Penembak warga Afghanistan terancam hukuman mati
A
A
A
Sindonews.com - Tentara Amerika Serikat (AS) yang menembak 16 orang warga hingga tewas saat bertugas di Afghanistan terancam hukuman mati. Ancaman itu akan dikenakan jika yang bersangkutan terbukti bersalah.
Hal itu diungkapkan Kepala Pertahanan Amerika Serikat (AS) Leon Panetta, dalam perjalanan menuju Kyrgystan, Afghanistan.
Sementara itu, di lokasi yang berbeda, melalui juru bicara Brigadir Jenderal Carsten Jacobson, para pemimpin North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang mengepalai misi pasukan perdamaian International Security Assistance Force (ISAF) berjanji untuk melakukan penyelidikan secara cepat dan menyeluruh untuk semua anggota pasukan Amerika Serikat, demi menuntaskan insiden ini.
"ISAF menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam dan juga mengucapkan belasungkawa kepada semua keluarga korban, dengan penuh hormat kami memohon kepada semua warga Afghanistan untuk memberikan kami waktu untuk melakukan penyelidikan secara cepat dan menyeluruh," ungkap Carsten seperti dikutip dalam Xinhua, Selasa (13/3/2012).
Juru bicara ISAF mengatakan bahwa aksi penyerangan ini bukanlah sebuah aksi balasan atas insiden penembakan enam agen ISAF yang terbunuh akibat ricuh aksi pembakaran Alquran pada pertengahan Februari lalu di basis militer AS di Bagram.
"Penyelidikan sedang dilakukan, kami belum bisa memberikan rincian tentang sanksi yang akan dijatuhkan, yang pasti status hukum tersangka diatur secara teknis dalam perjanjian militer Afganistan dan masyarakat internasional," ujar juru bicara ISAF.
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan insiden ini merupakan sebuah aksi yang terisolasi. Selain itu insiden ini tidak akan mengubah keputusan AS untuk menarik mundur pasukan NATO dari Afghanistan pada 2014.
Insiden penembakan 16 orang warga sipil Afghanistan dilakukan oleh seorang tentara AS berpangkat sersan pada Minggu 11 Maret 2012, 00.03 waktu setempat. Dia keluar dari markasnya kemudian berjalan ke Desa Alkozai dan Najeeban yang hanya berjarak 500 meter dari markasnya.
Sersan ini kemudian melakukan aksi penembakan terhadap tiga rumah. Ia kembali ke markas setelah melakukan aksi brutalnya.
Seperti diberitakan dalam Assosiated Press, tentara tersebut dikabarkan bernama Lewis-McChord (38). Ia berasal dari Washington, menikah, dan memiliki dua anak. Ini merupakan pertama kalinya ia bertugas di Afghanistan.(azh)
Hal itu diungkapkan Kepala Pertahanan Amerika Serikat (AS) Leon Panetta, dalam perjalanan menuju Kyrgystan, Afghanistan.
Sementara itu, di lokasi yang berbeda, melalui juru bicara Brigadir Jenderal Carsten Jacobson, para pemimpin North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang mengepalai misi pasukan perdamaian International Security Assistance Force (ISAF) berjanji untuk melakukan penyelidikan secara cepat dan menyeluruh untuk semua anggota pasukan Amerika Serikat, demi menuntaskan insiden ini.
"ISAF menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam dan juga mengucapkan belasungkawa kepada semua keluarga korban, dengan penuh hormat kami memohon kepada semua warga Afghanistan untuk memberikan kami waktu untuk melakukan penyelidikan secara cepat dan menyeluruh," ungkap Carsten seperti dikutip dalam Xinhua, Selasa (13/3/2012).
Juru bicara ISAF mengatakan bahwa aksi penyerangan ini bukanlah sebuah aksi balasan atas insiden penembakan enam agen ISAF yang terbunuh akibat ricuh aksi pembakaran Alquran pada pertengahan Februari lalu di basis militer AS di Bagram.
"Penyelidikan sedang dilakukan, kami belum bisa memberikan rincian tentang sanksi yang akan dijatuhkan, yang pasti status hukum tersangka diatur secara teknis dalam perjanjian militer Afganistan dan masyarakat internasional," ujar juru bicara ISAF.
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan insiden ini merupakan sebuah aksi yang terisolasi. Selain itu insiden ini tidak akan mengubah keputusan AS untuk menarik mundur pasukan NATO dari Afghanistan pada 2014.
Insiden penembakan 16 orang warga sipil Afghanistan dilakukan oleh seorang tentara AS berpangkat sersan pada Minggu 11 Maret 2012, 00.03 waktu setempat. Dia keluar dari markasnya kemudian berjalan ke Desa Alkozai dan Najeeban yang hanya berjarak 500 meter dari markasnya.
Sersan ini kemudian melakukan aksi penembakan terhadap tiga rumah. Ia kembali ke markas setelah melakukan aksi brutalnya.
Seperti diberitakan dalam Assosiated Press, tentara tersebut dikabarkan bernama Lewis-McChord (38). Ia berasal dari Washington, menikah, dan memiliki dua anak. Ini merupakan pertama kalinya ia bertugas di Afghanistan.(azh)
()