Virus Corona Wuhan Bunuh 25 Orang Lagi, Total 131 Meninggal
A
A
A
BEIJING - Virus Corona jenis baru; 2019-nCoV, yang mewabah di Wuhan membunuh 25 orang lagi. Dengan demikian, total korban meninggal di China akibat penyakit tersebut sudah mencapai 131 orang pada Rabu (29/1/2020).
Data terbaru ini diumumkan Komisi Kesehatan Provinsi Hubei. Wuhan yang jadi pusat wabah penyakit itu berada di Provinsi Hubei.
Informasi tentang korban meninggal terbaru muncul ketika pemerintah China menegaskan kembali kepercayaannya untuk mengendalikan penyakit yang sudah menyebar ke berbagai negara tersebut.
Kekhawatiran akan penyebaran virus membuat maskapai mengurangi penerbangan ke China dan perusahaan global membatasi perjalanan karyawan ke negara itu. CNBC melaporkan Gedung Putih telah mengatakan kepada maskapai penerbangan AS bahwa mereka diminta menangguhkan semua penerbangan China-AS karena wabah tersebut.
Komisi Kesehatan Provinsi Hubei mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu pagi bahwa 25 orang lagi telah meninggal pada Selasa petang. Virus itu muncul akhir tahun lalu di Wuhan, Ibu Kota Hubei dan pusat transportasi utama, dan banyak kota dari provinsi itu telah dikunci secara virtual ketika China berupaya menahan virus agar tidak menyebar lebih jauh.
Dengan angka-angka terbaru dari Hubei, jumlah total kasus Coronavirus jenis baru yang dikonfirmasi di China setidaknya 5.355. Komisi Kesehatan Nasional China pada hari Selasa melaporkan total 4.515 kasus pada akhir Senin dan diharapkan akan memberikan angka nasional yang diperbarui pada hari ini.
Virus mirip flu ini telah menyebar ke lebih dari selusin negara. Hingga saat ini, belum ada kematian yang dikonfirmasi yang berada di luar China. Namun, konfirmasi penularan dari orang ke orang terjadi di Jerman, Vietnam, Taiwan, dan Jepang. Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran setiap negara akan kedatangan pelancong asal China.
Dikenal sebagai "2019-nCoV", Coronavirus jenis baru diidentifikasi dapat menyebabkan pneumonia dan, seperti infeksi pernafasan lainnya, ia menyebar di antara orang-orang dalam tetesan dari batuk dan bersin. Masih terlalu dini untuk mengetahui berapa angka kematiannya, karena ada banyak kasus penyakit ringan yang tidak terdeteksi.
"Virus itu iblis dan kita tidak bisa membiarkan iblis bersembunyi," kata Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan dengan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Beijing pada hari Selasa, seperti dikutip Reuters.
"China akan memperkuat kerja sama internasional dan menyambut partisipasi WHO dalam pencegahan virus...China yakin akan memenangkan pertempuran melawan virus itu."
Namun, jaminan China gagal menenangkan investor, dan otoritas kesehatan di seluruh dunia terus meningkatkan upaya untuk menghentikan penyebaran virus di gerbang masuk mereka.
Amerika Serikat mengatakan sedang memperluas pemeriksaan kedatangan penumpang dari China. Awalnya, ada lima bandara yang jadi titik pemeriksaan dan kini akan menjadi 20 bandara. Washington juga mempertimbangkan untuk memaksakan pembatasan perjalanan lebih lanjut.
"Semua pilihan untuk menangani penyebaran penyakit menular harus ada di atas meja, termasuk pembatasan perjalanan," kata Menteri Kesehatan AS Alex Azar.
Banyak negatra dari Prancis hingga Jepang mengorganisir evakuasi warganya yang berada di pusat wabah 2019-nCoV. Sedangkan Hong Kong berencana untuk menangguhkan jalur kereta api dan feri dengan daratan China.
Data terbaru ini diumumkan Komisi Kesehatan Provinsi Hubei. Wuhan yang jadi pusat wabah penyakit itu berada di Provinsi Hubei.
Informasi tentang korban meninggal terbaru muncul ketika pemerintah China menegaskan kembali kepercayaannya untuk mengendalikan penyakit yang sudah menyebar ke berbagai negara tersebut.
Kekhawatiran akan penyebaran virus membuat maskapai mengurangi penerbangan ke China dan perusahaan global membatasi perjalanan karyawan ke negara itu. CNBC melaporkan Gedung Putih telah mengatakan kepada maskapai penerbangan AS bahwa mereka diminta menangguhkan semua penerbangan China-AS karena wabah tersebut.
Komisi Kesehatan Provinsi Hubei mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu pagi bahwa 25 orang lagi telah meninggal pada Selasa petang. Virus itu muncul akhir tahun lalu di Wuhan, Ibu Kota Hubei dan pusat transportasi utama, dan banyak kota dari provinsi itu telah dikunci secara virtual ketika China berupaya menahan virus agar tidak menyebar lebih jauh.
Dengan angka-angka terbaru dari Hubei, jumlah total kasus Coronavirus jenis baru yang dikonfirmasi di China setidaknya 5.355. Komisi Kesehatan Nasional China pada hari Selasa melaporkan total 4.515 kasus pada akhir Senin dan diharapkan akan memberikan angka nasional yang diperbarui pada hari ini.
Virus mirip flu ini telah menyebar ke lebih dari selusin negara. Hingga saat ini, belum ada kematian yang dikonfirmasi yang berada di luar China. Namun, konfirmasi penularan dari orang ke orang terjadi di Jerman, Vietnam, Taiwan, dan Jepang. Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran setiap negara akan kedatangan pelancong asal China.
Dikenal sebagai "2019-nCoV", Coronavirus jenis baru diidentifikasi dapat menyebabkan pneumonia dan, seperti infeksi pernafasan lainnya, ia menyebar di antara orang-orang dalam tetesan dari batuk dan bersin. Masih terlalu dini untuk mengetahui berapa angka kematiannya, karena ada banyak kasus penyakit ringan yang tidak terdeteksi.
"Virus itu iblis dan kita tidak bisa membiarkan iblis bersembunyi," kata Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan dengan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Beijing pada hari Selasa, seperti dikutip Reuters.
"China akan memperkuat kerja sama internasional dan menyambut partisipasi WHO dalam pencegahan virus...China yakin akan memenangkan pertempuran melawan virus itu."
Namun, jaminan China gagal menenangkan investor, dan otoritas kesehatan di seluruh dunia terus meningkatkan upaya untuk menghentikan penyebaran virus di gerbang masuk mereka.
Amerika Serikat mengatakan sedang memperluas pemeriksaan kedatangan penumpang dari China. Awalnya, ada lima bandara yang jadi titik pemeriksaan dan kini akan menjadi 20 bandara. Washington juga mempertimbangkan untuk memaksakan pembatasan perjalanan lebih lanjut.
"Semua pilihan untuk menangani penyebaran penyakit menular harus ada di atas meja, termasuk pembatasan perjalanan," kata Menteri Kesehatan AS Alex Azar.
Banyak negatra dari Prancis hingga Jepang mengorganisir evakuasi warganya yang berada di pusat wabah 2019-nCoV. Sedangkan Hong Kong berencana untuk menangguhkan jalur kereta api dan feri dengan daratan China.
(mas)