WHO Minta Semua Waspada, Wabah Pneumonia Menular Antarmanusia
A
A
A
JENEWA - Alarm peringatan mengenai ancaman wabah pneumonia mulai terdengar nyaring. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertimbangkan untuk mendeklarasikan darurat kesehatan interasional agar negara-negara di dunia meningkatkan kewaspadaan menyusul penularannya yang amat cepat.
Kondisi ini terjadi mengingat perkembangan wabah pneumonia. Jika sebelumnya penyakit tersebut ditularkan lewat binatang, kemarin Kementerian Kesehatan China mengonfirmasi penularan pneumonia yang disebabkan korona virus melalui manusia ke manusia. Fakta ini tentu meningkatkan level ancaman wabah pneumonia.
Temuan kasus baru pneumonia terus bertambah. Berdasarkan laporan Komisi Kesehatan China, hingga kemarin enam orang pengidap dinyatakan meninggal dunia. Selain itu, terdapat lima kasus baru korona virus pneumonia di Beijing, dua kasus di Shanghai, satu kasus di Shen zhen, lima kasus di Zhejiang, dan beberapa kasus di Wen zhou, Zhoushan, Taizhou, dan Hangzhou. Semua pasien baru pulang dari Wuhan tempat awal penyakit ini ditemukan setelah berkunjung lebih dari sehari.
Langkah apa yang bakal dilakukan WHO untuk membendung wabah pneumonia, hingga kemarin belum diketahui. Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut berencana menggelar rapat darurat ini. Kementerian Luar Negeri China juga memastikan akan mengirim delegasi menuju Jenewa, Swiss, untuk mengikuti diskusi dan berbagi informasi.
“Korona virus itu kemungkinan menyebar ke wilayah lain dan mungkin negara lain dalam beberapa hari ke depan,” ungkap Juru Bicara WHO, Tarik Jasarevic, dikutip Reuters .
WHO mengakui, berdasarkan dugaan awal virus itu berasal dari binatang liar. Sejumlah pasien pertama juga merupakan pembeli dan pekerja di pasar yang memperdagangkan daging binatang liar. Namun, WHO mengkhawatirkan beberapa jenis korona virus di dalam tubuh binatang dapat ber evolusi dan menjangkiti manusia. “Dari pola penyebaran di lapangan yang kami terima, saya kira beberapa penularannya jelas terjadi akibat kontak antar manusia. Namun, kami tidak memiliki bukti jelas untuk memastikan hal itu,” ujar Direktur WHO Kawasan Pasifik Barat, Takeshi Kasai, dikutip Bloomberg. “Kami memerlukan informasi tambahan.”
Kekhawatiran PBB bahwa pneumonia bisa menular antarmanusia kemarin resmi terkonfirmasi. Kementerian Kesehatan China memastikan penularan pneumonia yang disebabkan korona virus melalui manusia ke manusia. “Dua kasus infeksi di Provinsi Guandong disebabkan transmisi manusia ke manusia,” kata pakar kesehatan pernafasan dan ketua komisi kesehatan nasional China, Zhong Nashan, dilansir kantor berita Xinhua .
Namun, Zhong menegaskan publik tidak perlu khawatir terulangnya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang menewaskan sekitar 800 orang pada 2002-2003. Menurut dia, hanya dibutuhkan waktu dua pekan untuk mengidentifikasi korona virus yang sebenarnya. “Penularan wabah pneumonia kali ini masih dalam tahap awal. China memiliki sistem karantina dan pencegahan yang baik sehingga bisa mengontrolnya,” ujar Zhong.
Bukti pneumonia bisa menular di antara sesama manusia tampaknya berasal dari temuan lapangan. Berdasarkan temuan Komisi Kesehatan Wuhan, sedikitnya 15 petugas kesehatan juga terinfeksi korona virus diWuhan, seorang di antaranya dalam kondisi kritis. Mereka diyakini terinfeksi setelah berkontak dengan pasien pneumonia. Saat ini mereka dirawat intensif di sebuah ruang isolasi.
Laporan juga menyebut bahwa virus itu menjangkiti hampir 300 orang di China. Neil Ferguson dari Imperial College London bahkan memperkirakan lebih dari 1.700 orang di Wuhan kemungkinan terinfeksi korona virus pneumonia. Kajian itu didasarkan pada kasus yang dilaporkan di luar China pekan lalu. Mereka berasumsi inkubasinya berlangsung 5-6 hari dan baru dapat dideteksi 4-5 hari kemudian.
