Faksi Palestina berduka atas kematian Chavez
A
A
A
Sindonews.com – Seorang pemimpin faksi Fatah, Nabil Shaath, menyatakan rasa belasungkawa warga Palestina atas wafatnya Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Bersama dengan Hamas, Fatah adalah salah satu faksi terbesar di Palestina.
"Palestina mengucapkan selamat tinggal kepada teman setia yang penuh semangat membela hak kami untuk menentukan kebebasan dan mandiri. Kontribusinya terhadap pengakuan martabat tidak memiliki batas dan mencapai hati dan pikiran Dunia Arab," kata Shaath dalam sebuah pernyataan email, seperti dikutip dari Ma’an News, Rabu (6/3/2013).
"Presiden Chavez menyatakan solidaritas dengan langkah-langkah politik yang nyata dalam rangka memajukan hak-hak Palestina. Khususnya, tekadnya untuk mengambil posisi yang kuat selama agresi 2008-2009 terhadap Gaza, serta selama 2011 dalam mendukung pengakuan Palestina di PBB,” lanjut Shaath.
Menurutnya, Chavez tak henti-hentinya berupayan, tidak hanya untuk kebebasan dan kemuliaan bagirakyat Amerika Latin, tetapi untuk semua orang tertindas, termasuk Palestina.
Chavez meninggal pada Selasa 5 Februari, setelah dua tahun bergulat dengan kanker. Ia mengakhiri masa kekuasaan selama 14 tahun di Venezuela. Perjuangan Chavez membuat pemimpin sosialis itu pahlawan bagi masyarakat miskin.
Selama ini, tokoh flamboyan berusia 58 tahun itu telah menjalani empat operasi di Kuba untuk mengatasi penyakit kankernya. Pemerintah Venezuela memberlakukan masa berkabung selama satu pekan.
"Palestina mengucapkan selamat tinggal kepada teman setia yang penuh semangat membela hak kami untuk menentukan kebebasan dan mandiri. Kontribusinya terhadap pengakuan martabat tidak memiliki batas dan mencapai hati dan pikiran Dunia Arab," kata Shaath dalam sebuah pernyataan email, seperti dikutip dari Ma’an News, Rabu (6/3/2013).
"Presiden Chavez menyatakan solidaritas dengan langkah-langkah politik yang nyata dalam rangka memajukan hak-hak Palestina. Khususnya, tekadnya untuk mengambil posisi yang kuat selama agresi 2008-2009 terhadap Gaza, serta selama 2011 dalam mendukung pengakuan Palestina di PBB,” lanjut Shaath.
Menurutnya, Chavez tak henti-hentinya berupayan, tidak hanya untuk kebebasan dan kemuliaan bagirakyat Amerika Latin, tetapi untuk semua orang tertindas, termasuk Palestina.
Chavez meninggal pada Selasa 5 Februari, setelah dua tahun bergulat dengan kanker. Ia mengakhiri masa kekuasaan selama 14 tahun di Venezuela. Perjuangan Chavez membuat pemimpin sosialis itu pahlawan bagi masyarakat miskin.
Selama ini, tokoh flamboyan berusia 58 tahun itu telah menjalani empat operasi di Kuba untuk mengatasi penyakit kankernya. Pemerintah Venezuela memberlakukan masa berkabung selama satu pekan.
(esn)