Protes aksi kekerasan Polisi, Menteri Kebudayan Mesir mundur
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Kebudayaan Mesir, Mohammed Saber Arab mengundurkan diri dari jabatanya, Senin (5/2/2013). Keputusan Saber datang setelah dia menyaksikan cuplikan tindakan kekerasan aparat kepolisian terhadap para demonstran yang melancarkan aksi demonstrasi dalam sepekan belakangan, seperti dilansir dalam surat kabar Mesir, al Ahram.
"Menteri Kebudayaan Mesir memutusakan untuk mundur dari jabatanya, sebagai tanggapan setelah beredarnya sebuah video yang memicu kemarahan publik. Dalam video tersebut, aparat kepolisian Mesir terlihat memukul seorang demonstran dan menyeret seorang pria telanjang selama bentrokan di luar istana presiden pada akhir pekan lalu," ungkap al-Ahram seperti dilansir Presstv.
Akhir pekan lalu, rakyat Mesir kembali melancarkan protes terhadap pemerintah Mesir di luar Istana Kepresidenan Mesir. Aksi protes tersebut kabarnya diserukan oleh kelompok oposisi utama Mesir, Front Keselamatan Nasional (NSF).
Mereka sebelumnya menolak menghadiri ajakan dialog Presiden Mesir Mohamed Morsi
dan mengajak rakyat Mesir melancarakan protes nasional untuk mencapai tujuan revolusi Mesir yang prosesnya sempat terhenti.
Namun, aksi tersebut menjadi ricuh setelah demonstran menyerang kediamanan presiden Mesir dengan batu dan bom molotov. Seorang demonstran dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Menanggapi tayangan video kekerasan tersebut tersebut, NSF meminta presiden bertanggung jawab atas aksi pembunuhan, penyiksaan, penahanan ilegal yang terjadi dalam bentrok. Kecaman juga datang dari kelompok hak asasi manusia Mesir. Mereka menyebut tindakan itu sebagai aksi brutal polisi.
Dalam waktu kurang dari sepekan, dua kericuhan besar terjadi di Mesir. Demonstrasi besar-besaran pertama terjadi di seluruh Mesir dalam rangka memprotes pemerintahatas kemandekan revolusi pada 25 Januari.
Sehari kemudian, kericuhan kembali terjadi di beberapa kota di Mesir, dipicu oleh vonis huluman mati pada 21 perusuh dalam bencana di Stadion Port Said, Mesir tahun lalu. Kementrian Dalam Negeri Mesir mengatakan, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka dalam dua kerusuhan tersebut.
"Menteri Kebudayaan Mesir memutusakan untuk mundur dari jabatanya, sebagai tanggapan setelah beredarnya sebuah video yang memicu kemarahan publik. Dalam video tersebut, aparat kepolisian Mesir terlihat memukul seorang demonstran dan menyeret seorang pria telanjang selama bentrokan di luar istana presiden pada akhir pekan lalu," ungkap al-Ahram seperti dilansir Presstv.
Akhir pekan lalu, rakyat Mesir kembali melancarkan protes terhadap pemerintah Mesir di luar Istana Kepresidenan Mesir. Aksi protes tersebut kabarnya diserukan oleh kelompok oposisi utama Mesir, Front Keselamatan Nasional (NSF).
Mereka sebelumnya menolak menghadiri ajakan dialog Presiden Mesir Mohamed Morsi
dan mengajak rakyat Mesir melancarakan protes nasional untuk mencapai tujuan revolusi Mesir yang prosesnya sempat terhenti.
Namun, aksi tersebut menjadi ricuh setelah demonstran menyerang kediamanan presiden Mesir dengan batu dan bom molotov. Seorang demonstran dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Menanggapi tayangan video kekerasan tersebut tersebut, NSF meminta presiden bertanggung jawab atas aksi pembunuhan, penyiksaan, penahanan ilegal yang terjadi dalam bentrok. Kecaman juga datang dari kelompok hak asasi manusia Mesir. Mereka menyebut tindakan itu sebagai aksi brutal polisi.
Dalam waktu kurang dari sepekan, dua kericuhan besar terjadi di Mesir. Demonstrasi besar-besaran pertama terjadi di seluruh Mesir dalam rangka memprotes pemerintahatas kemandekan revolusi pada 25 Januari.
Sehari kemudian, kericuhan kembali terjadi di beberapa kota di Mesir, dipicu oleh vonis huluman mati pada 21 perusuh dalam bencana di Stadion Port Said, Mesir tahun lalu. Kementrian Dalam Negeri Mesir mengatakan, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka dalam dua kerusuhan tersebut.
(esn)