Presiden Nigeria: Penyerang berasal dari Libya
Presiden Nigeria: Penyerang berasal dari Libya
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok penyerang yang memasang bom kembar di sebuah pangkalan militer dan tambang uranium di Nigeria utara, datang dari negara tetangga, Libya. Demikian ditegaskan oleh Presiden Nigeria, Mahamadou Issoufou, Sabtu (25/5/2013).
"Para penyerang, sesuai dengan segala informasi yang kami terima, berasal dari Libya, dari selatan Libya," kata Issoufou pada stasiun televisi France 24. "Libya terus menjadi sumber destabilisasi bagi negara-negara Sahel," kata Issoufou.
Pernyataan Issoufou ini muncul setelah ia melakukan pertemuan dengan Luc oursel, Kepala Eksekutif perusahaan nuklir Perancis, Areva, yang tak lain pemilik mayoritas saham di tambang Somair, yang menjadi target ledakan pada pertengahan pekan ini.
Issoufou mengatakan, konflik yang menyebabkan penggulingan dan pembunuhan diktator Libya Moamer Kadhafi telah mendestabilisasi wilayah tersebut.
"Sejak awal saya sudah memperingatkan soal krisis di Libya. Bahwa itu perlu untuk mencari solusi, setelah kekalahan Kadhafi. Saya telah mengatakan, bahwa jika negara Libya berubah menjadi Somalia atau jatuh ke tangan fundamentalis, keadaan akan lebih buruk, "katanya.
"Hari ini situasi sangat sulit, pihak berwenang Libya sedang melakukan yang terbaik untuk mengontrolnya. Tetapi kenyataannya adalah, Libya terus menjadi sumber destabilisasi bagi negara-negara Sahel," katanya.
"Para penyerang, sesuai dengan segala informasi yang kami terima, berasal dari Libya, dari selatan Libya," kata Issoufou pada stasiun televisi France 24. "Libya terus menjadi sumber destabilisasi bagi negara-negara Sahel," kata Issoufou.
Pernyataan Issoufou ini muncul setelah ia melakukan pertemuan dengan Luc oursel, Kepala Eksekutif perusahaan nuklir Perancis, Areva, yang tak lain pemilik mayoritas saham di tambang Somair, yang menjadi target ledakan pada pertengahan pekan ini.
Issoufou mengatakan, konflik yang menyebabkan penggulingan dan pembunuhan diktator Libya Moamer Kadhafi telah mendestabilisasi wilayah tersebut.
"Sejak awal saya sudah memperingatkan soal krisis di Libya. Bahwa itu perlu untuk mencari solusi, setelah kekalahan Kadhafi. Saya telah mengatakan, bahwa jika negara Libya berubah menjadi Somalia atau jatuh ke tangan fundamentalis, keadaan akan lebih buruk, "katanya.
"Hari ini situasi sangat sulit, pihak berwenang Libya sedang melakukan yang terbaik untuk mengontrolnya. Tetapi kenyataannya adalah, Libya terus menjadi sumber destabilisasi bagi negara-negara Sahel," katanya.
(esn)
Explore More