Kerusuhan di Kairo meluas, 42 tewas
A
A
A
Sindonews.com - Polisi menembakkan gas air mata pada demonstran di Kairo kemarin atau hari keempat kerusuhan yang menewaskan sedikitnya 42 orang. Kekerasan terbaru itu dipicu oleh vonis pengadilan yang menghukum mati 21 orang atas perannya dalam kerusuhan di lapangan sepak bola tahun lalu.
Kerusuhan ini semakin memperburuk konflik politik di Mesir yang telah diwarnai pertikaian antara pendukung dan penentang rezim. Militer kembali dikerahkan ke jalanan untuk menjaga keamanan di Port Said dan Suez, kota pelabuhan di Terusan Suez, di mana sedikitnya delapan orang tewas dalam bentrok dengan polisi.
Bentrok di Port Said terjadi setelah vonis pengadilan terkait tragedi saat pertandingan sepak bola pada 1 Februari 2012. Sumber keamanan di Port Said mengatakan, bahwa sedikitnya 32 orang tewas. Banyak korban tewas akibat tembakan senjata api. Lebih dari 300 orang terluka dalam salah satu kerusuhan terburuk tersebut.
Kerusuhan juga terjadi di Kairo dan Alexandria. Kekerasan terus berlanjut hingga kemarin pagi di Kairo, meski tidak ada gejala akan seburuk kerusuhan hari sebelumnya. Kerusuhan ini semakin mempersulit upaya pemerintahan Presiden Mesir Muhammad Mursi untuk fokus membenahi ekonomi dan meredakan konflik politik menjelang pemilu parlemen mendatang.
Para pengunjuk rasa dari kubu oposisi menuduh Mursi gagal melaksanakan perbaikan ekonomi. Adapun pendukung Mursi menganggap oposisi hendak menggulingkan pemerintahan Mesir yang untuk pertama kali terpilih secara demokratis.
”Hingga sekarang tidak satu pun tujuan revolusi terlaksana. Harga-harga naik. Darah rakyat Mesir tumpah di jalanan,” ungkap Mohamed Sami, demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, dikutip Reuters.
Di jembatan yang dekat Lapangan Tahrir, para pemuda melempari polisi dengan batu. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata agar para demonstran menjauh dari Tahrir. Kedutaan Besar (kedubes) Amerika Serikat (AS) di Kairo, yang dekat Lapangan Tahrir, menyatakan, pihaknya menghentikan layanan publik kemarin, karena masalah keamanan.
Kerusuhan ini semakin memperburuk konflik politik di Mesir yang telah diwarnai pertikaian antara pendukung dan penentang rezim. Militer kembali dikerahkan ke jalanan untuk menjaga keamanan di Port Said dan Suez, kota pelabuhan di Terusan Suez, di mana sedikitnya delapan orang tewas dalam bentrok dengan polisi.
Bentrok di Port Said terjadi setelah vonis pengadilan terkait tragedi saat pertandingan sepak bola pada 1 Februari 2012. Sumber keamanan di Port Said mengatakan, bahwa sedikitnya 32 orang tewas. Banyak korban tewas akibat tembakan senjata api. Lebih dari 300 orang terluka dalam salah satu kerusuhan terburuk tersebut.
Kerusuhan juga terjadi di Kairo dan Alexandria. Kekerasan terus berlanjut hingga kemarin pagi di Kairo, meski tidak ada gejala akan seburuk kerusuhan hari sebelumnya. Kerusuhan ini semakin mempersulit upaya pemerintahan Presiden Mesir Muhammad Mursi untuk fokus membenahi ekonomi dan meredakan konflik politik menjelang pemilu parlemen mendatang.
Para pengunjuk rasa dari kubu oposisi menuduh Mursi gagal melaksanakan perbaikan ekonomi. Adapun pendukung Mursi menganggap oposisi hendak menggulingkan pemerintahan Mesir yang untuk pertama kali terpilih secara demokratis.
”Hingga sekarang tidak satu pun tujuan revolusi terlaksana. Harga-harga naik. Darah rakyat Mesir tumpah di jalanan,” ungkap Mohamed Sami, demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, dikutip Reuters.
Di jembatan yang dekat Lapangan Tahrir, para pemuda melempari polisi dengan batu. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata agar para demonstran menjauh dari Tahrir. Kedutaan Besar (kedubes) Amerika Serikat (AS) di Kairo, yang dekat Lapangan Tahrir, menyatakan, pihaknya menghentikan layanan publik kemarin, karena masalah keamanan.
(esn)