Setelah Wuhan, China Isolasi Dua Kota Lain

Kamis, 23 Januari 2020 - 23:08 WIB
Setelah Wuhan, China Isolasi Dua Kota Lain
Setelah Wuhan, China Isolasi Dua Kota Lain
A A A
BEIJING - Otoritas China bergerak cepat dalam upaya mencegah penyebaran virus corona baru yang mematikan. China telah mengisolasi dua kota, setelah sebelumnya melakukan hal yang sama di Wuhan, yang merupakan rumah bagi lebih dari 18 juta orang.

Polisi, tim SWAT, dan pasukan paramiliter menjaga stasiun kereta Wuhan, di mana penghalang logam menghalangi pintu masuk pada pukul 10 pagi. Hanya pelancong yang memegang tiket untuk kereta terakhir yang diizinkan masuk. Jalan-jalan yang biasanya ramai, pusat perbelanjaan, restoran, dan ruang publik lainnya di kota berpenduduk 11 juta orang sangat sepi.

Selain mematikan stasiun kereta api, pihak berwenang menutup bandara dan menghentikan layanan feri, kereta bawah tanah dan bus. Polisi memeriksa semua kendaraan yang memasuki kota tetapi tidak menutup jalan.

Pihak berwenang mengumumkan langkah-langkah serupa akan berlaku pada Jumat esok di kota-kota terdekat Huanggang dan Ezhou. Di Huanggang, teater, kafe internet, dan pusat hiburan lainnya diperintahkan untuk ditutup.

Sementara itu di Ibu Kota Beijing, pihak berwenang membatalkan "event besar" tanpa batas waktu, termasuk pameran kuil tradisional yang merupakan inti perayaan liburan Tahun Baru Imlek sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian epidemi virus Wuhan atau virus 2019-nCoV.

"Sepengetahuan saya, mencoba mengisolasi kota dengan 11 juta orang adalah hal baru bagi sains," kata Gauden Galea, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di China, dalam sebuah wawancara.

“Ini belum pernah dicoba sebelumnya sebagai tindakan kesehatan masyarakat. Kita tidak bisa pada tahap ini mengatakan itu akan atau tidak akan berhasil," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Kamis (23/1/2020).

Seorang profesor virologi di virologi molekuler di Universitas Nottingham di Inggris, Jonathan Ball, mengatakan isolasi yang belum pernah terjadi sebelumnya tampaknya dibenarkan secara ilmiah.

"Sampai ada pemahaman yang lebih baik tentang apa situasinya, saya pikir itu bukan hal yang tidak masuk akal untuk dilakukan," ujarnya.

"Apa pun yang membatasi perjalanan orang selama wabah jelas akan berhasil," sambungnya.

Tetapi Ball mengingatkan bahwa karantina semacam itu harus dibatasi waktu.

"Anda tidak ingin memusuhi komunitas, jadi Anda harus memastikan Anda berkomunikasi secara efektif tentang mengapa hal ini dilakukan. Kalau tidak, Anda akan kehilangan niat baik orang-orang," imbaunya.

Penyakit virus corona baru diidentifikasi pertama kali muncul bulan lalu di Wuhan, pusat industri dan transportasi di provinsi Hubei, China tengah. Kasus-kasus lain telah dilaporkan di Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan dan Thailand. Singapura, Vietnam dan Hong Kong melaporkan kasus pertama mereka pada hari Kamis.

Sebagian besar penyakit di luar China melibatkan orang-orang yang berasal dari Wuhan atau baru-baru ini bepergian ke sana.

Sejauh ini 17 orang tewas dalam wabah ini, semuanya di dan sekitar Wuhan, dengan korban tertua 89 dan yang termuda 48 tahun. Hampir 600 orang telah terinfeksi, sebagian besar dari mereka di Wuhan, dan negara-negara di seluruh dunia telah mulai memantau penumpang pesawat yang datang dengan gejala virus corona baru, yang menyebabkan demam, batuk, sulit bernapas dan radang paru-paru.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4452 seconds (0.1#10.140)