Linda Tripp, Wanita yang Membongkar Perselingkuhan Clinton Meninggal

Kamis, 09 April 2020 - 09:45 WIB
Linda Tripp, Wanita...
Linda Tripp, Wanita yang Membongkar Perselingkuhan Clinton Meninggal
A A A
WASHINGTON - Linda Tripp, wanita yang menjadi tokoh kunci dalam pemakzulan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton, meninggal dunia dalam usia 70 tahun. Tripp secara diam-diam merekam percakapannya dengan Monica Lewinsky pada 1990-an yang berujung pada pemakzulan Clinton.

Pengacara Tripp, Joseph Murtha, mengkonfirmasi kematian Tripp kepada media Inggris The Guardian, Kamis (9/4/2020). Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait kematian Tripp.

Sementara menantu Tripp, Thomas Foley mengatakan kepada New York Post kematian Tripp tidak ada hubungan dengan wabah virus Corona. Foley menggambarkan mertuanya sebagai sosok yang istimewa dan nenek yang sangat mencintai keluarganya.

Menurut New York Post, Allison Tripp Foley, anak perempuan Tripp, dalam sebuah postingan di Facebook pada Selasa malam mengatakan bahwa ibunya yang berusia 70 tahun sakit parah. Profil Facebook-nya kemudian dikunci.

"Kami seperti saudara. Saya mencintainya. Saya patah hati sekarang," Diane Spreadbury, seorang teman dekat Tripp, mengatakan kepada Daily Mail.

"Saya senang untuknya bahwa itu sangat damai. Saya diberitahu bahwa dia meninggal dengan senyum di wajahnya," katanya lagi.

“Kami telah membahas kematian berkali-kali dan membicarakannya bersama ketika dia menghadapi kanker payudara 18 tahun yang lalu. Itu bukan sesuatu yang dia takuti," imbuhnya.

Tripp adalah seorang karyawan Pentagon pada 1997 ketika dia diam-diam merekam percakapannya dengan Lewinsky, yang menceritakan kepadanya tentang perselingkuhannya dengan Clinton ketika dia menjadi staf magang Gedung Putih. Tripp kemudian menyerahkan rekaman lebih dari 22 jam ke jaksa penuntut khusus Ken Starr.

Rekaman Tripp menjadi whistleblower pada Clinton dan hampir menenggelamkan kepresidenannya, menjadikannya presiden AS kedua yang dimakzulkan. Tetapi rekaman itu juga membuat Lewinsky secara terbuka diserang dan dipermalukan selama bertahun-tahun.

Setelah menyangkal perselingkuhan dalam deposisi sumpah, Clinton diadili dengan tuduhan menghalangi keadilan dan sumpah palsu. Dia dibebaskan di Senat setelah sidang selama 21 hari.

Murtha, pengacara Tripp, kemudian membela Tripp terhadap tuduhan bahwa ia telah secara ilegal merekam pembicaraan dan tuduhan itu akhirnya dibatalkan.

Lewinsky menceritakan kepada Barbara Walters perasaannya ketika dia mengetahui tentang rekaman rahasia itu.

“Dimusnahkan dan dilanggar serta dikhianati. Dan takut,” katanya Lewinsky. “Saya tidak pernah begitu takut sepanjang hidup saya. Saya ingin mati," imbuhnya.

Terlepas dari itu, Lewinsky memberika kata-kata dukungan kepada keluarga Tripp.

“Tidak peduli masa lalu, setelah mendengar bahwa Linda Tripp sakit parah, saya mengharapkan kesembuhannya. Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini bagi keluarganya," kata Lewinsky di akun Twitternya.

Berbicara di depan umum pada tahun 2018, Tripp mengatakan dia hanya punya satu penyesalan: “Tidak punya nyali untuk melakukannya lebih cepat."

"Itu selalu tentang benar dan salah, tidak pernah kiri dan kanan," kata Tripp di sebuah acara yang menandai Hari Pelaporan Nasional di Capitol Hill, seperti dilaporkan Washington Post.

“Itu tentang mengungkap sumpah palsu dan halangan keadilan. Itu tidak pernah tentang politik," tegasnya.

Berbicara dengan podcast Slate Slow Burn pada tahun 2018, Tripp menyatakan bahwa perilaku Clinton tidak bisa dimaafkan bagi siapa pun, apalagi pemimpin free world di Oval Office"

Dia mengatakan skandal itu tidak mengubah hidupnya, tetapi dia percaya bahwa jika Clinton menghadapi hukuman lebih keras untuk perannya dalam skandal itu, gerakan #MeToo yang meminta pertanggungjawaban orang-orang kuat akan datang lebih cepat.

"Saya pikir #MeToo akan menjadi sejarah dan kami akan jauh lebih jauh bersama memastikan bahwa semua ini tidak terjadi di tempat kerja, menjadikannya pengecualian daripada aturan," kata Tripp.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0902 seconds (0.1#10.140)