Italia Belum Mencapai Puncak Wabah, Lockdown Diperpanjang
A
A
A
ROMA - Infeksi virus corona di Italia belum mencapai puncak wabah. Para pejabat memperingatkan lockdown akan diperpanjang hingga setelah 3 April.
Italia melaporkan 8.215 korban tewas akibat virus corona, paling banyak dibandingkan negara lain di dunia. Total kasus mencapai 80.539 berdasarkan data terbaru pemerintah.
“Kita belum mencapai puncak dan kita belum melaluinya,” ungkap Kepala Superior Health Institute Silvio Brusaferro.
Dia menambahkan, ada sejumlah tanda penurunan jumlah orang yang terinfeksi. “Saat penurunan terjadi, seberapa jauh itu tergantung pada perilaku kita,” papar Brusaferro menyebut seberapa patuh warga Italia akan terus menghormati lockdown yang diterapkan pemerintah.
Italia menjadi negara Barat pertama yang menerapkan pembatasan pergerakan secara ketat setelah menemukan wabah itu lima pekan silam. Otoritas memperketat pembatasan, melarang semua aktivitas tidak penting hingga Jumat pekan depan.
Meski demikian, Franco Locatelli, kepala dewan penasehat pemerintah untuk masalah kesehatan menjelaskan, batas waktu lockdown perlu diperpanjang.
“Jika saya telah memutuskan menggunakan data hari ini, saya yakin langkah itu akan diperpanjang,” kata dia.
Sekolah dan universitas menjadi lokasi pertama yang ditutup sejak 5 Maret. Menteri Pendidikan Lucia Azzolina menjelaskan, tanggal untuk pencabutan penutupan pada 3 April akan diperpanjang.
“Tujuan kami memastikan pelajar kembali sekolah hanya saat kami sepenuhnya yakin bahwa itu aman. Kesehatan adalah prioritas,” ungkap Azzolina.
Wilayah Lombardy menjadi lokasi terparah yang terkena wabah, mencakup 43% total kasus dan 60% korban tewas.
Wilayah itu mengalami peningkatan kasus baru pada Kamis (26/3) namun Gubernur Attilio Fontana menyatakan peningkatan itu karena tes ditingkatkan.
“Hari ini ada pengurangan jumlah infeksi, yang merupakan berita bagus,” kata Fontana yang menambahkan untuk melihat tren maka perlu mengamati data selama periode lima hari.
“Tingkat infeksi tidak tumbuh dan saya pikir itu turun,” ujar Fontana.
Italia melaporkan 8.215 korban tewas akibat virus corona, paling banyak dibandingkan negara lain di dunia. Total kasus mencapai 80.539 berdasarkan data terbaru pemerintah.
“Kita belum mencapai puncak dan kita belum melaluinya,” ungkap Kepala Superior Health Institute Silvio Brusaferro.
Dia menambahkan, ada sejumlah tanda penurunan jumlah orang yang terinfeksi. “Saat penurunan terjadi, seberapa jauh itu tergantung pada perilaku kita,” papar Brusaferro menyebut seberapa patuh warga Italia akan terus menghormati lockdown yang diterapkan pemerintah.
Italia menjadi negara Barat pertama yang menerapkan pembatasan pergerakan secara ketat setelah menemukan wabah itu lima pekan silam. Otoritas memperketat pembatasan, melarang semua aktivitas tidak penting hingga Jumat pekan depan.
Meski demikian, Franco Locatelli, kepala dewan penasehat pemerintah untuk masalah kesehatan menjelaskan, batas waktu lockdown perlu diperpanjang.
“Jika saya telah memutuskan menggunakan data hari ini, saya yakin langkah itu akan diperpanjang,” kata dia.
Sekolah dan universitas menjadi lokasi pertama yang ditutup sejak 5 Maret. Menteri Pendidikan Lucia Azzolina menjelaskan, tanggal untuk pencabutan penutupan pada 3 April akan diperpanjang.
“Tujuan kami memastikan pelajar kembali sekolah hanya saat kami sepenuhnya yakin bahwa itu aman. Kesehatan adalah prioritas,” ungkap Azzolina.
Wilayah Lombardy menjadi lokasi terparah yang terkena wabah, mencakup 43% total kasus dan 60% korban tewas.
Wilayah itu mengalami peningkatan kasus baru pada Kamis (26/3) namun Gubernur Attilio Fontana menyatakan peningkatan itu karena tes ditingkatkan.
“Hari ini ada pengurangan jumlah infeksi, yang merupakan berita bagus,” kata Fontana yang menambahkan untuk melihat tren maka perlu mengamati data selama periode lima hari.
“Tingkat infeksi tidak tumbuh dan saya pikir itu turun,” ujar Fontana.
(sfn)