PM Inggris Boris Johnson Positif Terinfeksi Virus Corona
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dinyatakan positif mengidap virus Corona setelah menjalani tes. Ia pun akan mengisolasi diri, tetapi masih akan memimpin tanggapan pemerintah untuk menghadapi wabah tersebut.
"Selama 24 jam terakhir saya telah merasakan gejala ringan dan dites positif untuk virus Corona," kata Johnson.
"Saya sekarang mengisolasi diri, tetapi saya akan terus memimpin tanggapan pemerintah melalui konferensi video saat kami memerangi virus ini," sambungnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (27/3/2020).
Johnson bukanlah pejabat pertama Inggris yang terinfeksi virus Corona. Sebelumnya ada Menteri Kesehatan Junior Inggris Nadine Dorries yang dinyatakan positif Corona. Kemudian, pewaris takhta kerajaan Inggris Pangeran Charles yang juga dinyatakan positif virus mematikan tersebut.
Inggris sendiri menjadi salah satu negara di Eropa dengan dampak terburuk virus Corona. Sejauh ini, 578 orang di Inggris telah meninggal setelah dites positif virus Corona dan jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 11.658. Menurut penghitungan Reuters, jumlah ini adalah yang terburuk ketujuh di dunia, setelah Italia, Spanyol, China, Iran, Prancis dan Amerika Serikat.
"Selama 24 jam terakhir saya telah merasakan gejala ringan dan dites positif untuk virus Corona," kata Johnson.
"Saya sekarang mengisolasi diri, tetapi saya akan terus memimpin tanggapan pemerintah melalui konferensi video saat kami memerangi virus ini," sambungnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (27/3/2020).
Johnson bukanlah pejabat pertama Inggris yang terinfeksi virus Corona. Sebelumnya ada Menteri Kesehatan Junior Inggris Nadine Dorries yang dinyatakan positif Corona. Kemudian, pewaris takhta kerajaan Inggris Pangeran Charles yang juga dinyatakan positif virus mematikan tersebut.
Inggris sendiri menjadi salah satu negara di Eropa dengan dampak terburuk virus Corona. Sejauh ini, 578 orang di Inggris telah meninggal setelah dites positif virus Corona dan jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 11.658. Menurut penghitungan Reuters, jumlah ini adalah yang terburuk ketujuh di dunia, setelah Italia, Spanyol, China, Iran, Prancis dan Amerika Serikat.
(ian)