Presiden Sementara Bolivia Anez Ramaikan Bursa Capres Pemilu Mei
A
A
A
LA PAZ - Presiden sementara Bolivia Jeanine Anez menyatakan dia akan menjadi kandidat presiden dalam pemilu mendatang. Mantan Senator itu mengumumkan pencalonannya dalam acara di La Paz meski sebelumnya dia menyatakan tidak akan maju sebagai calon presiden (capres).
Anez beralasan dia ingin membantu menyatukan rakyat yang terpecah belah setelah pemilu Oktober memicu kerusuhan dan memaksa mantan Presiden Evo Morales mengundurkan diri.
"Suara yang tersebar dan para kandidat yang gagal menyatukan rakyat Bolivia membuat saya mengambil keputusan ini," papar Anez saat pertemuan Partai Demokrat Sosial yang mengusungnya.
Dia menambahkan, "Kami menghormati keputusan mereka yang belum bergabung, saya mengulurkan tangan pada mereka dan menjamin mereka, pintu tetap terbuka untuk bergabung barian yang luas dan beragam ini untuk bekerja bagi semua."
Anez memegang posisi presiden sementara pada November dengan menggunakan pasal konstitusi yang menyatakan dia berada di garis selanjutnya untuk memimpin sebagai presiden sementara setelah Morales, Wakil Presiden Alvaro Garcia Linera dan anggota parlemen dari Partai Sosialis mengundurkan diri.
Pemerintahan sementara yang dipimpin Anez mengambil berbagai kebijakan yang berbeda dengan Morales sehingga memicu sejumlah kritik. Anez juga memutus hubungan dengan aliansi tradisional seperti Kuba dan Venezuela serta beralih menjalin aliansi dengan Amerika Serikat (AS).
Anez, 52, merupakan presenter televisi dan pengacara sebelum terjun ke politik. Dia menjadi pengkritik utama Morales. Kini Morales mengkritik pemerintahan Anez yang dianggap terlalu berlebihan menggunakan kekuatan militer dan merusak hak warga pribumi.
Anez menjelaskan dia fokus menyatukan kubu oposisi untuk melawan Morales yang masih mengarahkan kebijakan partainya dari luar negeri. Morales kini berada di pengasingan luar negeri untuk menghindari proses pengadilan terhadapnya.
Anez beralasan dia ingin membantu menyatukan rakyat yang terpecah belah setelah pemilu Oktober memicu kerusuhan dan memaksa mantan Presiden Evo Morales mengundurkan diri.
"Suara yang tersebar dan para kandidat yang gagal menyatukan rakyat Bolivia membuat saya mengambil keputusan ini," papar Anez saat pertemuan Partai Demokrat Sosial yang mengusungnya.
Dia menambahkan, "Kami menghormati keputusan mereka yang belum bergabung, saya mengulurkan tangan pada mereka dan menjamin mereka, pintu tetap terbuka untuk bergabung barian yang luas dan beragam ini untuk bekerja bagi semua."
Anez memegang posisi presiden sementara pada November dengan menggunakan pasal konstitusi yang menyatakan dia berada di garis selanjutnya untuk memimpin sebagai presiden sementara setelah Morales, Wakil Presiden Alvaro Garcia Linera dan anggota parlemen dari Partai Sosialis mengundurkan diri.
Pemerintahan sementara yang dipimpin Anez mengambil berbagai kebijakan yang berbeda dengan Morales sehingga memicu sejumlah kritik. Anez juga memutus hubungan dengan aliansi tradisional seperti Kuba dan Venezuela serta beralih menjalin aliansi dengan Amerika Serikat (AS).
Anez, 52, merupakan presenter televisi dan pengacara sebelum terjun ke politik. Dia menjadi pengkritik utama Morales. Kini Morales mengkritik pemerintahan Anez yang dianggap terlalu berlebihan menggunakan kekuatan militer dan merusak hak warga pribumi.
Anez menjelaskan dia fokus menyatukan kubu oposisi untuk melawan Morales yang masih mengarahkan kebijakan partainya dari luar negeri. Morales kini berada di pengasingan luar negeri untuk menghindari proses pengadilan terhadapnya.
(sfn)