Merespons kondisi tersebut, Presiden Xi Jinping mendesak seluruh jajarannya, terutama pemerintah daerah, untuk tidak menutupi informasi yang berkaitan dengan wabah tersebut. Setiap pejabat yang melanggar instruksi akan mendapatkan sanksi. “Kami harus mengerahkan seluruh tenaga untuk mengendalikan wabah virus ini. Setiap informasi penting harus disebarkan kepada masyarakat,” ujar Jinping, dikutip BBC.
Senada dengan Jinping, Komisi Hukum dan Politik Partai Komunis juga meminta agar informasi itu dibuka demi menghindari skenario terburuk.
Kemunculan virus itu mengingatkan China atas wabah virus SARS, juga bagian dari keluarga korona virus yang menewaskan 774 orang di berbagai negara pada tahun 2000-an. Saat itu China menutup diri sebelum akhirnya terlambat menyelamatkan warganya yang terinfeksi. “Wabah korona virus mirip SARS ini dapat berkembang menjadi ancaman besar ekonomi di kawasan Asia-Pa sifik, apalagi setelah terungkap dapat menular antar manusia,” ujar Kepala Ekonom IHS Markit, Rajib Biswas. Wabah ini juga terjadi menjelang Tahun Baru Imlek yang biasa menjadi momen liburan dan berwisata.
Penyebaran korona virus pneumonia menaikkan saham perusahaan pembuat obat-obatan di China. Jiangsu Lianjuan Pharmaceutical Co, Shandong Lukang PharmaceuticalCo, dan Shenzhen Neptunus Bioengineering Co mengalami kenaikan 10%. Adapun sektorperhotelan dan pariwisata khawatir akan kian merugi.
Kesiapan Indonesia
Pemerintah Indonesia pun telah siap mengantisipasi penyebaran wabah pneumonia dari China. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siswanto menyebut antisipasi wabah tersebut dilakukan dengan meningkatkan kemampuan mencegah dengan memperbaiki perilaku dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut. “Kemampuan mendeteksi ditingkatkan terutama lewat pintu-pintu masuk negara,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya dukungan kemampuan rumah sakit maupun klinik-klinik. Kemampuan merespons penting kaitannya dengan penanganan layanan kesehatan, dan tentunya harus proporsional sehingga tidak menimbulkan ketakutan. “Kita kan punya laboratorium. Lab-lab nya sederhana, itukan labnya biomonokuler, pemerikaannya dengan PCR, yakni suatu reaksi untuk mengidentifikasi DNA dan RNA. Udah siap itu," jamin Siswanto.
Kepala Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty memastikan laboratorium untuk meng antisipasi new emegency telah siap. “Hingga kini jejaring juga sudah dibentuk, diperkuat, dan di per luas mulai dari universitas, lembaga penelitian dan rumah sakit yang akan membantu mengambil spesimen-spesimen dari kasusyang dicurigai,” ujarnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah menyiagakan seluruh satuan kesehatan di bandara internasional dan pelabuhan, guna mengantisipasi penyebaran pneumonia berat asal China. Kemenkes juga telah memasang thermal detector di bandara internasional dan pelabuhan yang merupakan pintu masuk dari penyebaran pneumonia itu. “Melakukan pengaktifan detektor termal pada semua pe numpang, khususnya yang berasal dari negara tersebut,” katanya. (Muh Shamil/Dana Rafikasari)
Kondisi ini terjadi mengingat perkembangan wabah pneumonia. Jika sebelumnya penyakit tersebut ditularkan lewat binatang, kemarin Kementerian Kesehatan China mengonfirmasi penularan pneumonia yang disebabkan korona virus melalui manusia ke manusia. Fakta ini tentu meningkatkan level ancaman wabah pneumonia.
Temuan kasus baru pneumonia terus bertambah. Berdasarkan laporan Komisi Kesehatan China, hingga kemarin enam orang pengidap dinyatakan meninggal dunia. Selain itu, terdapat lima kasus baru korona virus pneumonia di Beijing, dua kasus di Shanghai, satu kasus di Shen zhen, lima kasus di Zhejiang, dan beberapa kasus di Wen zhou, Zhoushan, Taizhou, dan Hangzhou. Semua pasien baru pulang dari Wuhan tempat awal penyakit ini ditemukan setelah berkunjung lebih dari sehari.
Langkah apa yang bakal dilakukan WHO untuk membendung wabah pneumonia, hingga kemarin belum diketahui. Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut berencana menggelar rapat darurat ini. Kementerian Luar Negeri China juga memastikan akan mengirim delegasi menuju Jenewa, Swiss, untuk mengikuti diskusi dan berbagi informasi.
“Korona virus itu kemungkinan menyebar ke wilayah lain dan mungkin negara lain dalam beberapa hari ke depan,” ungkap Juru Bicara WHO, Tarik Jasarevic, dikutip Reuters .
