Pemberontak Mali proklamirkan berdirinya negara baru
A
A
A
Sindonews.com - Kelompok Tuareg National Movement for the Liberation of Azawad (MNLA) dan kelompok Islamis Ansar Dine, hari ini menandatangani sebuah kesepakatan di kota Gao.
"MNLA dan Ansar Dine telah menandatangani sebuah perjanjian penyatuan wilayah sekaligus berdirinya negara Islam," ungkap komandan MNLA di Timbuktu seperti diberitakan dalam BBC.co.uk, Minggu, (27/5/2012).
Penandatanganan ini menandai penggabungkan wilayah kekuasaan sekaligus memproklamirkan berdirinya sebuah negara Islam. Keduanya merupakan kelompok pemberontak tersebut telah mengambil alih wilayah Mali bagian utara sejak dua bulan yang lalu.
Mengambil keuntungan ditengah instabilitas politik di Mali. Dengan mudah MNLA dan Ansar Dine berhasil menguasai wilayah Mali bagian Utara tanpa harus melakukan perjuangan keras melawan tentara Mali.
Setelah penandatangan berlakunya syariat Islam di Mali bagian Utara, warga setempat mengatakan terjadi baku tembak di wilayah Gao dan Timbuktu. Akibatnya 300 ribu orang warga Mali bagian utara melarikan diri.
Saat ini organisasi Afrika barat bersiap mengirimkan 3000 pasukan tambahan untuk membantu tentara Mali merebut wilayah Mali bagian utara dari tangan pemberontak.
Situasi bersatunya kelompok pemberontak ini dinilai akan membuat situasi di Mali menjadi semakin sulit. Sebelumnya MNLA adalah kelompok sekluer yang menolak Ansar Dine dalam mendirikan negara Islam diberbagai kota. Sedangkan, Ansar Dine menolak ajakan MNLA untuk memerdekakan wilayah yang mereka kuasai.
Kelompok pemberontak Ansar Dine yang memiliki hubungan dengan Al-qaeda ini telah menegakkan syariat Islam dibeberapa kota.
Sebagai informasi sejak kapten Amadou Sanogo menggulingkan kekuasaan Presiden Mali, Amadou Toumani Toure, militer Mali tidak dapat berbuat banyak untuk menghalau kelompok pemberontak untuk menguasai Mali bagian utara.
Tak tahan dengan tekanan internasional, Kapten Sanogo bahkan setelah tiga minggu mengambil alih kekuasaan. Ia akhirnya mengalihkan kekuasaan ke dewan sipil, namun ia tetap memainkan pengaruhnya dibelakang layar.
"MNLA dan Ansar Dine telah menandatangani sebuah perjanjian penyatuan wilayah sekaligus berdirinya negara Islam," ungkap komandan MNLA di Timbuktu seperti diberitakan dalam BBC.co.uk, Minggu, (27/5/2012).
Penandatanganan ini menandai penggabungkan wilayah kekuasaan sekaligus memproklamirkan berdirinya sebuah negara Islam. Keduanya merupakan kelompok pemberontak tersebut telah mengambil alih wilayah Mali bagian utara sejak dua bulan yang lalu.
Mengambil keuntungan ditengah instabilitas politik di Mali. Dengan mudah MNLA dan Ansar Dine berhasil menguasai wilayah Mali bagian Utara tanpa harus melakukan perjuangan keras melawan tentara Mali.
Setelah penandatangan berlakunya syariat Islam di Mali bagian Utara, warga setempat mengatakan terjadi baku tembak di wilayah Gao dan Timbuktu. Akibatnya 300 ribu orang warga Mali bagian utara melarikan diri.
Saat ini organisasi Afrika barat bersiap mengirimkan 3000 pasukan tambahan untuk membantu tentara Mali merebut wilayah Mali bagian utara dari tangan pemberontak.
Situasi bersatunya kelompok pemberontak ini dinilai akan membuat situasi di Mali menjadi semakin sulit. Sebelumnya MNLA adalah kelompok sekluer yang menolak Ansar Dine dalam mendirikan negara Islam diberbagai kota. Sedangkan, Ansar Dine menolak ajakan MNLA untuk memerdekakan wilayah yang mereka kuasai.
Kelompok pemberontak Ansar Dine yang memiliki hubungan dengan Al-qaeda ini telah menegakkan syariat Islam dibeberapa kota.
Sebagai informasi sejak kapten Amadou Sanogo menggulingkan kekuasaan Presiden Mali, Amadou Toumani Toure, militer Mali tidak dapat berbuat banyak untuk menghalau kelompok pemberontak untuk menguasai Mali bagian utara.
Tak tahan dengan tekanan internasional, Kapten Sanogo bahkan setelah tiga minggu mengambil alih kekuasaan. Ia akhirnya mengalihkan kekuasaan ke dewan sipil, namun ia tetap memainkan pengaruhnya dibelakang layar.
()