Wabah Corona Merebak di Iran, PBB Khawatirkan Nasib Tahanan
A
A
A
JENEWA - Seorang pejabat hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinannya atas nasib tahanan di Iran. Hal itu didorong oleh laporan kerusuhan di fasilitas penjara di negara itu yang dipicu oleh kekhawatiran atas wabah virus Corona. Iran adalah salah satu negara yang paling parah terdampak pandemi virus Corona.
Media Iran telah melaporkan kerusuhan di beberapa penjara, dan pelarian massal dari sebuah fasilitas di bagian barat negara itu. Peristiwa itu terjadi di tengah pembebasan sementara sementara sekitar 100.000 tahanan untuk mengurangi kepadatan penjara.
"Seperti yang Anda lihat di Iran dan beberapa negara lain, kami melihat kerusuhan, tahanan yang takut, yang tertekan karena kehilangan kontak yang besar dari anggota keluarga dan sebagainya. Jadi ada banyak, banyak masalah seputar ini," kata jurubicara hak asasi manusia PBB, Rupert Colville, dalam pengarahan virtual di Jenewa seperti dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (4/4/2020).
Iran adalah salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi virus Corona. Jumlah kematiannya meningkat pada hari Jumat menjadi 3.294 setelah 134 orang meninggal dalam 24 jam terakhir, dengan jumlah total kasus mencapai 53.183.
"Iran telah meningkatkan jumlah (tahanan) yang dibebaskannya, setidaknya secara sementara, menjadi sekitar 100.000 tahanan - sekitar 40 persen dari seluruh populasi penjara," ujar Colville.
"Kami ngeri dengan kematian seorang tahanan remaja setelah ia dilaporkan dipukuli dengan buruk oleh petugas keamanan," imbuh Colville.
"Para tahanan memprotes kondisi penjara dan kegagalan pihak berwenang untuk sementara waktu membebaskan mereka di tengah pandemi COVID-19," ia menambahkan.
Tidak ada laporan terkait dugaan insiden itu di media Iran dan para pejabat tidak dapat dihubungi pada hari Jumat, akhir pekan di negara itu.
Media Iran telah melaporkan kerusuhan di beberapa penjara, dan pelarian massal dari sebuah fasilitas di bagian barat negara itu. Peristiwa itu terjadi di tengah pembebasan sementara sementara sekitar 100.000 tahanan untuk mengurangi kepadatan penjara.
"Seperti yang Anda lihat di Iran dan beberapa negara lain, kami melihat kerusuhan, tahanan yang takut, yang tertekan karena kehilangan kontak yang besar dari anggota keluarga dan sebagainya. Jadi ada banyak, banyak masalah seputar ini," kata jurubicara hak asasi manusia PBB, Rupert Colville, dalam pengarahan virtual di Jenewa seperti dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (4/4/2020).
Iran adalah salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi virus Corona. Jumlah kematiannya meningkat pada hari Jumat menjadi 3.294 setelah 134 orang meninggal dalam 24 jam terakhir, dengan jumlah total kasus mencapai 53.183.
"Iran telah meningkatkan jumlah (tahanan) yang dibebaskannya, setidaknya secara sementara, menjadi sekitar 100.000 tahanan - sekitar 40 persen dari seluruh populasi penjara," ujar Colville.
"Kami ngeri dengan kematian seorang tahanan remaja setelah ia dilaporkan dipukuli dengan buruk oleh petugas keamanan," imbuh Colville.
"Para tahanan memprotes kondisi penjara dan kegagalan pihak berwenang untuk sementara waktu membebaskan mereka di tengah pandemi COVID-19," ia menambahkan.
Tidak ada laporan terkait dugaan insiden itu di media Iran dan para pejabat tidak dapat dihubungi pada hari Jumat, akhir pekan di negara itu.
(ian)