Ankara-Moskow Tegang, Konvoi Besar Militer Turki Masuk Suriah
A
A
A
KAFRLOSIN - Tiga konvoi besar militer Turki memasuki wilayah Suriah dari perbatasan Kafrlosin, dua hari setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh Rusia, sekutu rezim Suriah, melanggar untuk meredam pertempuran di Idlib.
Masuknya tiga konvoi militer Ankara itu dilaporkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Konvoi pertama terdiri dari 40 tank, kendaraan lapis baja, dan pengangkut pasukan, peralatan militer dan logistik.
Dua hari sebelumnya, Erdogan mengatakan Turki kemungkinan akan melancarkan operasi militer di Idlib.
Menurut Observatorium, ketiga konvoi militer Ankara menuju ke arah Idlib dan Aleppo, di tengah laporan bahwa Ankara akan melakukan militerisasi jalan antara Aleppo dan Latakia. Ini menjadi tanda meningkatnya ketegangan antara Turki dan Rusia, di mana kedua negara itu mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam konflik Suriah.
Observatorium, seperti dikutip Al Arabiya, melaporkan serangan udara Rusia terdengar di sebuah kota di barat daya Provinsi Aleppo, kota di mana konvoi militer pertama Turki masuk. Masih menurut kelompok pemantau tersebut, serangan udara itu menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil di wilayah barat laut pada hari Minggu (2/2/2020). Dari sembilan korban tewas, tujuh di antaranya adalah anggota dari satu keluarga.
Turki memiliki 12 pos pengamatan militer di sekitar Idlib, yang didirikan berdasarkan perjanjian 2017 dengan Rusia dan Iran. Beberapa dari pos itu dikelilingi oleh pasukan rezim Suriah yang telah begerak maju.
Moskow telah membantah tuduhan Erdogan bahwa Rusia melanggar perjanjian untuk mengurangi pertempuran di Idlib.
Erdogan Mengancam
Presiden Erdogan pada hari Jumat mengancam akan meluncurkan operasi militer di wilayah Idlib, Suriah, kecuali pertempuran di sana cepat dihentikan.
Observatorium menambahkan, pada hari Jumat pasukan rezim Suriah memerangi ekstremis dan pasukan oposisi yang moderat di pinggiran Saraqib, Idlib, wilayah yang hampir dikosongkan setelah dua minggu pemboman yang meningkat.
Pertempuran di Idlib dan di Aleppo barat selama seminggu terakhir telah menewaskan 205 pasukan pro-rezim Suriah dan 220 pasukan anti-rezim.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh pasukan udara Rusia, telah membuat kemajuan pesat di wilayah Idlib, wilayah terbesar dan terakhir kubu oposisi yang dikuasai selam perang sipil sembilan tahun di negara itu.
Jika Saraqib jatuh ke tangan pemerintah, itu akan menjadi kota strategis kedua di provinsi Idlib, setelah Maarat al-Numan, yang akan diambil kembali oleh pasukan rezim Suriah pekan ini. Wilayah Saraqib adalah rumah bagi sekitar 3 juta orang, setengah dari mereka telah dievakuasi oleh pasukan Assad.
Faksi-faksi bersenjata yang mengendalikan benteng terakhir oposisi termasuk para ekstrimis, diklaim oleh rezim Suriah dan Rusia sedang berperang.
Kampanye militer Assad-Rusia di Idlib telah menggusur ratusan ribu orang, yang menimbulkan risiko gelombang pengungsi baru di perbatasan Turki.
Pada hari Jumat pekan lalu, Kremlin mengatakan Rusia sepenuhnya mematuhi kewajibannya di Idlib, tetapi pihaknya sangat prihatin dengan apa yang dikatakannya sebagai "serangan gerilyawan agresif" terhadap pasukan pemerintah Suriah dan pangkalan udara Hmeimim Rusia.
Masuknya tiga konvoi militer Ankara itu dilaporkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Konvoi pertama terdiri dari 40 tank, kendaraan lapis baja, dan pengangkut pasukan, peralatan militer dan logistik.
Dua hari sebelumnya, Erdogan mengatakan Turki kemungkinan akan melancarkan operasi militer di Idlib.
Menurut Observatorium, ketiga konvoi militer Ankara menuju ke arah Idlib dan Aleppo, di tengah laporan bahwa Ankara akan melakukan militerisasi jalan antara Aleppo dan Latakia. Ini menjadi tanda meningkatnya ketegangan antara Turki dan Rusia, di mana kedua negara itu mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam konflik Suriah.
Observatorium, seperti dikutip Al Arabiya, melaporkan serangan udara Rusia terdengar di sebuah kota di barat daya Provinsi Aleppo, kota di mana konvoi militer pertama Turki masuk. Masih menurut kelompok pemantau tersebut, serangan udara itu menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil di wilayah barat laut pada hari Minggu (2/2/2020). Dari sembilan korban tewas, tujuh di antaranya adalah anggota dari satu keluarga.
Turki memiliki 12 pos pengamatan militer di sekitar Idlib, yang didirikan berdasarkan perjanjian 2017 dengan Rusia dan Iran. Beberapa dari pos itu dikelilingi oleh pasukan rezim Suriah yang telah begerak maju.
Moskow telah membantah tuduhan Erdogan bahwa Rusia melanggar perjanjian untuk mengurangi pertempuran di Idlib.
Erdogan Mengancam
Presiden Erdogan pada hari Jumat mengancam akan meluncurkan operasi militer di wilayah Idlib, Suriah, kecuali pertempuran di sana cepat dihentikan.
Observatorium menambahkan, pada hari Jumat pasukan rezim Suriah memerangi ekstremis dan pasukan oposisi yang moderat di pinggiran Saraqib, Idlib, wilayah yang hampir dikosongkan setelah dua minggu pemboman yang meningkat.
Pertempuran di Idlib dan di Aleppo barat selama seminggu terakhir telah menewaskan 205 pasukan pro-rezim Suriah dan 220 pasukan anti-rezim.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh pasukan udara Rusia, telah membuat kemajuan pesat di wilayah Idlib, wilayah terbesar dan terakhir kubu oposisi yang dikuasai selam perang sipil sembilan tahun di negara itu.
Jika Saraqib jatuh ke tangan pemerintah, itu akan menjadi kota strategis kedua di provinsi Idlib, setelah Maarat al-Numan, yang akan diambil kembali oleh pasukan rezim Suriah pekan ini. Wilayah Saraqib adalah rumah bagi sekitar 3 juta orang, setengah dari mereka telah dievakuasi oleh pasukan Assad.
Faksi-faksi bersenjata yang mengendalikan benteng terakhir oposisi termasuk para ekstrimis, diklaim oleh rezim Suriah dan Rusia sedang berperang.
Kampanye militer Assad-Rusia di Idlib telah menggusur ratusan ribu orang, yang menimbulkan risiko gelombang pengungsi baru di perbatasan Turki.
Pada hari Jumat pekan lalu, Kremlin mengatakan Rusia sepenuhnya mematuhi kewajibannya di Idlib, tetapi pihaknya sangat prihatin dengan apa yang dikatakannya sebagai "serangan gerilyawan agresif" terhadap pasukan pemerintah Suriah dan pangkalan udara Hmeimim Rusia.
(mas)