AS: Tak nampak pergerakan militer berarti di Korut
A
A
A
Sindonews.com - Gedung Putih mengatakan, dalam beberapa hari terakhir ini, mereka tidak melihat adanya pergerakan militer secara besar-besaran di Korea Utara (Korut), meski negara komunis itu gencar melontarkan ancaman dan provokasi.
"Saya tekankan, meskipun dalam beberapa hari ini Pyongyang melontarkan retorika dengan keras, tapi kami tidak melihat adanya perubahan besar pada postur militer Korut, seperti mobilisasi skala besar atau pun pengerahan pasukan," ungkap Jay Carney, Juru Bicara Gedung Putih, Senin (1/4/2013).
"Akan tetapi, Washington tetap mengangap serius ancaman perang yang dilontarkan Korut," imbuh Carney.
Menurut Carney, Washington berusaha bersikap sebijaksana mungkin. Termasuk meningkatkan pertahanan di wilayah sekutu mereka, seperti menerbangkan pesawat siluman B-2s dan B-52.
Langkah tersebut dilakukan untuk menunjukan tekad melindungi Korea Selatan dari serangan Korut, sekaligus mengurangi tekanan sepihak yang diberikan Korut.
"Kami yakin, langkah tersebut akan mengurangi kemungkinan salah perhitungan dan juga tindakan provikasi Korut," imbuh Carney.
Ketegangan di Semenanjung Korea kian meningkat sejak Maret lalu, setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi baru pada negara komunis itu, setelah Korut melakukan uji coba nuklir ketiga pada 12 Februari silam.
Akhir pekan lalu, Korut menyatakan hubungan dengan Korsel kini telah memasuki keadaan perang. Dengan demikian, semua isu lintas batas dengan Korsel akan ditangani melalui protokol selama perang berlangsung.
Menanggapi ancaman tersebut, Presiden Korsel Park Geun-hye menginstruksikan militer negara itu untuk menyisihkan setiap pertimbangan politik dan merespon dengan kuat setiap provokasi yang dilakukan Korut.
Kementerian Pertahanan Korsel lantas mengumumkan rencana baru mereka dalam menanggapi provokasi Korut adalah dengan melakukan pencegahan aktif. "Dengan kebijakan baru tersebut, Korsel dapat saja meluncurkan serangan, jika mereka menemukan tanda-tanda serangan nuklir atau pun rudal dari Korut," ungkap Menteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-jin.
"Saya tekankan, meskipun dalam beberapa hari ini Pyongyang melontarkan retorika dengan keras, tapi kami tidak melihat adanya perubahan besar pada postur militer Korut, seperti mobilisasi skala besar atau pun pengerahan pasukan," ungkap Jay Carney, Juru Bicara Gedung Putih, Senin (1/4/2013).
"Akan tetapi, Washington tetap mengangap serius ancaman perang yang dilontarkan Korut," imbuh Carney.
Menurut Carney, Washington berusaha bersikap sebijaksana mungkin. Termasuk meningkatkan pertahanan di wilayah sekutu mereka, seperti menerbangkan pesawat siluman B-2s dan B-52.
Langkah tersebut dilakukan untuk menunjukan tekad melindungi Korea Selatan dari serangan Korut, sekaligus mengurangi tekanan sepihak yang diberikan Korut.
"Kami yakin, langkah tersebut akan mengurangi kemungkinan salah perhitungan dan juga tindakan provikasi Korut," imbuh Carney.
Ketegangan di Semenanjung Korea kian meningkat sejak Maret lalu, setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi baru pada negara komunis itu, setelah Korut melakukan uji coba nuklir ketiga pada 12 Februari silam.
Akhir pekan lalu, Korut menyatakan hubungan dengan Korsel kini telah memasuki keadaan perang. Dengan demikian, semua isu lintas batas dengan Korsel akan ditangani melalui protokol selama perang berlangsung.
Menanggapi ancaman tersebut, Presiden Korsel Park Geun-hye menginstruksikan militer negara itu untuk menyisihkan setiap pertimbangan politik dan merespon dengan kuat setiap provokasi yang dilakukan Korut.
Kementerian Pertahanan Korsel lantas mengumumkan rencana baru mereka dalam menanggapi provokasi Korut adalah dengan melakukan pencegahan aktif. "Dengan kebijakan baru tersebut, Korsel dapat saja meluncurkan serangan, jika mereka menemukan tanda-tanda serangan nuklir atau pun rudal dari Korut," ungkap Menteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-jin.
(esn)