Jalanan di Kota-kota Italia Lengang Setelah Seluruh Negara Dikunci
A
A
A
ROMA - Pertokoan dan restoran tutup, ratusan penerbangan dibatalkan dan jalanan lengang di penjuru Italia pada Selasa (10/3), hari pertama negara itu dikunci untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Pemerintah meminta seluruh warga Italia tetap berada di rumah dan menghindari semua perjalanan tidak penting hingga 3 April. Langkah dramatis ini diambil setelah sebelumnya pemerintah mengunci wilayah utara yang kaya dan menjadi basis industri.
"Kewajiban sipil kita adalah satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan kita," ungkap Marzio Tonilo, 35, seorang guru dari kota San Fiorano yang ditempatkan dalam karantina bulan lalu.
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte secara tak terduga memperluas zona merah ke penjuru negeri pada Senin (10/3) malam, menerapkan kontrol paling ketat di negara Barat sejak Perang Dunia II.
Langkah ini mengejutkan banyak bisnis kecil yang khawatir dengan masa depan mereka.
"Ini terlihat seperti kiamat telah terjadi, tak ada seorang pun yang keluar," ungkap Mario Monfreda, yang mengelola restoran Larys di wilayah pemukiman Roma.
Dengan perintah pemerintah itu, semua bar dan restoran sekarang harus tutup pada pukul 6 sore.
"Ini bencana total. Ini akan mengurangi kami menjadi tanpa apapun. Lebih banyak orang akan mati sebagai dampak krisis ekonomi akibat penutupan, bukan karena virus itu sendiri," papar Monfreda.
Meski demikian, wilayah makmur Lombardy yang berada di pusat ibu kota keuangan Milan mendesak pemerintah menerapkan langkah lebih tegas.
"Saya akan menutup semua toko. Saya akan menutup transportasi publik dan saya akan mengeluarkan semua bisnis yang dapat ditutup tanpa menciptakan kerugian ekonomi lebih besar," ujar Gubernur Lombardy Attilio Fontana.
Italia telah mencatat 9.172 kasus virus corona dan 463 korban tewas sejak 21 Februari, dengan Lombardy dan Emilia-Romagna menjadi pusat wabah.
Situasi semacam ini sebelumnya banyak terlihat di kota-kota di China, terutama Wuhan yang menjadi sumber wabah virus corona.
Pemerintah meminta seluruh warga Italia tetap berada di rumah dan menghindari semua perjalanan tidak penting hingga 3 April. Langkah dramatis ini diambil setelah sebelumnya pemerintah mengunci wilayah utara yang kaya dan menjadi basis industri.
"Kewajiban sipil kita adalah satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan kita," ungkap Marzio Tonilo, 35, seorang guru dari kota San Fiorano yang ditempatkan dalam karantina bulan lalu.
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte secara tak terduga memperluas zona merah ke penjuru negeri pada Senin (10/3) malam, menerapkan kontrol paling ketat di negara Barat sejak Perang Dunia II.
Langkah ini mengejutkan banyak bisnis kecil yang khawatir dengan masa depan mereka.
"Ini terlihat seperti kiamat telah terjadi, tak ada seorang pun yang keluar," ungkap Mario Monfreda, yang mengelola restoran Larys di wilayah pemukiman Roma.
Dengan perintah pemerintah itu, semua bar dan restoran sekarang harus tutup pada pukul 6 sore.
"Ini bencana total. Ini akan mengurangi kami menjadi tanpa apapun. Lebih banyak orang akan mati sebagai dampak krisis ekonomi akibat penutupan, bukan karena virus itu sendiri," papar Monfreda.
Meski demikian, wilayah makmur Lombardy yang berada di pusat ibu kota keuangan Milan mendesak pemerintah menerapkan langkah lebih tegas.
"Saya akan menutup semua toko. Saya akan menutup transportasi publik dan saya akan mengeluarkan semua bisnis yang dapat ditutup tanpa menciptakan kerugian ekonomi lebih besar," ujar Gubernur Lombardy Attilio Fontana.
Italia telah mencatat 9.172 kasus virus corona dan 463 korban tewas sejak 21 Februari, dengan Lombardy dan Emilia-Romagna menjadi pusat wabah.
Situasi semacam ini sebelumnya banyak terlihat di kota-kota di China, terutama Wuhan yang menjadi sumber wabah virus corona.
(sfn)