, itu tidak lagi untuk diperdebatkan," ungkap Raad.
Sebelumnya 14 Maret Aliansi terus meminta Hizbullah untuk menyerahkan senjata kepada negara.
Sementara itu, pengumuman bahwa Hizbullah terlibat dalam konflik Suriah dipandang berdampak negatif dengan situasi internal di Libanon. Keterlibatan Hizbullah dalam perang saudara di Suriah jadi penyebab serangan roket dari Suriah ke wilayah Libanon.
Seperti diketahui, pada 19 Mei lalu, tentara Pemerintah Suriah didukung dengan kekuatan pejuang Hizbullah melancarkan serangan ke Kota Qusayr, wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Sayyed Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah sebelumnya, membela keputusan gerakan perlawanan Libanon untuk melawan militan asing dalam pertempuran di Qusayr, sebuah kota di perbatasan Suriah.
Nasrallah kemudian menjanjikan kemenangan untuk melawan kelompok Salafi di Suriah. "Suriah adalah pelindung belakang perlawanan Hizbullah melawan Israel, pihak yang melakukan perlawanan tidak dapat tinggal diam saat penjaga belakang mereka terkena serangan," ungkap Nasrallah.
"Kita semua memiliki berkepentingan untuk menciptakan ketenangan untuk menjaga perdamaian sipil dan membentengi masyarakat kita," ungkap Raad. Ia mengatakan, Hizbullah siap untuk memperbaiki semua permasalahan dan mencapai kesamaan dengan semua musuh demi menjaga persatuan dan stabilitas negara.
"Berhenti ikut campur dalam resistensi senjata, itu tidak lagi untuk diperdebatkan," ungkap Raad.
Sebelumnya 14 Maret Aliansi terus meminta Hizbullah untuk menyerahkan senjata kepada negara.
Sementara itu, pengumuman bahwa Hizbullah terlibat dalam konflik Suriah dipandang berdampak negatif dengan situasi internal di Libanon. Keterlibatan Hizbullah dalam perang saudara di Suriah jadi penyebab serangan roket dari Suriah ke wilayah Libanon.
Seperti diketahui, pada 19 Mei lalu, tentara Pemerintah Suriah didukung dengan kekuatan pejuang Hizbullah melancarkan serangan ke Kota Qusayr, wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Sayyed Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah sebelumnya, membela keputusan gerakan perlawanan Libanon untuk melawan militan asing dalam pertempuran di Qusayr, sebuah kota di perbatasan Suriah.
Nasrallah kemudian menjanjikan kemenangan untuk melawan kelompok Salafi di Suriah. "Suriah adalah pelindung belakang perlawanan Hizbullah melawan Israel, pihak yang melakukan perlawanan tidak dapat tinggal diam saat penjaga belakang mereka terkena serangan," ungkap Nasrallah.
(esn)