7 tewas dalam peringatan revolusi Mesir
A
A
A
Sindonews.com - Peringatan dua tahun penggulingan rezim Pemerintahan Presiden Mesir, Hosni Mobarak pada 2011 silam, Jumat (26/1/2013) diwarnai sejumlah kericuhan. Sedikitnya tujuh orang dilaporkan tewas, sementara ratusan orang menderita luka-luka dalam bentrok yang pecah di beberapa titik di Mesir.
Ribuan penentang Presiden Mesir, Mohamed Morsi turun di jalan di alun alun Kota Tahrir Square, Suez, Alexandria dan Port Said. Mereka menuntut kelanjutan revolusi Mesir yang dianggap telah dibajak oleh kelompok Ikhwanul Muslimin. Para demonstran yang marah pada pemerintah Mesir lantas menyerang dua gedung gedung pemerintahan dan sebuah gedung milik partai Ikhwanul Muslimin, bahkan polisi anti huru hara yang berusaha melindungi gedung pemerintah juga tak luput dari serangan demonstran.
"Revolusi kita harus terus berlajut. Dalam kondisi ini, kita semua menolak dominasi sepihak. Kami tidak setuju dengan negara Ikhwanul," ungkap Hamdeen Sabahy, pemimpin kiri Mesir seperti dilansir Reuters (26/1/2013).
Demostran mengatakan aksi yang mereka lakukan bukan untuk merayakan kejatuhan Mubarak, tapi memaksa mereka yang berkuasa tunduk pada kehendak rakyat. Sebab, Mesir hari ini tidak boleh kembali seperti saat dipimpin oleh Mubarak. "Jatuhkan rezim yang berkuasa. Hentikan, hentikan hentikan," teriak para demonstran.
Kemarahan para demostran memuncak pada Sabtu (26/1/2013) dini hari. Mereka melemparkan batu, bom molotov, petasan dan memblokir jalan masuk ke sejumlah gedung pemerintah di Kota Tahrir Square. Menanggapi serangan tersebut polisi anti huru-hara menembakan gas air mata dan melemparkan bom asap ke tengah blokade masa. Beberapa saksi mata mengatakan guna mengatasi aksi kericuhan yang dilancarkan para demostran pasukan keamanan Mesir melepasakan tembakan melalui pria bertopeng.
Mengantisipasi jatuhnya korban Kementerian Kesehatan Mesir telah menyiagakan 2 ribu ambulans. Tim medis disebar mengikuti gerak para para demonstran.
Ribuan penentang Presiden Mesir, Mohamed Morsi turun di jalan di alun alun Kota Tahrir Square, Suez, Alexandria dan Port Said. Mereka menuntut kelanjutan revolusi Mesir yang dianggap telah dibajak oleh kelompok Ikhwanul Muslimin. Para demonstran yang marah pada pemerintah Mesir lantas menyerang dua gedung gedung pemerintahan dan sebuah gedung milik partai Ikhwanul Muslimin, bahkan polisi anti huru hara yang berusaha melindungi gedung pemerintah juga tak luput dari serangan demonstran.
"Revolusi kita harus terus berlajut. Dalam kondisi ini, kita semua menolak dominasi sepihak. Kami tidak setuju dengan negara Ikhwanul," ungkap Hamdeen Sabahy, pemimpin kiri Mesir seperti dilansir Reuters (26/1/2013).
Demostran mengatakan aksi yang mereka lakukan bukan untuk merayakan kejatuhan Mubarak, tapi memaksa mereka yang berkuasa tunduk pada kehendak rakyat. Sebab, Mesir hari ini tidak boleh kembali seperti saat dipimpin oleh Mubarak. "Jatuhkan rezim yang berkuasa. Hentikan, hentikan hentikan," teriak para demonstran.
Kemarahan para demostran memuncak pada Sabtu (26/1/2013) dini hari. Mereka melemparkan batu, bom molotov, petasan dan memblokir jalan masuk ke sejumlah gedung pemerintah di Kota Tahrir Square. Menanggapi serangan tersebut polisi anti huru-hara menembakan gas air mata dan melemparkan bom asap ke tengah blokade masa. Beberapa saksi mata mengatakan guna mengatasi aksi kericuhan yang dilancarkan para demostran pasukan keamanan Mesir melepasakan tembakan melalui pria bertopeng.
Mengantisipasi jatuhnya korban Kementerian Kesehatan Mesir telah menyiagakan 2 ribu ambulans. Tim medis disebar mengikuti gerak para para demonstran.
(esn)