Keluarga staf Kedubes AS di Mali dievakuasi
A
A
A
Sindonews.com - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah memerintahkan semua anggota keluarga karyawan Kedutaan Besar AS untuk meninggalkan Mali, Sabtu (19/1/2013). Perintah ini dikeluarkan di tengah meningkatnya eskalasi konflik di negara itu antara pasukan gabungan dengan militan Islam yang menguasai bagian utara Mali.
"Pada 18 Januari, Departemen Luar Negeri memerintahkan keberangkatan semua anggota keluarga karyawan yang tidak dipekerjakan di Kedutaan Besar AS di Bamako, Mali, untuk jangka waktu hingga 30 hari," kata pemberitahuan dari Deplu AS, seperti dikutip dari dailystar.
"Pertempuran yang sedang berlangsung di bagian utara dan tengah Mali, kondisi politik yang kacau, hilangnya kendali pemerintah di Provinsi utara Mali, dan ancaman berlanjutnya serangan dan penculikan warga negara Barat," lanjut pernyataan itu.
Peringatan itu juga mencatat, bahwa Presiden Interim Dioncounda Traore telah mengumumkan keadaan darurat pada 12 Januari lalu. Kekhawatiran kian memuncak, dengan adanya aksi serangan balasan dari kelompok bersenjata di perbatasan Aljazair. Serangan ini dilakukan karena Aljazair terlibat dalam pasukan gabungan di Mali.
Sejak pekan lalu, tentara gabungan yang dipimpin oleh Perancis sudah melancarkan serangan untuk menggempur basis kaum pemberontak. Selain Perancis, sejumlah negara Barat juga ikut ambil bagian dalam invasi militer ini.
"Pada 18 Januari, Departemen Luar Negeri memerintahkan keberangkatan semua anggota keluarga karyawan yang tidak dipekerjakan di Kedutaan Besar AS di Bamako, Mali, untuk jangka waktu hingga 30 hari," kata pemberitahuan dari Deplu AS, seperti dikutip dari dailystar.
"Pertempuran yang sedang berlangsung di bagian utara dan tengah Mali, kondisi politik yang kacau, hilangnya kendali pemerintah di Provinsi utara Mali, dan ancaman berlanjutnya serangan dan penculikan warga negara Barat," lanjut pernyataan itu.
Peringatan itu juga mencatat, bahwa Presiden Interim Dioncounda Traore telah mengumumkan keadaan darurat pada 12 Januari lalu. Kekhawatiran kian memuncak, dengan adanya aksi serangan balasan dari kelompok bersenjata di perbatasan Aljazair. Serangan ini dilakukan karena Aljazair terlibat dalam pasukan gabungan di Mali.
Sejak pekan lalu, tentara gabungan yang dipimpin oleh Perancis sudah melancarkan serangan untuk menggempur basis kaum pemberontak. Selain Perancis, sejumlah negara Barat juga ikut ambil bagian dalam invasi militer ini.
(esn)