Iran dituding kumpulkan info seputar Israel dari Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Pentagon mengungkapkan, Iran telah mendirikan sejumlah stasiun pemberi sinyal intelejen di seluruh wilayah Timur Tengah untuk memberikan informasi tentang Isreal kepada Hizbullah, Senin (14/1/2013). Salah satu stasiun tersebut terletak di Daratan Tinggi Golan, Suriah dan telah beroperasi sejak 2006 lalu.
Unit pembendungan serangan teroris Pentagon, dalam sebuah laporan hasil investigasinya mengatakan, Iran telah mendirikan beberapa stasiun untuk mengirimkan sinyal intelejen di beberapa wilayah Timur Tengah, temasuk di wilayah Pantai Mediterania, terutama di wilayah Suriah.
"Dua dari dua stasiun pemberi sinyal intelejen Iran yang berada di Suriah, pembangunanya didanai oleh Pasukan Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Pembangunan stasiun tersebut dilakukan pada 2006 lalu di kawasan al-Jazirah dan daratan tinggi Golan," ungkap laporan Pentagon, seperti diberitakan dalam Ynet.
Selain itu, dalam laporan tersebut juga disebutkan, IRGC berencana membuat sebuah stasiun untuk mendapatkan informasi tambahan di wilayah Utara Suriah. Stasiun tersebut tentunya akan diperuntukan untuk mengirim laporan tentang Isreal kepada Hizbullah.
Pekan lalu, New York Times melaporkan, pejabat AS dan peneliti keamanan AS meyakini bahwa Iran merupakan tersangka di balik serangan massal Cyber yang melanda sejumlah bank-bank di AS dalam beberapa pekan terakhir.
Beberapa bulan lalu, Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta menyatakan, dalam beberapa pekan terakhir, banyak sistem komputer perusahanan-perusahaan besar AS yang dikirimi bom data. Selain itu, perusahaan minyak di Qatar dan Arab Saudi juga telah terkena serangan Shamoon, yang mencoba untuk mengganti data komputer dengan data palsu. Ada sekitar 30 ribu mesin yang terkena serangan Shamoon.
Guna mengantisipasi serangan tersebut, Departemen Pertahanan AS telah mengembangkan alat untuk melacak penyerang. “Agresor potensial harus menyadari, bahwa AS memiliki kapasitas untuk menemukan dan menahan mereka yang bertanggung jawab atas tindakan yang merugikan AS atau kepentingannya. Jika kami mendeteksi adanya ancaman serangan yang akan menyebabkan kerusakan fisik yang signifikan atau membunuh warga negara AS, kami perlu memiliki pilihanan untuk mengambil tindakan guna membela bangsa,” ungkap Panetta.
Unit pembendungan serangan teroris Pentagon, dalam sebuah laporan hasil investigasinya mengatakan, Iran telah mendirikan beberapa stasiun untuk mengirimkan sinyal intelejen di beberapa wilayah Timur Tengah, temasuk di wilayah Pantai Mediterania, terutama di wilayah Suriah.
"Dua dari dua stasiun pemberi sinyal intelejen Iran yang berada di Suriah, pembangunanya didanai oleh Pasukan Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Pembangunan stasiun tersebut dilakukan pada 2006 lalu di kawasan al-Jazirah dan daratan tinggi Golan," ungkap laporan Pentagon, seperti diberitakan dalam Ynet.
Selain itu, dalam laporan tersebut juga disebutkan, IRGC berencana membuat sebuah stasiun untuk mendapatkan informasi tambahan di wilayah Utara Suriah. Stasiun tersebut tentunya akan diperuntukan untuk mengirim laporan tentang Isreal kepada Hizbullah.
Pekan lalu, New York Times melaporkan, pejabat AS dan peneliti keamanan AS meyakini bahwa Iran merupakan tersangka di balik serangan massal Cyber yang melanda sejumlah bank-bank di AS dalam beberapa pekan terakhir.
Beberapa bulan lalu, Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta menyatakan, dalam beberapa pekan terakhir, banyak sistem komputer perusahanan-perusahaan besar AS yang dikirimi bom data. Selain itu, perusahaan minyak di Qatar dan Arab Saudi juga telah terkena serangan Shamoon, yang mencoba untuk mengganti data komputer dengan data palsu. Ada sekitar 30 ribu mesin yang terkena serangan Shamoon.
Guna mengantisipasi serangan tersebut, Departemen Pertahanan AS telah mengembangkan alat untuk melacak penyerang. “Agresor potensial harus menyadari, bahwa AS memiliki kapasitas untuk menemukan dan menahan mereka yang bertanggung jawab atas tindakan yang merugikan AS atau kepentingannya. Jika kami mendeteksi adanya ancaman serangan yang akan menyebabkan kerusakan fisik yang signifikan atau membunuh warga negara AS, kami perlu memiliki pilihanan untuk mengambil tindakan guna membela bangsa,” ungkap Panetta.
(esn)