Ahmadinejad dituding bawa Iran dalam kekacauan
A
A
A
Sindonews.com - Kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad selama delapan tahun, dituding analis sudah membawa Iran dalam kekacauan dan keterpurukan. Kecurigaan dunia atas rahasia program nuklir dan dukungan untuk sekutu terdekatnya, Presiden Suriah, Bashar al-Assad, jadi penyebab.
Setelah dua periode menjabat presiden secara berturut-turut sejak 2005, konstitusi Iran melarang Ahmadinejad maju lagi dalam pemilihan Presiden Iran. Terpilihnya kembai Ahmadinejad pada 2009, dianggap sudah mencemplungkan Iran ke dalam kekacauan dalam negeri. Sebab, pemerintah menggunakan kekuatan untuk meredam protes jalanan.
Penindasan dalam kepemimpinan Ahmadinejad juga memicu tekanan dunia pada Teheran.Padahal, kebijakan tertinggi di Republik Islam itu berada di tangan Ayatollah Ali Khamenei, termasuk masalah program nuklir dan dukungan untuk rezim Assad. ”Kebijakan luar negeri Iran bukanlah hak prerogatif presiden,” kata Ali Vaez, analis senior yang berbasis di Brussels International Crisis Group terhadap Iran, dikutip AFP, Senin(10/6/2013).
Tapi, kata Vaez, Syiah Iran juga membayar harga untuk retorika Ahmadinejadyang berapi-api, termasuk penolakannya terhadap holocaust dan teori konspirasi tentangserangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat.”Ahmadinejad tidak dapat mencapai tujuan kebijakan luar negeri, dengan caranya seperti itu,” imbuh Mohammad Saleh Sedhigian, Kepala Pusat Studi Arab Iran, di Teheran.
Tidak jelas berapa kali Ahmadinejad terlibat dalam proses pengambilan keputusan nuklir, tetapi ia telah berulang kali menolak sanksi internasional dan menganggaapnnya hanya sebagai “kertas buram”. Akibatnya, pada pertengahan 2012 Iran mulai merasakan masalah ekonomi akibat sanksi yang dipicu kebijakan Ahmadinejad.
Setelah dua periode menjabat presiden secara berturut-turut sejak 2005, konstitusi Iran melarang Ahmadinejad maju lagi dalam pemilihan Presiden Iran. Terpilihnya kembai Ahmadinejad pada 2009, dianggap sudah mencemplungkan Iran ke dalam kekacauan dalam negeri. Sebab, pemerintah menggunakan kekuatan untuk meredam protes jalanan.
Penindasan dalam kepemimpinan Ahmadinejad juga memicu tekanan dunia pada Teheran.Padahal, kebijakan tertinggi di Republik Islam itu berada di tangan Ayatollah Ali Khamenei, termasuk masalah program nuklir dan dukungan untuk rezim Assad. ”Kebijakan luar negeri Iran bukanlah hak prerogatif presiden,” kata Ali Vaez, analis senior yang berbasis di Brussels International Crisis Group terhadap Iran, dikutip AFP, Senin(10/6/2013).
Tapi, kata Vaez, Syiah Iran juga membayar harga untuk retorika Ahmadinejadyang berapi-api, termasuk penolakannya terhadap holocaust dan teori konspirasi tentangserangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat.”Ahmadinejad tidak dapat mencapai tujuan kebijakan luar negeri, dengan caranya seperti itu,” imbuh Mohammad Saleh Sedhigian, Kepala Pusat Studi Arab Iran, di Teheran.
Tidak jelas berapa kali Ahmadinejad terlibat dalam proses pengambilan keputusan nuklir, tetapi ia telah berulang kali menolak sanksi internasional dan menganggaapnnya hanya sebagai “kertas buram”. Akibatnya, pada pertengahan 2012 Iran mulai merasakan masalah ekonomi akibat sanksi yang dipicu kebijakan Ahmadinejad.
(esn)