Pandemi COVID-19 Paksa Setengah Populasi Dunia 'di Rumah Saja'

Jum'at, 03 April 2020 - 04:33 WIB
Pandemi COVID-19 Paksa...
Pandemi COVID-19 Paksa Setengah Populasi Dunia 'di Rumah Saja'
A A A
PARIS - Setengah dari populasi dunia terpaksa tinggal di rumah saja dalam upaya memperlambat pandemi virus Corona. Hal itu berdasarkan data terbaru yang mengejutkan, ketika pandemi virus mematikan itu terus melanda negara-negara di seluruh dunia dan menghancurkan ekonomi mereka.

Lebih dari 3,9 miliar orang di seluruh dunia telah diperintahkan atau diminta untuk tetap di rumah, kecuali dalam keadaan darurat dan untuk mendapatkan pasokan penting.

Basis data AFP yang dinukil Russia Today, Jumat (3/4/2020), memperkirakan bahwa jam malam dan/atau isolasi telah diberlakukan di lebih dari 90 negara atau wilayah guna memerangi penyebaran virus Corona. Pengumuman jam malam di Thailand - yang mulai berlaku pada hari Jumat - melewati ambang batas 50 persen, dengan lebih dari setengah populasi dunia sekarang diminta untuk mengisolasi diri mereka guna mengekang penyebaran virus.

Kasus infeksi COVID-19 melonjak menjadi lebih dari 950 ribu pada Kamis, dengan 48.000 meninggal dan lebih dari 200.000 berhasil sembuh.

Spanyol mengumumkan 950 kematian hanya dalam 24 jam, dengan total kematiannya sekarang mencapai 10.003. Ini menjadikan Spanyol negara terburuk kedua di Eropa setelah Italia, yang memiliki lebih dari 100 ribu kasus dan 13.000 kematian dan saat ini sedang di lockdown. Meskipun para pejabat kesehatan mengatakan "kurva telah stabil" di Spanyol, tes terbatas di negara itu menunjukkan ada banyak kasus yang belum ditemukan.

Di Amerika Serikat (AS) - yang sekarang memiliki lebih dari 200 ribu kasus yang dikonfirmasi dan 5.000 kematian - warga di 38 negara bagian, 48 wilayah, 14 kota, Distrik Columbia dan Puerto Rico diminta tinggal di rumah. Ini berarti lebih dari dua pertiga populasi AS sekarang berada di bawah perintah tinggal di rumah.

Klaim pengangguran telah mencapai rekor 10 juta di AS - dengan 6,6 juta orang tercatat pada pekan yang berakhir pada 28 Maret lalu - karena virus terus menutup industri dan membuat orang kehilangan pekerjaan.

Meskipun diperkirakan lebih banyak kasus dan kematian akan terjadi di seluruh dunia - para pejabat AS mengatakan "puncak" dari kasus itu sendiri akan terjadi pada pertengahan April - para peneliti berpendapat perintah penguncian dapat memiliki efek yang kuat pada penyebaran virus. Menurut sebuah makalah yang diterbitkan minggu ini dalam jurnal Science, penutupan Cina terhadap Wuhan - yang diyakini sebagai titik nol wabah ini - berhasil mencegah kasus penyakit meroket.

"Analisis kami menunjukkan bahwa tanpa larangan bepergian di Wuhan dan tanggap darurat nasional, akan ada lebih dari 700.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di luar Wuhan pada tanggal itu," kata peneliti Oxford Christopher Dye.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1226 seconds (0.1#10.140)