Korsel tunda teken perjanjian intelijen dengan Jepang
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) tiba-tiba menunda penandatanganan kesepakatan intelijen militer dengan Jepang. Langkah itu sebagai tanggapan atas kemarahan rakyat Korsel terhadap Jepang.
Pengumuman itu dikeluarkan kurang dari satu jam sebelum kedua belah pihak menandatangani perjanjian militer pertama sejak berakhirnya pendudukan Jepang tahun 1945. "Keputusan ini didasari pertimbangan internal Korea Selatan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Osamu Fujimura, dalam konferensi pers seperti dilansir dari BBC, Jumat (29/6/2012).
Sebelumnya, Korea Selatan telah menyetujui kesepakatan intelijen militer tersebut sejak awal pekan ini, sementara Jepang pada hari Jumat. Namun, ketika perjanjian intelijen militer itu akan disepakati, banyak kalangan di Korsel marah terkait rencana berbagi informasi intelijen dengan bekas penjajah itu.
Informasi tersebut meliputi isu-isu pertahanan regional, terutama program nuklir serta rudal Korea Utara dan China. Warga Korea Selatan, terutama yang sudah lanjut usia, memiliki kenangan pahit atas Jepang. Karena itu, kerja sama militer ini merupakan isu yang sensitif.
Pejabat Partai Perbatasan Baru, Chin Young mengatakan, diperlukan konsultasi lebih lanjut sebelum kesepakatan tersebut ditandatangani. ’’Korea Selatan harus mempertimbangkan sejumlah aspek terlebih dahulu, daripada mengambil langkah terburu-buru dalam menandatangani kesepakatan intelijen militer itu," ungkap dia.
Saat ini, Partai Perbatasan Baru telah menjadi pendukung utama Pemerintah Korea Selatan.
Pengumuman itu dikeluarkan kurang dari satu jam sebelum kedua belah pihak menandatangani perjanjian militer pertama sejak berakhirnya pendudukan Jepang tahun 1945. "Keputusan ini didasari pertimbangan internal Korea Selatan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Osamu Fujimura, dalam konferensi pers seperti dilansir dari BBC, Jumat (29/6/2012).
Sebelumnya, Korea Selatan telah menyetujui kesepakatan intelijen militer tersebut sejak awal pekan ini, sementara Jepang pada hari Jumat. Namun, ketika perjanjian intelijen militer itu akan disepakati, banyak kalangan di Korsel marah terkait rencana berbagi informasi intelijen dengan bekas penjajah itu.
Informasi tersebut meliputi isu-isu pertahanan regional, terutama program nuklir serta rudal Korea Utara dan China. Warga Korea Selatan, terutama yang sudah lanjut usia, memiliki kenangan pahit atas Jepang. Karena itu, kerja sama militer ini merupakan isu yang sensitif.
Pejabat Partai Perbatasan Baru, Chin Young mengatakan, diperlukan konsultasi lebih lanjut sebelum kesepakatan tersebut ditandatangani. ’’Korea Selatan harus mempertimbangkan sejumlah aspek terlebih dahulu, daripada mengambil langkah terburu-buru dalam menandatangani kesepakatan intelijen militer itu," ungkap dia.
Saat ini, Partai Perbatasan Baru telah menjadi pendukung utama Pemerintah Korea Selatan.
(hyk)