Dinginnya malam Natal di Selandia Baru

Sabtu, 24 Desember 2011 - 16:40 WIB
Dinginnya malam Natal di Selandia Baru
Dinginnya malam Natal di Selandia Baru
A A A
Sindonews.com - Perayaan malam Natal di kota Christchurch, Selandia Baru terasa sangat dingin. Ketakutan akan gempa susulan terus membayangi korban gempa yang tengah melakukan persiapan malam Natal.

Gempa berkekuatan 5 skala richer yang terjadi sejak pukul 1.58 PM (0058 GMT), pada Jumat, 23 Desember 2011, telah memporak-porandakan kota. Dalam waktu 24 jam, kawasan ini telah dihantam gempa sebanyak 39 kali dengan kekuatan 3-5 skala richer.

Gempa sebelumnya juga terjadi 10 bulan lalu dilokasi yang sama. Pada saat itu korban jiwa mencapai 181 jiwa. Peristiwa ini rupanya masih menghantui warga setempat. Di tengah ketakutan itu, Pemerintah Kota Christchurch coba menenangkan warga dengan melakukan perbaikan.

Sedikitnya, 2000 relawan dan tentara dikerahkan untuk melakukan pemulihan pasokan air, listrik dan pinggiran kota sejak gempa. Walikota Bob Parker Christchurch mengatakan, akan berbuat semaksimal mungkin agar warganya ikut merasakan hangatnya malam Natal.

"Para relawan dan tentara sudah bekerja selama satu hari satu malam tanpa berhenti membersihkan kota dari sisa puing-puing akibat gempa," ujarnya seperti dikutip AFP, Sabtu (24/12/2011).

Dia menjelaskan, Selandia Baru berada dalam cincin api, di atas batas lempeng tektonik Australia dan Pasifik. Setiap tahun, wilayah ini dihantam 15000 gempa. "Kami akan berusaha agar hari ini pasokan air, pengolahan air limbah dan jalan sudah bisa diperbaiki," tambahnya.

Akibat gempa itu, Bandara Internasional terpaksa di tutup, tidak ada tempat hiburan dan pusat perbelanjaan. Tiga rumah warga hancur, semuanya ditutup. Ini lah malam Natal tergelap bagi warga Selandia Baru.

Kondisi ini membuat banyak warga Selandia Baru kapok tinggal di kampung halaman mereka. Bahkan sebagian warga yang coba pindah rumah ke luar negeri untuk menghindari gempa bumi yang menghancurkan itu.

Diantara warga yang memiliki rencana untuk keluar dari Selandia Baru itu adalah Sarah dan Judah Matenga. Dua gadis itu mengaku stress dengan kerugian yang diakibatkan gempa terhadap barang-barang mereka.

"Setelah ini, kami akan pindah ke Australia. Banyak barang-barang berharga kami yang hacur akibat gempa ini. Tidak ada yang tersisa," jelasnya.

Kendati begitu, banyak juga warga yang memilih bertahan dan tinggal di kota itu. Seperti yang dialami Parker misalnya. Pria ini mengaku tabah dengan gempa yang baru saja dialaminya, serta memilih untuk tinggal.

"Semuanya berayun-ayun, goncangannya sangat keras. Rumah kami seperti terangkat dari permukaan tanah dan dipukul oleh palu besar," terangnya coba menggambarkan saat suasana gempa terjadi.

Untuk membenahi kerusakan yang terjadi akibat gempa di butuhkan dana US $ 15,5 miliar. Perdana Mentri Jhon Key mengatakan, pemerintah memutuskan untuk membangun kota Christchurch yang belum pulih dari gempa sebelumnya. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5632 seconds (0.1#10.140)