Akibat Virus Corona, Ruang Publik di Dunia Kian Sunyi

Sabtu, 04 April 2020 - 06:05 WIB
Akibat Virus Corona,...
Akibat Virus Corona, Ruang Publik di Dunia Kian Sunyi
A A A
ROMA - Virus corona (Covid-19) telah mengubah banyak perilaku manusia. Selain lebih disiplin dalam menjaga kesehatan, dampak dari merebaknya virus ini membuat orang enggan bepergian jauh dari rumah.

Kebijakan sejumlah negara yang membatasi aktivitas warganya seperti dengan lockdown atau karantina wilayah membuat ritme kegiatan harian berubah drastis. Dalam satu setengah bulan terakhir aktivitas masyarakat dunia lebih banyak dihabiskan di rumah dan sekitarnya. Ini membuat kota-kota di dunia menjadi lebih sunyi sekaligus sehat, termasuk Jakarta.

Potret rendahnya aktivitas di ruang publik ini juga terekam dari pantauan Google belum lama ini. Pantauan yang berbasis Google Maps dan produk Google lainnya menunjukkan intensitas kunjungan menuju ritel dan tempat rekreasi, grosir dan farmasi, stasiun dan terminal, taman, dan kantor kian menurun. Di sejumlah kota di Eropa penurunan bahkan hampir mencapai 100%.

Google Mapsmendata, sebagian besar masyarakat dunia kini lebih memilih tinggal atau beraktivitas di sekitar rumah, perumahan, atau apartemen, tak terkecuali atlet, aktor, atau tokoh besar dunia seperti Ratu Elizabeth II.

Google telah melacak pergerakan orang di 130 negara, termasuk Indonesia. Brand paling berharga di dunia pada 2017 itu biasanya menggunakan fitur tersebut untuk membantu pengendara menghindari kemacetan di jalan-jalan utama.

Dalam laporan ini, Google telah melacak pergerakan orang di titik-titik tertentu. Google berharap data ini dapat digunakan otoritas kesehatan untuk menanggulangi wabah Covid-19. Terkait hal ini, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu juga berjanji akan menjaga privasi setiap orang yang didata Google Maps selama masa lockdown. “Informasi ini diharapkan dapat membantu pejabat pemerintah menerapkan kebijakan yang tepat,” ungkap Google. (Baca: Saling Sikut di Tengah Pandemi Corona, AS Bajak Masker untuk Jerman)

Selain itu, dengan adanya kunjungan ke sejumlah hub transportasi, pemerintah juga bisa menambah unit atau jam operasional bus. Dengan demikian, penumpang tidak sampai berdesak-desakan. Dari penginderaan ini juga terungkap bahwa pergerakan manusia mengalami penurunan yang tajam dari waktu ke waktu selama wabah ini mengganas di berbagai belahan dunia akhir-akhir ini.

Google menambahkan, pengguna Google Maps dapat memilih untuk tidak memberikan data. Namun, dengan sikap kooperatif, mereka dapat melihat tingkat kepadatan pengunjung di suatu lokasi sehingga dapat menghindari titik itu. Pendataan ini juga menunjukkan implementasi lockdown berjalan sesuai harapan.

Laporan ini hanya berselang sehari setelah Kepala Pengadilan Uni Eropa (E) Vera Jourova mendesak perusahaan teknologi untuk turut berbagi data dengan para ilmuwan dalam menangani Covid-19. Dia juga mengkritik perusahaan media sosial yang memberikan insentif dan uang terhadap para penebar berita palsu.

Jalanan Jakarta Sepi

Berdasarkan pantauan Google, pergerakan orang di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan, sekalipun tidak resmi memberlakukan lockdown. Tingkat kunjungan ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, taman, museum, perpustakaan, dan bioskop turun hingga 47% dibandingkan pada 6 Februari lalu.

Kunjungan ke tempat grosir, pasar buah-buahan dan sayuran, toko makanan, dan apotek juga menurun sekitar 27%. Adapun menuju taman nasional, pantai, plaza, dan event nongkrong bareng turun 52%, hub transportasi turun 54%, dan perkantoran turun 15%. Sebaliknya, aktivitas di lingkungan rumah naik sekitar 15%.

