WHO: Dunia Kekurangan Peralatan Pelindung dari Virus Corona
A
A
A
JENEWA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan dunia menghadapi kekurangan kronis untuk baju, masker, sarung tangan dan peralatan pelindung lainnya dalam perang melawan penyebaran wabah virus corona.
WHO telah mengirim peralatan tes, masker, sarung tangan, alat bantu pernapasan dan pakaian pelindung ke setiap wilayah. "Meski demikian dunia menghadapi kekurangan kronis peralatan pelindung perosnil, seperti yang mungkin Anda bayangkan," papar dia pada Dewan Eksekutif WHO di Jenewa, Swiss.
"Siang ini saya akan bicara pada jaringan rantai suplai wabah untuk mengidentifikasi kemacetan itu dan menemukan solusi serta mendorong keadilan dalam distribusi peralatan," ungkap dia.
Pada pukul 6 pagi waktu Jenewa, telah ada 31.211 kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di China dan 637 korban tewas, serta 270 kasus di 24 negara lainnya dengan 1 korban tewas.
"Selama dua hari terakhir ada lebih sedikit laporan infeksi di China, yang itu berita bagus, tapi kami peringatkan agar tak membaca itu terlalu jauh. Jumlah itu dapat meningkat lagi," ujar Ghebreyesus.
Selama brifing teknis untuk beberapa negara, ada diskusi tentang penamaan virus yang muncul dari kota Wuhan pada akhir Desember lalu.
WHO telah mengajukan nama sementara 2019-nCOV untuk penyakit pernapasan akut akibat virus corona baru tersebut.
"Kami pikir sangat penting bahwa kita memberikan nama sementara sehingga tak ada lokasi yang dikaitkan dengan nama itu. Saya yakin Anda telah melihat banyak laporan media yang masih menyebut ini, menggunakan nama Wuhan atau menggunakan China," papar epidemiologis WHO Maria van Kerkhove.
"Kami ingin memastikan tak ada stigma terkait virus ini, dan kita menyebut nama sementara ini," kata dia.
Pakar darurat WHO Dr Mike Ryan menjelaskan, "Saya pikir poin terbesar di sini adalah memastikan beberapa aksi, beberapa reaksi secara internasional, ini tanggung jawab kita semua memastikan tak ada stigma terkait penyakit ini."
WHO telah mengirim peralatan tes, masker, sarung tangan, alat bantu pernapasan dan pakaian pelindung ke setiap wilayah. "Meski demikian dunia menghadapi kekurangan kronis peralatan pelindung perosnil, seperti yang mungkin Anda bayangkan," papar dia pada Dewan Eksekutif WHO di Jenewa, Swiss.
"Siang ini saya akan bicara pada jaringan rantai suplai wabah untuk mengidentifikasi kemacetan itu dan menemukan solusi serta mendorong keadilan dalam distribusi peralatan," ungkap dia.
Pada pukul 6 pagi waktu Jenewa, telah ada 31.211 kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di China dan 637 korban tewas, serta 270 kasus di 24 negara lainnya dengan 1 korban tewas.
"Selama dua hari terakhir ada lebih sedikit laporan infeksi di China, yang itu berita bagus, tapi kami peringatkan agar tak membaca itu terlalu jauh. Jumlah itu dapat meningkat lagi," ujar Ghebreyesus.
Selama brifing teknis untuk beberapa negara, ada diskusi tentang penamaan virus yang muncul dari kota Wuhan pada akhir Desember lalu.
WHO telah mengajukan nama sementara 2019-nCOV untuk penyakit pernapasan akut akibat virus corona baru tersebut.
"Kami pikir sangat penting bahwa kita memberikan nama sementara sehingga tak ada lokasi yang dikaitkan dengan nama itu. Saya yakin Anda telah melihat banyak laporan media yang masih menyebut ini, menggunakan nama Wuhan atau menggunakan China," papar epidemiologis WHO Maria van Kerkhove.
"Kami ingin memastikan tak ada stigma terkait virus ini, dan kita menyebut nama sementara ini," kata dia.
Pakar darurat WHO Dr Mike Ryan menjelaskan, "Saya pikir poin terbesar di sini adalah memastikan beberapa aksi, beberapa reaksi secara internasional, ini tanggung jawab kita semua memastikan tak ada stigma terkait penyakit ini."
(sfn)