UPDATE Corona 16 Maret: 6.515 Meninggal, 77.450 Sembuh, 169.415 Kasus

Senin, 16 Maret 2020 - 07:19 WIB
UPDATE Corona 16 Maret: 6.515 Meninggal, 77.450 Sembuh, 169.415 Kasus
UPDATE Corona 16 Maret: 6.515 Meninggal, 77.450 Sembuh, 169.415 Kasus
A A A
JAKARTA - Wabah virus corona jenis baru, COVID-19 , sudah membunuh 6.515 orang secara global hingga pagi ini (16/3/2020). Jumlah kasus infeksi mencapai 169.415 orang di 157 negara dengan 77.450 pasien disembuhkan.

Berikut data korban meninggal secara global akibat wabah tersebut yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info:

China: 3.213 orang
Italia: 1.809 orang
Iran: 724 orang
Korea Selatan: 75 orang
Spanyol: 292 orang
Jerman: 11 orang
Prancis: 127 orang
Amerika Serikat: 68 orang
Swiss: 14 orang
Inggris: 35 orang
Norwegia: 3 orang
Belanda: 20 orang
Swedia: 3 orang
Belgia: 4 orang
Denmark: 2 orang
Austria: 1 orang
Jepang: 24 orang
Kapal pesiar Diamond Princes: 7 orang
Kanada: 1 orang
Yunani: 4 orang
Australia: 5 orang
Slovenia: 1 orang
Irlandia: 2 orang
Hong Kong: 4 orang
Filipina: 12 orang
Mesir: 2 orang
Polandia: 3 orang
Irak: 10 orang
Indonesia: 5 orang
Thailand: 1 orang
India: 2 orang
San Marino: 7 orang
Lebanon: 3 orang
Luksemburg: 1 orang
Taiwan: 1 orang
Bulgaria: 2 orang
Al Jazair (Algeria): 4 orang
Argentina: 2 orang
Panama: 1 orang
Albania: 1 orang
Ekuador: 2 orang
Hungaria: 1 orang
Maroko: 1 orang
Azerbaijan: 1 orang
Ukraina: 1 orang
Guyana: 1 orang
Sudan: 1 orang
Guatemala: 1 orang

Italia pada hari Minggu melaporkan rekor satu hari korban meninggal sebanyak 368 orang sehingga menambah jumlah total kematian mencapai 1.809 jiwa. Para pemimpin setempat memperingatkan kurangnya tempat tidur dan respirator buatan. Italia saat ini menjadi pusat wabah COVID-19 di Eropa tersebut. (Baca: Pandemi Corona Bikin Maskapai Besar Eropa 'Berdarah-darah' )

Ada 24.747 kasus infeksi COVID-19 di Italia, angka yang mengkhawatirkan bagi negara-negara Eropa lainnya yang telah melihat peningkatan tajam dalam kasus-kasus selama beberapa hari terakhir.

Sedangkan Vatikan telah mengambil langkah drastis dengan membatalkan perayaan minggu Paskah yang akan dimulai 5 April karena wilayah berpenduduk 60 juta itu bersiap menghadapi krisis yang berkepanjangan.

Hanya sesekali pelari dan beberapa penduduk setempat yang membawa tas belanjaan dapat dilihat di jalan-jalan Roma pada sore yang cerah di akhir pekan pertama Italia di bawah lockdown (penguncian) yang efektif.

"Saya tidak begitu tertarik dengan apa yang orang katakan tentang agama," kata pensiunan Romawi yang menolak diidentifikasi setelah Vatikan mengumumkan bahwa Paskah-nya akan berlangsung tanpa kehadiran fisik jemaat. "Saya tertarik pada apa yang orang katakan tentang kesehatan kita," ujarnya.

Gubernur wilayah Milan, Attilio Fontana, mengatakan situasi di daerah sekitar ibu kota keuangan Italia itu semakin memburuk.

"Kami hampir mencapai titik di mana kami tidak akan lagi dapat menyadarkan orang karena kami akan keluar dari tempat tidur unit perawatan intensif," kata Fontana kepada saluran Sky TG24 Italia.

"Kami membutuhkan mesin (dokter) untuk menggunakan paru-paru ventilasi, respirator buatan yang sayangnya tidak dapat kami temukan," kata Fontana. "Begitu respirator itu tiba dari luar negeri, kita akan siap untuk menyerang."

Wilayah Lombardy telah mencatat 1.218 kematian terkait wabah COVID-19 selama tiga minggu terakhir, angka tertinggi dibandingkan gabungan seluruh Eropa.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6314 seconds (0.1#10.140)