WHO: Wabah Virus Corona Belum Mencapai Puncak
A
A
A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan terlalu dini untuk mengatakan bahwa wabah virus Corona di China sedang memuncak. Namun, WHO mencatat, negara itu telah melaporkan hari pertama penurunan jumlah infeksi baru.
Korban tewas akibat virus Corona di daratan China melonjak 73 menjadi 563, dengan lebih dari 28.000 orang terinfeksi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Jumlah itu meningkat hampir 4.000 dari Rabu hingga Kamis.
Kepala Program Kedaruratan WHO, Dr. Mike Ryan mengatakan, sangat sulit untuk membuat prediksi tentang perjalanan penyakit yang pertama kali dilaporkan di pusat kota Wuhan pada akhir Desember itu.
“Kita masih berada di tengah-tengah wabah yang hebat,” Ryan mencatat.
“Ada siklus penularan, dan kita mungkin melihat kasus-kasus itu meningkat dalam beberapa hari mendatang. Tapi setidaknya untuk saat ini, semuanya stabil,” katanya pada konferensi pers.
"Tetapi 4.000 kasus atau hampir, 3.700 kasus virus Corona dikonfirmasi dalam satu hari, tidak ada artinya untuk dirayakan dan tentu saja masih merupakan kekhawatiran besar," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/2/2020).
Ryan mengatakan sda peningkatan infeksi yang terus-menerus di episentrum provinsi Hubei, yang menyumbang sekitar 80 persen kasus.
"Tapi kami belum melihat percepatan yang sama di provinsi di luar Hubei. Dan sama-sama kita tidak melihat percepatan di Hong Kong, Makau, pada orang Taiwan juga," sambungnya.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) dan China berselisih mengenai masalah pengucilan Taiwan dari pertemuan WHO, termasuk Dewan Eksekutif yang sedang berlangsung, di mana ia diwakili oleh China, dengan Beijing menuduh Washington terlalu membesar-besarkan secara politik.
“Sulit untuk percaya hanya dua bulan yang lalu virus ini tidak diketahui oleh kami,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.
"Kami sudah belajar banyak tentang hal itu, kami tahu DNA-nya, kami tahu itu dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, kami tahu bahwa mereka yang paling berisiko adalah orang tua dan mereka yang terkait dengan kondisi kesehatannya," ia menambahkan.
"Tetapi masih banyak yang harus dipelajari, termasuk sumber virus, tingkat keparahan dan kemampuan penyebarannya," Tedros memungkasi.
Sementara itu ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove mengatakan, virus menyebabkan spektrum penuh penyakit.
“Anda memiliki kasus-kasus ringan yang terlihat seperti flu biasa, yang memiliki beberapa gejala pernapasan - sakit tenggorokan, pilek, demam - semuanya melalui pneumonia. Dan bisa ada berbagai tingkat pneumomia, sepanjang kegagalan organ multipel dan kematian,” jelasnya, menyerukan studi lebih lanjut tentang kasus-kasus ringan dan seberapa mudah mereka dapat menyebarkan virus.
Korban tewas akibat virus Corona di daratan China melonjak 73 menjadi 563, dengan lebih dari 28.000 orang terinfeksi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Jumlah itu meningkat hampir 4.000 dari Rabu hingga Kamis.
Kepala Program Kedaruratan WHO, Dr. Mike Ryan mengatakan, sangat sulit untuk membuat prediksi tentang perjalanan penyakit yang pertama kali dilaporkan di pusat kota Wuhan pada akhir Desember itu.
“Kita masih berada di tengah-tengah wabah yang hebat,” Ryan mencatat.
“Ada siklus penularan, dan kita mungkin melihat kasus-kasus itu meningkat dalam beberapa hari mendatang. Tapi setidaknya untuk saat ini, semuanya stabil,” katanya pada konferensi pers.
"Tetapi 4.000 kasus atau hampir, 3.700 kasus virus Corona dikonfirmasi dalam satu hari, tidak ada artinya untuk dirayakan dan tentu saja masih merupakan kekhawatiran besar," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/2/2020).
Ryan mengatakan sda peningkatan infeksi yang terus-menerus di episentrum provinsi Hubei, yang menyumbang sekitar 80 persen kasus.
"Tapi kami belum melihat percepatan yang sama di provinsi di luar Hubei. Dan sama-sama kita tidak melihat percepatan di Hong Kong, Makau, pada orang Taiwan juga," sambungnya.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) dan China berselisih mengenai masalah pengucilan Taiwan dari pertemuan WHO, termasuk Dewan Eksekutif yang sedang berlangsung, di mana ia diwakili oleh China, dengan Beijing menuduh Washington terlalu membesar-besarkan secara politik.
“Sulit untuk percaya hanya dua bulan yang lalu virus ini tidak diketahui oleh kami,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.
"Kami sudah belajar banyak tentang hal itu, kami tahu DNA-nya, kami tahu itu dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, kami tahu bahwa mereka yang paling berisiko adalah orang tua dan mereka yang terkait dengan kondisi kesehatannya," ia menambahkan.
"Tetapi masih banyak yang harus dipelajari, termasuk sumber virus, tingkat keparahan dan kemampuan penyebarannya," Tedros memungkasi.
Sementara itu ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove mengatakan, virus menyebabkan spektrum penuh penyakit.
“Anda memiliki kasus-kasus ringan yang terlihat seperti flu biasa, yang memiliki beberapa gejala pernapasan - sakit tenggorokan, pilek, demam - semuanya melalui pneumonia. Dan bisa ada berbagai tingkat pneumomia, sepanjang kegagalan organ multipel dan kematian,” jelasnya, menyerukan studi lebih lanjut tentang kasus-kasus ringan dan seberapa mudah mereka dapat menyebarkan virus.
(ian)