KPK Arab Saudi Tangkap 298 Pejabat Termasuk Para Jenderal
A
A
A
RIYADH - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Arab Saudi yang dikenal dengan nama Nazaha menangkap dan menahan 298 pejabat pemerintah, termasuk para jenderal. Mereka dituduh terlibat suap, penggelapan, dan mengeksploitasi jabatan publik.
Dalam pengumumannya, Nazaha mengatakan bahwa penyelidik akan mengajukan tuntutan terhadap mereka yang saat ini ditahan. Operasi antikorupsi ini mirip dengan operasi serupa tahun 2017 oleh Nazaha yang kala itu di bawah kepemimpinan langsung Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Pada 2017, pasukan keamanan dari Nazaha menangkap sejumlah pangeran dan anggota elite politik dan pebisnis kerajaan dalam apa yang disebut sebagai upaya untuk memerangi korupsi di antara eselon-eselon tinggi birokrasi Arab Saudi.
Mereka yang ditahan kala itu dikurung selama berminggu-minggu di hotel mewah Ritz-Carlton di Riyadh, di mana beberapa orang dilaporkan dianiaya secara fisik. Sebagian besar dari mereka dibebaskan dengan kesepakatan pembayaran maupun penyerahan aset kepada negara.
Nazaha melalui Twitter pada hari Minggu mengonfirmasi penangkapan 298 orang atas berbagai kejahatan seperti penyuapan, penggelapan dan penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan total 379 juta riyal (USD101 juta). Ratusan orang pejabat itu akan didakwa.
Di antara ratusan pejabat yang ditangkap adalah delapan pejabat Kementerian Pertahanan yang dituduh melakukan suap dan pencucian uang terkait kontrak pemerintah selama tahun 2005-2015. Ada juga 29 pejabat Kementerian Dalam Negeri di Provinsi Timur, termasuk tiga kolonel, seorang mayor jenderal dan seorang brigadir jenderal yang ditangkap.
Menurut Nazaha, seperti dikutip dari Al Jazaera, Selasa (17/3/2020), dua hakim juga ditahan karena menerima suap, bersama dengan sembilan pejabat yang dituduh melakukan korupsi di Universitas Almaarefa Riyadh, menyusul runtuhnya sebagian bangunan yang menyebabkan kematian dan cedera.
KPK Arab Saudi itu tidak memberikan daftar nama dan rincian kasus-kasus ratusan pejabat yang ditangkap.
Penangkapan 298 pejabat tersebut menyusul tindakan keras baru-baru ini terhadap bangsawan senior dan pejabat tinggi awal bulan ini, yang menurut beberapa laporan media Barat, merupakan upaya terbaru Putra Mahkota MBS untuk mengonsolidasikan kontrol semua tuas utama kekuasaan di dalam kerajaan.
Di antara mereka yang ditahan dalam tindakan keras itu adalah dua anggota keluarga kerajaan yang paling menonjol, yakni Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz (adik Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud) dan Pangeran Mohammed bin Nayef (keponakan Raja Salman yang juga mantan pangeran mahkota).
Pemerintah Saudi sampai saat ini belum bersedia mengomentari penangkapan para bangsawan kerajaan tersebut. Hal itu memicu desas-desus tentang kemungkinan upaya kudeta atau masalah kesehatan Raja Salman yang bisa berujung pada sang raja turun takhta.
Dalam pengumumannya, Nazaha mengatakan bahwa penyelidik akan mengajukan tuntutan terhadap mereka yang saat ini ditahan. Operasi antikorupsi ini mirip dengan operasi serupa tahun 2017 oleh Nazaha yang kala itu di bawah kepemimpinan langsung Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Pada 2017, pasukan keamanan dari Nazaha menangkap sejumlah pangeran dan anggota elite politik dan pebisnis kerajaan dalam apa yang disebut sebagai upaya untuk memerangi korupsi di antara eselon-eselon tinggi birokrasi Arab Saudi.
Mereka yang ditahan kala itu dikurung selama berminggu-minggu di hotel mewah Ritz-Carlton di Riyadh, di mana beberapa orang dilaporkan dianiaya secara fisik. Sebagian besar dari mereka dibebaskan dengan kesepakatan pembayaran maupun penyerahan aset kepada negara.
Nazaha melalui Twitter pada hari Minggu mengonfirmasi penangkapan 298 orang atas berbagai kejahatan seperti penyuapan, penggelapan dan penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan total 379 juta riyal (USD101 juta). Ratusan orang pejabat itu akan didakwa.
Di antara ratusan pejabat yang ditangkap adalah delapan pejabat Kementerian Pertahanan yang dituduh melakukan suap dan pencucian uang terkait kontrak pemerintah selama tahun 2005-2015. Ada juga 29 pejabat Kementerian Dalam Negeri di Provinsi Timur, termasuk tiga kolonel, seorang mayor jenderal dan seorang brigadir jenderal yang ditangkap.
Menurut Nazaha, seperti dikutip dari Al Jazaera, Selasa (17/3/2020), dua hakim juga ditahan karena menerima suap, bersama dengan sembilan pejabat yang dituduh melakukan korupsi di Universitas Almaarefa Riyadh, menyusul runtuhnya sebagian bangunan yang menyebabkan kematian dan cedera.
KPK Arab Saudi itu tidak memberikan daftar nama dan rincian kasus-kasus ratusan pejabat yang ditangkap.
Penangkapan 298 pejabat tersebut menyusul tindakan keras baru-baru ini terhadap bangsawan senior dan pejabat tinggi awal bulan ini, yang menurut beberapa laporan media Barat, merupakan upaya terbaru Putra Mahkota MBS untuk mengonsolidasikan kontrol semua tuas utama kekuasaan di dalam kerajaan.
Di antara mereka yang ditahan dalam tindakan keras itu adalah dua anggota keluarga kerajaan yang paling menonjol, yakni Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz (adik Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud) dan Pangeran Mohammed bin Nayef (keponakan Raja Salman yang juga mantan pangeran mahkota).
Pemerintah Saudi sampai saat ini belum bersedia mengomentari penangkapan para bangsawan kerajaan tersebut. Hal itu memicu desas-desus tentang kemungkinan upaya kudeta atau masalah kesehatan Raja Salman yang bisa berujung pada sang raja turun takhta.
(mas)