Pengamat: China Bersiap Umumkan Kemenangan Atas Wabah Corona
A
A
A
BEIJING - China bersiap untuk mengumumkan kemenangan negara itu atas wabah virus Corona. Sinyalemen itu terlihat saat Presiden China Xi Jinping mengunjungi Wuhan untuk pertama kalinya sejak wabah virus Corona merebak pada akhir Desember lalu pada Selasa (10/3/2020) kemarin.
China melaporkan hanya 19 kasus infeksi baru pada Senin lalu. Ini adalah jumlah terendah sejak pertengahan Januari dan ketiga berturut-turut tanpa ada kasus penularan lokal di luar provinsi Hubei yang paling parah.
Menurut seorang profesor di Universitas Renmin di Beijing, Zhang Ming, kunjungan Xi Jinping ke Wuhan, ibu kota Hubei, mengangkat pasar saham China dan bisa menjadi tanda bahwa Partai Komunis China segera mengumumkan kemenangan melawan virus.
"Jelas bahwa Xi Jinping tidak mungkin mengunjungi Wuhan lebih awal karena risiko dia tertular virus pada awalnya terlalu tinggi," katanya.
"Dia ada di sana sekarang untuk menuai panen," imbuhnya seperti dilansir dari Independent, Rabu (11/3/2020).
Kunjungan Jinping pada hari Selasa kemarin ditandai dengan pengumuman bahwa provinsi Hubei akan mulai mengurangi penguncian ketat yang telah terjadi di Wuhan dan kota-kota terdekat sejak 23 Januari.
Para pejabat mengatakan sistem "kode kesehatan" baru akan diterapkan, memungkinkan orang di daerah yang dianggap memiliki risiko infeksi virus rendah atau sedang untuk mulai bepergian.
Jinping tiba di Wuhan pada Selasa pagi dan selama perjalanannya akan mengunjungi dan menyampaikan salam kepada para pekerja medis, perwira militer dan tentara, pekerja masyarakat, petugas polisi, pejabat dan sukarelawan yang telah memerangi epidemi di garis depan, serta pasien dan warga selama pemeriksaan. Begitu laporan media pemerintah.
Pemerintah China menuai kritikan terkait penanganan awal terhadap wabah virus Corona, yang pertama kali muncul dianggap sebagai penyakit baru misterius dengan gejala seperti pneumonia pada Desember tahun lalu.
Kekhawatiran yang disuarakan oleh seorang dokter dibantah, dan sementara wabah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember, Jinping tidak berbicara atau memperingatkan potensi penularan dari manusia ke manusia hingga 20 Januari.
Di tengah kritik terhadap kepemimpinan Partai Komunis, Perdana Menteri China Li Keqiang mengunjungi Wuhan pada akhir Januari. Tetapi sebagian besar kesalahan telah dialihkan ke pejabat berpangkat rendah, dengan beberapa dicopot dari jabatan mereka dan diganti.
China memiliki lebih dari 80.700 dari 113.000 kasus virus Corona di seluruh dunia, 63.000 di antaranya berhasil disembuhkan.
Dengan proporsi epidemi yang menyusut, perhatian di media China kini telah beralih ke risiko dari orang asing dan warga negara China yang melakukan perjalanan kembali dari titik epicentrum virus di luar negeri seperti Iran dan Italia.
Fokus untuk kasus-kasus baru sekarang adalah Eropa dan Timur Tengah, dengan Italia pada hari Senin mengisolasi seluruh wilayahnya, Israel memerintahkan semua pengunjung dikarantina hanya beberapa minggu sebelum Pesach dan Paskah, serta Spanyol yang menutup semua sekolah di dan sekitar ibukotanya.
"Sekarang setelah virus memiliki pijakan di banyak negara, ancaman pandemi menjadi sangat nyata," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Keuntungan besar yang kita miliki adalah keputusan yang kita semua buat karena pemerintah, bisnis, masyarakat, keluarga dan individu dapat mempengaruhi lintasan epidemi ini," tukasnya.
China melaporkan hanya 19 kasus infeksi baru pada Senin lalu. Ini adalah jumlah terendah sejak pertengahan Januari dan ketiga berturut-turut tanpa ada kasus penularan lokal di luar provinsi Hubei yang paling parah.
Menurut seorang profesor di Universitas Renmin di Beijing, Zhang Ming, kunjungan Xi Jinping ke Wuhan, ibu kota Hubei, mengangkat pasar saham China dan bisa menjadi tanda bahwa Partai Komunis China segera mengumumkan kemenangan melawan virus.
"Jelas bahwa Xi Jinping tidak mungkin mengunjungi Wuhan lebih awal karena risiko dia tertular virus pada awalnya terlalu tinggi," katanya.
"Dia ada di sana sekarang untuk menuai panen," imbuhnya seperti dilansir dari Independent, Rabu (11/3/2020).
Kunjungan Jinping pada hari Selasa kemarin ditandai dengan pengumuman bahwa provinsi Hubei akan mulai mengurangi penguncian ketat yang telah terjadi di Wuhan dan kota-kota terdekat sejak 23 Januari.
Para pejabat mengatakan sistem "kode kesehatan" baru akan diterapkan, memungkinkan orang di daerah yang dianggap memiliki risiko infeksi virus rendah atau sedang untuk mulai bepergian.
Jinping tiba di Wuhan pada Selasa pagi dan selama perjalanannya akan mengunjungi dan menyampaikan salam kepada para pekerja medis, perwira militer dan tentara, pekerja masyarakat, petugas polisi, pejabat dan sukarelawan yang telah memerangi epidemi di garis depan, serta pasien dan warga selama pemeriksaan. Begitu laporan media pemerintah.
Pemerintah China menuai kritikan terkait penanganan awal terhadap wabah virus Corona, yang pertama kali muncul dianggap sebagai penyakit baru misterius dengan gejala seperti pneumonia pada Desember tahun lalu.
Kekhawatiran yang disuarakan oleh seorang dokter dibantah, dan sementara wabah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember, Jinping tidak berbicara atau memperingatkan potensi penularan dari manusia ke manusia hingga 20 Januari.
Di tengah kritik terhadap kepemimpinan Partai Komunis, Perdana Menteri China Li Keqiang mengunjungi Wuhan pada akhir Januari. Tetapi sebagian besar kesalahan telah dialihkan ke pejabat berpangkat rendah, dengan beberapa dicopot dari jabatan mereka dan diganti.
China memiliki lebih dari 80.700 dari 113.000 kasus virus Corona di seluruh dunia, 63.000 di antaranya berhasil disembuhkan.
Dengan proporsi epidemi yang menyusut, perhatian di media China kini telah beralih ke risiko dari orang asing dan warga negara China yang melakukan perjalanan kembali dari titik epicentrum virus di luar negeri seperti Iran dan Italia.
Fokus untuk kasus-kasus baru sekarang adalah Eropa dan Timur Tengah, dengan Italia pada hari Senin mengisolasi seluruh wilayahnya, Israel memerintahkan semua pengunjung dikarantina hanya beberapa minggu sebelum Pesach dan Paskah, serta Spanyol yang menutup semua sekolah di dan sekitar ibukotanya.
"Sekarang setelah virus memiliki pijakan di banyak negara, ancaman pandemi menjadi sangat nyata," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Keuntungan besar yang kita miliki adalah keputusan yang kita semua buat karena pemerintah, bisnis, masyarakat, keluarga dan individu dapat mempengaruhi lintasan epidemi ini," tukasnya.
(ian)