Kerahkan 100.000 Polisi, Sangarnya Lockdown Anti-Corona di Prancis

Selasa, 17 Maret 2020 - 11:39 WIB
Kerahkan 100.000 Polisi, Sangarnya Lockdown Anti-Corona di Prancis
Kerahkan 100.000 Polisi, Sangarnya Lockdown Anti-Corona di Prancis
A A A
PARIS - Pemerintah Prancis, mulai Selasa (17/3/2020), memberlakukan lockdown total di semua wilayah negara itu untuk menghambat penyebaran virus corona jenis baru, COVID-19. Penguncian wilayah yang diberlakukan itu tidak sembarangan, karena ada sekitar 100.000 petugas polisi yang dikerahkan untuk memastikan orang-orang tetap tinggal di rumah.

Lockdown secara harfiah bermakna mengunci akses masuk dan keluar sebuah wilayah. Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner, dalam sebuah dokumen kementerian, mengonfirmasi jumlah pasukan polisi yang dikerahkan untuk menegakkan aturan lockdown tersebut. "Instruksi sudah jelas; tinggal di rumah," kata Castaner.

Pos pemeriksaan akan didirikan secara nasional dan warga yang bergerak atau meninggalkan rumah harus dapat menunjukkan sertifikat sebagai legalitas perjalanan mereka yang diunduh dari Kementerian Dalam Negeri. (Baca: Prancis Lockdown karena Corona: 'Kami Sedang Perang' )

Aturan penguncian seluruh wilayah Prancis diumumkan Presiden Emmanuel Macron hari Senin. Presiden memerintahkan setiap warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk alasan yang diperlukan seperti berbelanja. Setiap pelanggaran aturan tersebut akan dihukum karena menyangkut keselamatan banyak orang.

"Siapa pun yang tertangkap melanggar batasan yang jauh jangkauannya harus dapat membenarkan alasan pergerakan mereka, atau akan menghadapi hukuman, termasuk denda hingga 135 Euro," kata Castaner.

"Beberapa pengecualian mungkin ditoleransi," ujarnya. "Termasuk perjalanan antar-rumah dan bekerja, untuk berbelanja, untuk alasan kesehatan, untuk bantuan orang yang rentan, untuk orang tua atau untuk perjalanan singkat," paparnya.

Menteri Castaner mencatat bahwa hanya polisi dan gendarmerie, bukan personel militer, yang akan memberlakukan aturan lockdown.

Dalam pidatonya selama 20 menit kepada publik kemarin, Presiden Macron mengatakan pemerintah Prancis harus sangat membatasi pergerakan orang-orang setidaknya untuk 15 hari ke depan. "Membatasi kontak sosial sebanyak mungkin. Setiap pelanggaran terhadap aturan baru ini akan dihukum," katanya.

Macron, yang berulang kali mengatakan Prancis sedang berperang melawan COVID-19, juga mengumumkan bahwa putaran kedua pemilu lokal yang akan diadakan pada 22 Maret akan ditunda. (Baca juga: Wabah Corona Dunia: 7.144 Orang Meninggal, 78.342 Sembuh )

"Kami sedang berperang. Perang kesehatan, tentu saja, tetapi (ini) perang," kata Presiden Macron. "Saya meminta Anda untuk tinggal di rumah. Saya meminta Anda untuk tetap tenang," katanya lagi.

"Anda akan dapat pergi untuk mendapatkan bantuan medis, pergi bekerja jika Anda harus, dan untuk melakukan aktivitas fisik, tetapi Anda tidak akan dapat bertemu dengan teman-teman di jalan," ujarnya.

"Anda tidak akan bisa berjabat tangan, dan Anda harus menjaga jarak satu meter di antara Anda," paparnya.

"Saya tahu apa yang saya minta dari Anda belum pernah terjadi sebelumnya tetapi keadaan menuntutnya," kata Macron, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/3/2020).

"Kami tidak melawan tentara lain atau negara lain. Tetapi musuh ada di sana; tidak terlihat, sulit dipahami, tetapi sedang membuat kemajuan."

Saat ini jumlah kasus infeksi COVID-19 di Prancis sebanyak 6.633 dengan jumlah orang yang meninggal mencapai 148 orang dan jumlah pasien yang disembuhkan 12 orang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3750 seconds (0.1#10.140)