Dokter di Wuhan Stres dan Menjerit setelah Berhari-hari Tanpa Tidur
A
A
A
WUHAN - Video-video menyedihkan menunjukkan para staf medis, termasuk dokter, menjerit dan menangis setelah mencoba melawan virus Corona jenis baru tanpa tidur. Rekaman video diambil di sebuah rumah sakit di Wuhan , China, kota pusat virus yang diisolasi sejak Kamis lalu.
Dalam sebuah video, seorang staf medis perempuan berjas putih terlihat memegangi dadanya sambil berteriak; "Saya tidak tahan lagi”. Para koleganya mencoba menghibur perempuan yang tertekan itu sambil mengenakan masker medis.
Dalam video lainnya, seorang dokter terlihat mengalami gangguan emosional karena kurangnya sumber daya di rumah sakit. Dokter yang mengenakan setelan jas hazmat seluruh tubuh, masker wajah dan kacamata menjadi marah karena kurangnya tempat tidur untuk pasien.
"Tidak, saya tidak perlu lebih banyak dokter, saya sudah punya dokter, masalahnya adalah tidak ada lagi tempat tidur yang tersedia," katanya, dalam video yang dipublikasikan The Sun, Selasa (28/1/2020). Rekan-rekan dokter tersebut berusaha menghiburnya, tetapi dia semakin stres.
Virus Corona jenis baru, 2019-nCov , telah membunuh 82 orang dengan kasus kematian terbaru di Beijing. Selain itu, lebih dari 2700 orang secara global terinfeksi. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Corona di China Ambruk di Jalan-jalan )
Di Australia, kasus kelima dari Coronavirus jenis baru telah dikonfirmasi, di mana seorang pelajar asal China berusia 21 tahun didiagnosis menderita penyakit tersebut.
Wuhan telah iisolasi sebagai langkah China untuk mencegah penyebaran virus. Namun, langkah itu membuat banyak warga asing, termasuk warga Indonesia, dalam situasi terjebak. Layanan pesawat dan kereta api ditangguhkan dan jalan-jalan menuju ke kota itu ditutup.
Para tentara China yang memakai masker medis telah dikerahkan pada hari Senin ke pusat penyebaran virus. Rekaman video menunjukkan pasukan membongkar persediaan dari bagian belakang sebuah pesawat di Wuhan.
Kota Wuhan menerima pengiriman besar-besaran yang mencakup 14.000 jas hazmat, 110.000 pasang sarung tangan, masker dan kacamata.
Menteri Kesehatan Ma Xiaowei mengatakan pada hari Senin bahwa China memasuki "tahap penting" karena kemampuan virus untuk menyebar semakin kuat. (Baca juga: Virus Corona Sudah Membunuh Orang di Beijing, Dunia Cemas )
Pihak berwenang di Wuhan sekarang berlomba untuk membangun dua rumah sakit terpisah, satu rumah sakit dengan 1000 tempat tidur dan yang lainnya dengan 1.300 tempat tidur. Kedua rumah sakit yang ditargetkan rampung pembangunannya dalam sepekan itu untuk membantu mengatasi wabah virus.
Video dan foto yang diambil dari Wuhan mengonfirmasi kondisi sulit yang dihadapi para staf medis. Sebuah video yang mengganggu menunjukkan seorang korban Coronavirus terlihat bergetar tak terkendali di troli rumah sakit. Coronavirus jenis baru ini dapat menyebabkan kejang di antara beberapa penderita demam.
Dr Yvonne Griffiths, 71, seorang dosen yang mengunjungi China atas nama Universitas Birmingham, mengatakan; “Wuhan telah berubah total dalam beberapa hari terakhir."
“Jalan sepi. Di supermarket semua orang memakai masker. Di hotel, di mana kita berada, semua orang mengenakan masker," katanya.
“Kami tidak punya berita kapan bandara akan dibuka kembali. Tidak ada informasi yang datang dari sumber mana pun, jadi itu adalah masalah," ujarnya.
Dalam sebuah video, seorang staf medis perempuan berjas putih terlihat memegangi dadanya sambil berteriak; "Saya tidak tahan lagi”. Para koleganya mencoba menghibur perempuan yang tertekan itu sambil mengenakan masker medis.
Dalam video lainnya, seorang dokter terlihat mengalami gangguan emosional karena kurangnya sumber daya di rumah sakit. Dokter yang mengenakan setelan jas hazmat seluruh tubuh, masker wajah dan kacamata menjadi marah karena kurangnya tempat tidur untuk pasien.
"Tidak, saya tidak perlu lebih banyak dokter, saya sudah punya dokter, masalahnya adalah tidak ada lagi tempat tidur yang tersedia," katanya, dalam video yang dipublikasikan The Sun, Selasa (28/1/2020). Rekan-rekan dokter tersebut berusaha menghiburnya, tetapi dia semakin stres.
Virus Corona jenis baru, 2019-nCov , telah membunuh 82 orang dengan kasus kematian terbaru di Beijing. Selain itu, lebih dari 2700 orang secara global terinfeksi. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Corona di China Ambruk di Jalan-jalan )
Di Australia, kasus kelima dari Coronavirus jenis baru telah dikonfirmasi, di mana seorang pelajar asal China berusia 21 tahun didiagnosis menderita penyakit tersebut.
Wuhan telah iisolasi sebagai langkah China untuk mencegah penyebaran virus. Namun, langkah itu membuat banyak warga asing, termasuk warga Indonesia, dalam situasi terjebak. Layanan pesawat dan kereta api ditangguhkan dan jalan-jalan menuju ke kota itu ditutup.
Para tentara China yang memakai masker medis telah dikerahkan pada hari Senin ke pusat penyebaran virus. Rekaman video menunjukkan pasukan membongkar persediaan dari bagian belakang sebuah pesawat di Wuhan.
Kota Wuhan menerima pengiriman besar-besaran yang mencakup 14.000 jas hazmat, 110.000 pasang sarung tangan, masker dan kacamata.
Menteri Kesehatan Ma Xiaowei mengatakan pada hari Senin bahwa China memasuki "tahap penting" karena kemampuan virus untuk menyebar semakin kuat. (Baca juga: Virus Corona Sudah Membunuh Orang di Beijing, Dunia Cemas )
Pihak berwenang di Wuhan sekarang berlomba untuk membangun dua rumah sakit terpisah, satu rumah sakit dengan 1000 tempat tidur dan yang lainnya dengan 1.300 tempat tidur. Kedua rumah sakit yang ditargetkan rampung pembangunannya dalam sepekan itu untuk membantu mengatasi wabah virus.
Video dan foto yang diambil dari Wuhan mengonfirmasi kondisi sulit yang dihadapi para staf medis. Sebuah video yang mengganggu menunjukkan seorang korban Coronavirus terlihat bergetar tak terkendali di troli rumah sakit. Coronavirus jenis baru ini dapat menyebabkan kejang di antara beberapa penderita demam.
Dr Yvonne Griffiths, 71, seorang dosen yang mengunjungi China atas nama Universitas Birmingham, mengatakan; “Wuhan telah berubah total dalam beberapa hari terakhir."
“Jalan sepi. Di supermarket semua orang memakai masker. Di hotel, di mana kita berada, semua orang mengenakan masker," katanya.
“Kami tidak punya berita kapan bandara akan dibuka kembali. Tidak ada informasi yang datang dari sumber mana pun, jadi itu adalah masalah," ujarnya.
(mas)