Seteru Turki dan Rusia Tak Pengaruhi Pembelian Sistem Rudal S-400
A
A
A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan perseteruan diplomatik dengan Rusia terkait perang saudara Suriah tidak akan berdampak atau memengaruhi kesepakatan pembelian dan pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 Moskow.
Komentar Cavusoglu muncul setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Kedua diplomat top itu pada akhir pekan lalu membahas konflik yang sedang berlangsung di Idlib, Suriah, di mana Moskow mendukung rezim Damaskus dalam perang di Idlib yang mereka klaim untuk memberangus kelompok teroris. Turki yang mendukung kelompok oposisi menentang operasi militer rezim Suriah di Idlib, bahkan Ankara mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut.
"Itu dua masalah yang berbeda," kata Cavusoglu. “Kami tidak dapat mengubah pendirian utama kami, kebijakan kami, karena satu perselisihan dengan negara ini atau negara itu. Kita seharusnya tidak membiarkan masalah Suriah merusak kerja sama kami dan juga hubungan kami," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Senin (17/2/2020).
Sejak serangan rezim Suriah di Idlib dimulai dan penembakan terhadap konvoi pasukan Turki yang menewaskan tujuh tentara pada awal bulan ini, ketegangan meningkat antara Ankara dan Moskow. Turki mengatakan rezim Suriah telah melanggar perjanjian deeskalasi yang disepakati pada September 2018, di mana Idlib dimaksudkan sebagai zona aman.
Dalam operasi militer yang sedang berlangsung untuk merebut kembali Idlib sejak April tahun lalu, rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad telah meraih keuntungan yang signifikan, terutama dengan dukungan pasukan darat Rusia dan pasukan Iran.
Bantuan itu telah memungkinkan rezim Damaskus merebut kembali sekitar setengah wilayah dari Provinsi Idlib, termasuk kota-kota utama dan kota-kota besar dan jalan raya yang strategis.
Karena ketegangan ini, ada spekulasi bahwa faktor-faktor lain yang terkait dengan hubungan bilateral antara Rusia dan Turki dapat terancam, termasuk pengiriman sistem pertahanan rudal S-400.
Pembelian sistem pertahanan rudal canggih Rusia oleh Turki telah lama menjadi subjek kontroversi karena dianggap menimbulkan risiko keamanan bagi struktur pertahanan NATO. Turki sendiri merupakan anggota kunci aliansi militer tersebut.
Komentar Cavusoglu muncul setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Kedua diplomat top itu pada akhir pekan lalu membahas konflik yang sedang berlangsung di Idlib, Suriah, di mana Moskow mendukung rezim Damaskus dalam perang di Idlib yang mereka klaim untuk memberangus kelompok teroris. Turki yang mendukung kelompok oposisi menentang operasi militer rezim Suriah di Idlib, bahkan Ankara mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut.
"Itu dua masalah yang berbeda," kata Cavusoglu. “Kami tidak dapat mengubah pendirian utama kami, kebijakan kami, karena satu perselisihan dengan negara ini atau negara itu. Kita seharusnya tidak membiarkan masalah Suriah merusak kerja sama kami dan juga hubungan kami," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Senin (17/2/2020).
Sejak serangan rezim Suriah di Idlib dimulai dan penembakan terhadap konvoi pasukan Turki yang menewaskan tujuh tentara pada awal bulan ini, ketegangan meningkat antara Ankara dan Moskow. Turki mengatakan rezim Suriah telah melanggar perjanjian deeskalasi yang disepakati pada September 2018, di mana Idlib dimaksudkan sebagai zona aman.
Dalam operasi militer yang sedang berlangsung untuk merebut kembali Idlib sejak April tahun lalu, rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad telah meraih keuntungan yang signifikan, terutama dengan dukungan pasukan darat Rusia dan pasukan Iran.
Bantuan itu telah memungkinkan rezim Damaskus merebut kembali sekitar setengah wilayah dari Provinsi Idlib, termasuk kota-kota utama dan kota-kota besar dan jalan raya yang strategis.
Karena ketegangan ini, ada spekulasi bahwa faktor-faktor lain yang terkait dengan hubungan bilateral antara Rusia dan Turki dapat terancam, termasuk pengiriman sistem pertahanan rudal S-400.
Pembelian sistem pertahanan rudal canggih Rusia oleh Turki telah lama menjadi subjek kontroversi karena dianggap menimbulkan risiko keamanan bagi struktur pertahanan NATO. Turki sendiri merupakan anggota kunci aliansi militer tersebut.
(mas)