WHO: Uji Coba Vaksin Virus Corona COVID-19 Telah Dimulai
A
A
A
JENEWA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan uji coba vaksin pertama untuk virus corona jenis baru, COVID-19, telah dimulai. Namun, dia tidak mengungkap di negara mana uji coba vaksin berlangsung.
Menurut Tedros, uji coba dimulai hanya 60 hari setelah urutan genetik virus dibagi oleh China. Ketika uji coba vaksin untuk COVID-19 menjadi tonggak sejarah, para pejabat kesehatan dunia mengatakan akan membutuhkan setidaknya 12 hingga 18 bulan bagi vaksin tersedia untuk penggunaan umum.
Pada konferensi pers virtual yang diadakan di kantor pusat WHO di Jenewa hari Rabu, Tedros mengatakan lebih dari 200.000 kasus virus corona baru telah dikonfirmasi dan lebih dari 8.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia.
Tedros memuji para peneliti di seluruh dunia yang bertindak bersama untuk mengevaluasi secara sistematis terapi eksperimental.
"Banyak uji coba kecil dengan metodologi berbeda mungkin tidak memberi kita bukti yang jelas dan kuat yang kita butuhkan tentang perawatan yang membantu menyelamatkan hidup (manusia)," katanya, seperti dikutip Anadolu, Kamis (19/3/2020).
Karena alasan inilah WHO dan para mitranya mengadakan penelitian di negara-negara di mana beberapa pengobatan yang belum diuji dibandingkan satu sama lain.
Negara-negara yang telah mengonfirmasi bahwa mereka akan bergabung dengan "uji coba solidaritas" antara lain Argentina, Bahrain, Kanada, Prancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.
"Kami tahu bahwa banyak negara sekarang menghadapi epidemi yang meningkat dan merasa kewalahan," kata Tedros yang mencatat bahwa ada juga harapan.
Warga di seluruh dunia dapat melakukan banyak hal untuk menghambat penyebaran wabah COVID-19, seperti menjaga jarak fisik yang meliputi membatalkan acara olahraga, konser, dan pertemuan besar lainnya.
Mereka dapat mengurangi beban pada sistem kesehatan dan membantu membuat epidemi dikelola, yang memungkinkan tindakan memiliki target dan terfokus.
"Tetapi untuk menekan dan mengendalikan epidemi, negara harus mengisolasi, menguji, mengobati dan melacak," ujar Tedros.
"Jika tidak, rantai transmisi dapat berlanjut pada tingkat rendah, kemudian bangkit kembali setelah langkah-langkah (menjaga) jarak fisik dicabut."
Dia mengatakan bahwa WHO terus merekomendasikan bahwa mengisolasi, menguji dan merawat setiap kasus yang dicurigai, serta melacak setiap kontak, harus menjadi tulang punggung respons di setiap negara.
"Ini adalah harapan terbaik untuk mencegah penularan masyarakat secara luas," kata Tedros.
Menurut Tedros, uji coba dimulai hanya 60 hari setelah urutan genetik virus dibagi oleh China. Ketika uji coba vaksin untuk COVID-19 menjadi tonggak sejarah, para pejabat kesehatan dunia mengatakan akan membutuhkan setidaknya 12 hingga 18 bulan bagi vaksin tersedia untuk penggunaan umum.
Pada konferensi pers virtual yang diadakan di kantor pusat WHO di Jenewa hari Rabu, Tedros mengatakan lebih dari 200.000 kasus virus corona baru telah dikonfirmasi dan lebih dari 8.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia.
Tedros memuji para peneliti di seluruh dunia yang bertindak bersama untuk mengevaluasi secara sistematis terapi eksperimental.
"Banyak uji coba kecil dengan metodologi berbeda mungkin tidak memberi kita bukti yang jelas dan kuat yang kita butuhkan tentang perawatan yang membantu menyelamatkan hidup (manusia)," katanya, seperti dikutip Anadolu, Kamis (19/3/2020).
Karena alasan inilah WHO dan para mitranya mengadakan penelitian di negara-negara di mana beberapa pengobatan yang belum diuji dibandingkan satu sama lain.
Negara-negara yang telah mengonfirmasi bahwa mereka akan bergabung dengan "uji coba solidaritas" antara lain Argentina, Bahrain, Kanada, Prancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.
"Kami tahu bahwa banyak negara sekarang menghadapi epidemi yang meningkat dan merasa kewalahan," kata Tedros yang mencatat bahwa ada juga harapan.
Warga di seluruh dunia dapat melakukan banyak hal untuk menghambat penyebaran wabah COVID-19, seperti menjaga jarak fisik yang meliputi membatalkan acara olahraga, konser, dan pertemuan besar lainnya.
Mereka dapat mengurangi beban pada sistem kesehatan dan membantu membuat epidemi dikelola, yang memungkinkan tindakan memiliki target dan terfokus.
"Tetapi untuk menekan dan mengendalikan epidemi, negara harus mengisolasi, menguji, mengobati dan melacak," ujar Tedros.
"Jika tidak, rantai transmisi dapat berlanjut pada tingkat rendah, kemudian bangkit kembali setelah langkah-langkah (menjaga) jarak fisik dicabut."
Dia mengatakan bahwa WHO terus merekomendasikan bahwa mengisolasi, menguji dan merawat setiap kasus yang dicurigai, serta melacak setiap kontak, harus menjadi tulang punggung respons di setiap negara.
"Ini adalah harapan terbaik untuk mencegah penularan masyarakat secara luas," kata Tedros.
(mas)