Eropa membeku, gunakan pakaian yang pas
A
A
A
Sindonews.com - Eropa membeku, tidak terkecuali Swiss. Ratusan orang tewas kedinginan,kecuali di Heidi Land. Setidaknya, hingga berita ini ditulis, kendati suhu mendekati minus 40 derajat Celsius, belum ada kabar penduduk Swiss meninggal karena tak tahan dingin.
Tidak di kota, tidak di pegunungan. Di panti-panti jompo pun, yang biasa rawan kematian karena tak tahan cuaca, juga belum terjadi. ”Resepnya cuma satu,pakaian yang pas,” kata Wolf,penghuni panti jompo di Lucerne,Swiss Tengah.
Pakaian yang pas itu, kata Wolf, disesuaikan kondisi lapangan. Jika sekarang suhu di Lucerne pada siang hari minus 18 derajat Celsius, selain jaket, celana, sepatu, dan sarung tangan khusus musim dingin, tidak lupa pula mengenakan topi yang menutupi daun telinga.
SINDOyang mencoba keluar rumah tanpa tutup kepala hanya tahan sekitar 10 menit berada di luar ruangan. Pakaian yang pas biasanya tidak begitu dipahami kalangan turis atau warga negara Indonesia yang baru beberapa bulan menetap di Swiss. Dianggapnya cukup dengan pakaian berlapis sudah bisa menghadapi ganasnya cuaca. Pakaian yang pas juga menyangkut sepatu yang bisa menahan air masuk.Begitu juga sarung tangan dan penutup kepala.
”Tidak sekadar sarung tangan katun atau kulit seperti yang saya lihat turisturis itu.Kasihan pasti mereka. Meski menikmati keindahan Swiss, mereka menderita kedinginan,” tuturnya.
Ketika banyak gelandangan di Eropa, khususnya bagian timur tewas karena kedinginan, Swiss belum mengalaminya. Zurich, kota terbesar di Swiss, yang juga terdapat penggelandang karena pilihan sendiri,sampai saat ini juga nihil kabar tentang kematian. Kota yang sering menerima penghargaan sebagai kota terbaik di dunia ini, sekaligus termahal, pemdanya berperan aktif melindungi warganya.
Melalui lembaga yang bernama Sicherheit Intervention Praevention (SIP) Zurich, pemerintah terus memantau kaum gelandangan yang biasanya tidur di sudut-sudut kota. Ketua SIP Zurich Fischer mengaku, pihaknya berpatroli sepanjang malam ketika musim dingin seperti ini.
”Kalau ada gelandangan yang kedinginan, kita langsung bujuk untuk tidur di penampungan,” katanya kepada wartawan.
Jika gelandangan tersebut menolak namun kondisinya terlihat mengkhawatirkan, imbuh Fischer, pihaknya tak segan-segan memanggil polisi untuk memaksanya tidur di penampungan. ”Kalau yang bersangkutan baik-baik saja, yakita biarkan,” imbuhnya.
Bagaimana masyarakat biasa menghadapi musim dingin semacam ini? Umumnya keluarga Swiss sudah memiliki pakaian khusus menghadapi musim dingin, yakni pakaian yang tahan dingin hingga suhu minus. Tidak berlebihan jika tetap saja banyak keluarga yang membiarkan anak-anaknya bermain di luar.
Polandia dan Ukraina,dua negara Eropa Timur, yang mengalami paling banyak korban jiwa, rata-rata penduduknya hidup di bawah standar jika dibandingkan Swiss.(azh)
Tidak di kota, tidak di pegunungan. Di panti-panti jompo pun, yang biasa rawan kematian karena tak tahan cuaca, juga belum terjadi. ”Resepnya cuma satu,pakaian yang pas,” kata Wolf,penghuni panti jompo di Lucerne,Swiss Tengah.
Pakaian yang pas itu, kata Wolf, disesuaikan kondisi lapangan. Jika sekarang suhu di Lucerne pada siang hari minus 18 derajat Celsius, selain jaket, celana, sepatu, dan sarung tangan khusus musim dingin, tidak lupa pula mengenakan topi yang menutupi daun telinga.
SINDOyang mencoba keluar rumah tanpa tutup kepala hanya tahan sekitar 10 menit berada di luar ruangan. Pakaian yang pas biasanya tidak begitu dipahami kalangan turis atau warga negara Indonesia yang baru beberapa bulan menetap di Swiss. Dianggapnya cukup dengan pakaian berlapis sudah bisa menghadapi ganasnya cuaca. Pakaian yang pas juga menyangkut sepatu yang bisa menahan air masuk.Begitu juga sarung tangan dan penutup kepala.
”Tidak sekadar sarung tangan katun atau kulit seperti yang saya lihat turisturis itu.Kasihan pasti mereka. Meski menikmati keindahan Swiss, mereka menderita kedinginan,” tuturnya.
Ketika banyak gelandangan di Eropa, khususnya bagian timur tewas karena kedinginan, Swiss belum mengalaminya. Zurich, kota terbesar di Swiss, yang juga terdapat penggelandang karena pilihan sendiri,sampai saat ini juga nihil kabar tentang kematian. Kota yang sering menerima penghargaan sebagai kota terbaik di dunia ini, sekaligus termahal, pemdanya berperan aktif melindungi warganya.
Melalui lembaga yang bernama Sicherheit Intervention Praevention (SIP) Zurich, pemerintah terus memantau kaum gelandangan yang biasanya tidur di sudut-sudut kota. Ketua SIP Zurich Fischer mengaku, pihaknya berpatroli sepanjang malam ketika musim dingin seperti ini.
”Kalau ada gelandangan yang kedinginan, kita langsung bujuk untuk tidur di penampungan,” katanya kepada wartawan.
Jika gelandangan tersebut menolak namun kondisinya terlihat mengkhawatirkan, imbuh Fischer, pihaknya tak segan-segan memanggil polisi untuk memaksanya tidur di penampungan. ”Kalau yang bersangkutan baik-baik saja, yakita biarkan,” imbuhnya.
Bagaimana masyarakat biasa menghadapi musim dingin semacam ini? Umumnya keluarga Swiss sudah memiliki pakaian khusus menghadapi musim dingin, yakni pakaian yang tahan dingin hingga suhu minus. Tidak berlebihan jika tetap saja banyak keluarga yang membiarkan anak-anaknya bermain di luar.
Polandia dan Ukraina,dua negara Eropa Timur, yang mengalami paling banyak korban jiwa, rata-rata penduduknya hidup di bawah standar jika dibandingkan Swiss.(azh)
()