Google menyatakan akurasi data dan karakteristik lokasi berbeda-beda di setiap negara sehingga tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Namun, Italia mengalami penurunan drastis. Tingkat kunjungan ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, taman, museum, perpustakaan, dan bioskop turun hingga 94%. (Baca juga: Update Covid-19: Kasus Virus Corona Global Capai Lebih dari Satu Juta Kasus)

Kunjungan ke tempat grosir, pasar buah-buahan dan sayuran, toko makanan, dan apotek juga menurun 85%. Jumlah orang menuju taman nasional, pantai, plaza, dan event turun 90%, hub transportasi turun 87%, dan perkantoran turun 63%. Maklum, Italia merupakan negara yang mengalami dampak terburuk kedua di Eropa setelah Spanyol.

Dengan jumlah pasien Covid-19 mencapai 115.242 orang sampai kemarin, Italia telah memberlakukan lockdown di 925 kota dari 106 provinsi setidaknya sejak 10 Maret lalu. Dengan adanya imbauan itu, jalanan tampak lengang. Kendaraan roda empat secara tidak biasanya mengalir dengan bebas di jalan raya di Roma.

Sama seperti di Italia, perubahan pergerakan orang di Spanyol juga turun drastis. Tingkat kunjungan ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, theme parks, museum, perpustakaan, dan bioskop turun hingga 94%. Adapun kunjungan ke tempat grosir, pasar buah-buahan dan sayuran, toko makanan, dan apotek turun 76%.

Polusi Turun


Dengan berkurangnya aktivitas lalu lintas dan pabrik akibat wabah virus corona dunia juga mengalami penurunan polusi udara. Hal itu terungkap dari citra satelit yang dikeluarkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA) beberapa waktu lalu. Di Jakarta, kualitas udara kemarin tercatat dalam kategori sedang. Pada Agustus 2019, Jakarta pernah menempati posisi sebagai kota dengan polusi terburuk di dunia.

Berdasarkan citra satelit, tingkat nitrogen dioksida di China juga sempat menumpuk pada 1-20 Januari. Namun, pada 10-25 Februari, jejak gas tersebut hampir tidak terlihat mata. Nitrogen dioksida adalah gas yang berwarna kuning-coklat, biasanya diproduksi kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan fasilitas industri. (Baca juga: Korban Meninggal di Inggris Jadi 3.605, Naik 23% Dalam Sehari)

Peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, Fei Liu, mengatakan penurunan itu terlihat paling jelas di Wuhan, pusat wabah Covid-19. “Saya baru kali ini melihat penurunan drastis di area seluas itu. Tingkat pengurangannya sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya, dilansir CNN.

Menurut IQAir, AirVisual, dan Greenpeace, China merupakan salah satu negara yang tidak terbebas dari polusi udara. Wilayah perkotaan di China juga sering diselimuti kabut asap. Melalui kebijakan baru, termasuk penggunaan mobil listrik, tingkat polusi di China diharapkan dapat menurun pada masa yang akan datang.

Selain China, negara lain yang menghadapi masalah polusi terburuk ialah India. Sebanyak 22 dari 30 kota polusi terburuk di dunia bahkan berada di India. Kota India yang paling tercemar ialah kota industri Gurugram. Tingkat polusi udaranya 13 kali lebih tinggi dibanding standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kerugian ekonomi yang ditelan dari kematian buruh akibat PM2.5 saja mencapai USD225 miliar. Adapun untuk kesehatan ditaksir mencapai triliunan dolar AS. Bank Dunia bahkan memperkirakan polusi udara merugikan India 8,5% dari PDB. Dengan peningkatan industrialisasi, masalah itu akan kian sulit diatasi.

Polusi udara merupakan salah satu penyebab kematian yang tidak disadari banyak orang dan sudah menyebar ke seluruh dunia. WHO menyebut sebanyak 91% penduduk dunia menghirup udara “jahat”. PM2.5 dapat mencemari aliran darah ketika terhirup hingga menyebabkan kanker, stroke, dan penyakit jantung. (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)