Mayat-mayat Korban Corona di Jalanan, Kota di Ekuador Krisis Peti Mati
A
A
A
GUAYAQUIL - Pemerintah Ekuador memerintahkan pasukan keamanan mengevakuasi 150 mayat korban virus corona baru, COVID-19, dari jalan-jalan dan rumah-rumah penduduk di kota Guayaquil, pekan lalu. Parahnya, kota tersebut kini kehabisan peti mati.
Ratusan jasad itu sempat dibiarkan tergeletak di jalan-jalan dan di dalam rumah penduduk selama berhari-hari karena tempat tidur rumah sakit dan kamar mayat sudah penuh. Penduduk setempat tidaka berani menguburkan kerabat mereka karena kota pelabuhan tersebut sedang memberlakukan pembatasan pergerakan yang ketat.
Menurut pemerintah kota, krisis peti mati memaksa penduduk setempat menggunakan kotak kardus untuk menyimpan jasad-jasad korban. (Baca: Horor, Ekuador Evakuasi Mayat-mayat Korban Corona dari Rumah )
Pihak berwenang di kota Guayaquil mengaku telah menerima sumbangan 1.000 peti mati kardus dari produsen lokal, dan mengirimkannya untuk digunakan di dua pemakaman lokal.
"Ini agar mereka dapat memenuhi permintaan," kata juru bicara balai kota Guayaquil kepada AFP yang dilansir Senin (6/4/2020). "Tidak ada peti mati di kota atau (kalau ada) itu sangat mahal."
Pengusaha Santiago Olivares, yang memiliki rantai usaha rumah duka, mengatakan perusahaannya tidak dapat memenuhi permintaan.
“Saya menjual 40 yang saya miliki di cabang pusat kota, dan 40 lainnya dari kantor pusat saya. Saya harus memesan 10 lagi di akhir pekan dan mereka kehabisan," kata Olivares kepada AFP.
Peti mati termurah saat ini harganya sekitar USD400. (Baca juga: Di Ekuador, Mayat-mayat Korban Corona Tergeletak di Jalanan)
Olivares mengatakan jam malam yang diberlakukan 15 jam di kota itu berkontribusi pada kekurangan bahan baku dasar untuk pembuat peti mati seperti kayu dan logam.
Pekan lalu, warga mem-posting video di media sosial yang memperlihatkan jasad-jasad yang ditinggalkan di jalan-jalan di kota Guayaquil. Kota ini menjadi episentrum atau pusat wabah COVID-19 di Ekuador.
Pemerintah sudah memerintahkan pasukan keamanan mengevakuasi 150 jasad dari jalan-jalan dan rumah penduduk. "Peti mati kardus akan sangat membantu dalam memberikan penguburan yang bermartabat bagi orang yang meninggal selama darurat kesehatan ini," tulis Kantor Wali Kota Guayaquil di Twitter.
Ratusan jasad itu sempat dibiarkan tergeletak di jalan-jalan dan di dalam rumah penduduk selama berhari-hari karena tempat tidur rumah sakit dan kamar mayat sudah penuh. Penduduk setempat tidaka berani menguburkan kerabat mereka karena kota pelabuhan tersebut sedang memberlakukan pembatasan pergerakan yang ketat.
Menurut pemerintah kota, krisis peti mati memaksa penduduk setempat menggunakan kotak kardus untuk menyimpan jasad-jasad korban. (Baca: Horor, Ekuador Evakuasi Mayat-mayat Korban Corona dari Rumah )
Pihak berwenang di kota Guayaquil mengaku telah menerima sumbangan 1.000 peti mati kardus dari produsen lokal, dan mengirimkannya untuk digunakan di dua pemakaman lokal.
"Ini agar mereka dapat memenuhi permintaan," kata juru bicara balai kota Guayaquil kepada AFP yang dilansir Senin (6/4/2020). "Tidak ada peti mati di kota atau (kalau ada) itu sangat mahal."
Pengusaha Santiago Olivares, yang memiliki rantai usaha rumah duka, mengatakan perusahaannya tidak dapat memenuhi permintaan.
“Saya menjual 40 yang saya miliki di cabang pusat kota, dan 40 lainnya dari kantor pusat saya. Saya harus memesan 10 lagi di akhir pekan dan mereka kehabisan," kata Olivares kepada AFP.
Peti mati termurah saat ini harganya sekitar USD400. (Baca juga: Di Ekuador, Mayat-mayat Korban Corona Tergeletak di Jalanan)
Olivares mengatakan jam malam yang diberlakukan 15 jam di kota itu berkontribusi pada kekurangan bahan baku dasar untuk pembuat peti mati seperti kayu dan logam.
Pekan lalu, warga mem-posting video di media sosial yang memperlihatkan jasad-jasad yang ditinggalkan di jalan-jalan di kota Guayaquil. Kota ini menjadi episentrum atau pusat wabah COVID-19 di Ekuador.
Pemerintah sudah memerintahkan pasukan keamanan mengevakuasi 150 jasad dari jalan-jalan dan rumah penduduk. "Peti mati kardus akan sangat membantu dalam memberikan penguburan yang bermartabat bagi orang yang meninggal selama darurat kesehatan ini," tulis Kantor Wali Kota Guayaquil di Twitter.
(mas)