Tak ada radiasi nuklir Korut

Jum'at, 15 Februari 2013 - 16:23 WIB
Tak ada radiasi nuklir Korut
Tak ada radiasi nuklir Korut
A A A
Sindonews.com – China kemarin menyebutkan tidak ada radiasi yang ditimbulkan dari uji coba nuklir Korea Utara (Korut) yang dilakukan pada Senin (12/2) lalu.

Kementerian Lingkungan China tidak menemukan anomali radiasi di wilayah Korut akibat uji coba nuklir pada Selasa (12/2) lalu. Beijing memang mengawasi tingkat radiasi di Provinsi Jilin dan Liaoning yang berbatasan langsung dengan Korut.

“Tidak ada satu pun dari 150 stasiun monitor radiasi di seluruh China yang melaporkan peningkatan radiasi pada Rabu (13/2),” demikian keterangan Kementerian Lingkungan China dikutip Reuters. Selain China, Korea Selatan (Korsel) juga mengungkapkan belum mendeteksi peningkatan radiasi setelah uji coba nuklir Korut.

“Pada Rabu, tingkat radiasi tetap pada tingkat normal 50 dari 300 nanosievert per jam,” demikian keterangan resmi Komisi Keamanan dan Keselamatan Keamanan Nuklir (NSSC) Korsel. NSSC telah mengintensifkan pengawasan radiasi karena ada kekhawatiran kebocoran radiasi dari lokasi uji coba nuklir Korut.

Sedikitnya 14 pusat pengawasan radiasi dan 122 sistem monitor otomatis di seluruh Korsel meningkatkan monitor setiap lima menit sekali. Mereka juga berencana mengecek tingkat radiasi pada air laut yang bakal berdampak terhadap kehidupan laut yang bakal dikonsumsi manusia.

Selain memantau tingkat radiasi, Negeri Ginseng itu kemarin juga mengumumkan mengenai penempatan rudal baru yang mampu menghantam wilayah Korut di manapun dan kapan pun. Kementerian Pertahanan Korsel menyebutkan rudal tersebut dapat ditembakkan dari kapal perang dan kapal selam.

“Dengan rudal, kita bisa menghantam semua fasilitas, peralatan, atau target individu di wilayah Korut,” kata pejabat Kemhan Korsel Mayor Jenderal Ryu Young-jeo.

Juru Bicara Kemhan Korsel Kim Min-seok menegaskan, rudal terbaru itu sangat akurat dan dapat menargetkan jendela pada sebuah gedung pemerintahan Korut.

“Rudal itu memiliki kekuatan destruktif yang sangat mematikan yang dapat menghancurkan kantor pusat musuh dan menghentikan aktivitas selama perang,” kata Kim dikutip Reuters.

Militer Korsel telah meningkatkan kewaspadaan sejak Pyongyang menggelar uji coba nuklir pertama pada 2006 dan dilanjutkan pada 2009.

Seoul juga telah mengakselerasi pengembangan rudal balistik jarak jauh yang dapat menjangkau seluruh wilayah Korut. Para pakar bakal memeriksa analisis yang menyebutkan bahwa material yang digunakan pada uji coba nuklir ketiga Korut adalah uranium.

Pada 2006 dan 2009, Korut menggunakan plutonium. Kemhan Korsel menjelaskan materi forensik bakal dikirim ke Institut Korea untuk Keselamatan Nuklir (KINS) untuk dianalisis.

Sementara dari Tokyo, Jepang menegaskan memiliki hak mengembangkan kemampuan untuk membuat serangan pencegahan (pre-emptive) terhadap serangan yang menargetkan negara itu. Namun, Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera memaparkan hak itu tidak akan dilaksanakan saat ini.

Kekhawatiran Negeri Sakura itu sangat masuk akal setelah Korut melaksanakan uji coba nuklir pada beberapa hari lalu.Jika Tokyo merealisasikan kemampuan serangan pencegahan, itu bakal membuat kecewa China dan Korsel.

“Ketika maksud menyerang Jepang menjadi sangat jelas, ancaman dalam waktu dekat, maka tidak ada pilihan lainnya, Jepang diizinkan berdasarkan hukum untuk melancarkan serangan terlebih dahulu terhadap target musuh,” kata Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera kepada Reuters.

“Lingkungan politik Jepang saat ini dan diplomasi berorientasi perdamaian sedang mempertimbangkannya, tetapi belum tepat untuk saat ini melakukan persiapan.”

Namun, ditegaskan oleh Onodera,Jepang butuh kehatihatian dalam mengamati perubahan keamanan lingkungan di regional. Onodera menjelaskan Jepang ingin memperkuat pertahanan rudal balistik karena ancaman yang sangat nyata dari Korut.

“Jepang,Amerika Serikat (AS), dan Korsel harus mengelola respons yang baik terhadap peluncuran rudal Korut pada 12 Desember. Namun, Korut diperkirakan bakal meningkatkan kemampuannya lebih jauh. Kita harus meningkatkan kemampuan koresponden yang baik,” katanya.

China diminta oleh Onodera untuk bergabung dengan AS, Jepang, dan negara lain guna memperkuat sanksi terhadap Korut. “Saya pikir China merupakan salah satu pihak yang sangat peduli dengan perkembangan saat ini. Untuk saat ini bagi kita, termasuk China, untuk mencari langkah yang efektif dan hukuman ekonomi terhadap Korut,” jelasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3091 seconds (0.1#10.140)