Protes junta Mesir, 6 tewas ditembak preman
A
A
A
Sindonews.com - Unjuk rasa menentang junta militer Mesir berakhir ricuh. Enam orang pemuda tewas ditembak orang bersenjata yang beraksi di dekat Gedung Kementerian Pertahanan di Ibu Kota, Kairo, Mesir.
Pemerintah Mesir mengatakan insiden penembakan terjadi Rabu pagi. Kelompok perusuh itu menggunakan batu, tongkat, senjata api, serta bom untuk melempari pengunjuk rasa yang telah berhari-hari berkemah di dekat gedung Kementerian Pertahanan.
Pemerintah mengatakan, akibat aksi penyerangan kelompok perusuh itu, puluhan pengunjuk rasa luka-luka, sementara enam orang tewas akibat ditembak.
Sejumlah aktivis mengatakan, aksi penyerangan ini didalangi oleh pemerintah Mesir. Pemerintah dituding menggunakan jasa preman untuk membubarkan aksi demonstrasi.
Sebelumnya, pada Minggu 30 April, bentrok juga telah terjadi di lokasi yang sama. Seorang dikabarkan tewas dan beberapa orang mengalami luka-luka. Namun, mereka bersikeras tetap bertahan melanjutkan aksi demonstrasi.
Aksi protes berlangsung sejak hari Jumat lalu. Mereka menentang keputusan komite Pemilu untuk melarang dua kandidat dari partai-partai Islam Mesir ikut serta dalam perlombaan presiden.
Demonstran meminta pemerintah agar mengizinkan kedua kandidat yang didiskualifikasi ini dimasukkan dalam daftar calon presiden. Dalam aksinya para pengunjuk rasa mengutuk sikap ketua panitia yang mengizinkan mantan Perdana Menteri Mesir, Ahmed Shafiq kembali dicalonkan sebelumnya ia sempat didiskualifikasi namun ia kembali dicalonkan dalam pemilihan umum mendatang.
Mesir berencana mengelar pemilu Presiden pada 23-24 Mai mendatang untuk pemilu jilid pertama, dan pemilu putaran kedua pada 16 dan 17 Juni jika tidak ada kandidat yang menang dengan jumlah suara mencapai 50 persen.
Pemerintah Mesir mengatakan insiden penembakan terjadi Rabu pagi. Kelompok perusuh itu menggunakan batu, tongkat, senjata api, serta bom untuk melempari pengunjuk rasa yang telah berhari-hari berkemah di dekat gedung Kementerian Pertahanan.
Pemerintah mengatakan, akibat aksi penyerangan kelompok perusuh itu, puluhan pengunjuk rasa luka-luka, sementara enam orang tewas akibat ditembak.
Sejumlah aktivis mengatakan, aksi penyerangan ini didalangi oleh pemerintah Mesir. Pemerintah dituding menggunakan jasa preman untuk membubarkan aksi demonstrasi.
Sebelumnya, pada Minggu 30 April, bentrok juga telah terjadi di lokasi yang sama. Seorang dikabarkan tewas dan beberapa orang mengalami luka-luka. Namun, mereka bersikeras tetap bertahan melanjutkan aksi demonstrasi.
Aksi protes berlangsung sejak hari Jumat lalu. Mereka menentang keputusan komite Pemilu untuk melarang dua kandidat dari partai-partai Islam Mesir ikut serta dalam perlombaan presiden.
Demonstran meminta pemerintah agar mengizinkan kedua kandidat yang didiskualifikasi ini dimasukkan dalam daftar calon presiden. Dalam aksinya para pengunjuk rasa mengutuk sikap ketua panitia yang mengizinkan mantan Perdana Menteri Mesir, Ahmed Shafiq kembali dicalonkan sebelumnya ia sempat didiskualifikasi namun ia kembali dicalonkan dalam pemilihan umum mendatang.
Mesir berencana mengelar pemilu Presiden pada 23-24 Mai mendatang untuk pemilu jilid pertama, dan pemilu putaran kedua pada 16 dan 17 Juni jika tidak ada kandidat yang menang dengan jumlah suara mencapai 50 persen.
()