WHO mengakui, berdasarkan dugaan awal virus itu berasal dari binatang liar. Sejumlah pasien pertama juga merupakan pembeli dan pekerja di pasar yang memperdagangkan daging binatang liar. Namun, WHO mengkhawatirkan beberapa jenis korona virus di dalam tubuh binatang dapat ber evolusi dan menjangkiti manusia. “Dari pola penyebaran di lapangan yang kami terima, saya kira beberapa penularannya jelas terjadi akibat kontak antar manusia. Namun, kami tidak memiliki bukti jelas untuk memastikan hal itu,” ujar Direktur WHO Kawasan Pasifik Barat, Takeshi Kasai, dikutip Bloomberg. “Kami memerlukan informasi tambahan.”
Kekhawatiran PBB bahwa pneumonia bisa menular antarmanusia kemarin resmi terkonfirmasi. Kementerian Kesehatan China memastikan penularan pneumonia yang disebabkan korona virus melalui manusia ke manusia. “Dua kasus infeksi di Provinsi Guandong disebabkan transmisi manusia ke manusia,” kata pakar kesehatan pernafasan dan ketua komisi kesehatan nasional China, Zhong Nashan, dilansir kantor berita Xinhua .
Namun, Zhong menegaskan publik tidak perlu khawatir terulangnya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang menewaskan sekitar 800 orang pada 2002-2003. Menurut dia, hanya dibutuhkan waktu dua pekan untuk mengidentifikasi korona virus yang sebenarnya. “Penularan wabah pneumonia kali ini masih dalam tahap awal. China memiliki sistem karantina dan pencegahan yang baik sehingga bisa mengontrolnya,” ujar Zhong.
Bukti pneumonia bisa menular di antara sesama manusia tampaknya berasal dari temuan lapangan. Berdasarkan temuan Komisi Kesehatan Wuhan, sedikitnya 15 petugas kesehatan juga terinfeksi korona virus diWuhan, seorang di antaranya dalam kondisi kritis. Mereka diyakini terinfeksi setelah berkontak dengan pasien pneumonia. Saat ini mereka dirawat intensif di sebuah ruang isolasi.
Laporan juga menyebut bahwa virus itu menjangkiti hampir 300 orang di China. Neil Ferguson dari Imperial College London bahkan memperkirakan lebih dari 1.700 orang di Wuhan kemungkinan terinfeksi korona virus pneumonia. Kajian itu didasarkan pada kasus yang dilaporkan di luar China pekan lalu. Mereka berasumsi inkubasinya berlangsung 5-6 hari dan baru dapat dideteksi 4-5 hari kemudian.
Merespons kondisi tersebut, Presiden Xi Jinping mendesak seluruh jajarannya, terutama pemerintah daerah, untuk tidak menutupi informasi yang berkaitan dengan wabah tersebut. Setiap pejabat yang melanggar instruksi akan mendapatkan sanksi. “Kami harus mengerahkan seluruh tenaga untuk mengendalikan wabah virus ini. Setiap informasi penting harus disebarkan kepada masyarakat,” ujar Jinping, dikutip BBC.
Senada dengan Jinping, Komisi Hukum dan Politik Partai Komunis juga meminta agar informasi itu dibuka demi menghindari skenario terburuk.
Kemunculan virus itu mengingatkan China atas wabah virus SARS, juga bagian dari keluarga korona virus yang menewaskan 774 orang di berbagai negara pada tahun 2000-an. Saat itu China menutup diri sebelum akhirnya terlambat menyelamatkan warganya yang terinfeksi. “Wabah korona virus mirip SARS ini dapat berkembang menjadi ancaman besar ekonomi di kawasan Asia-Pa sifik, apalagi setelah terungkap dapat menular antar manusia,” ujar Kepala Ekonom IHS Markit, Rajib Biswas. Wabah ini juga terjadi menjelang Tahun Baru Imlek yang biasa menjadi momen liburan dan berwisata.
Penyebaran korona virus pneumonia menaikkan saham perusahaan pembuat obat-obatan di China. Jiangsu Lianjuan Pharmaceutical Co, Shandong Lukang PharmaceuticalCo, dan Shenzhen Neptunus Bioengineering Co mengalami kenaikan 10%. Adapun sektorperhotelan dan pariwisata khawatir akan kian merugi.
Kesiapan Indonesia
Pemerintah Indonesia pun telah siap mengantisipasi penyebaran wabah pneumonia dari China. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siswanto menyebut antisipasi wabah tersebut dilakukan dengan meningkatkan kemampuan mencegah dengan memperbaiki perilaku dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut. “Kemampuan mendeteksi ditingkatkan terutama lewat pintu-pintu masuk negara,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya dukungan kemampuan rumah sakit maupun klinik-klinik. Kemampuan merespons penting kaitannya dengan penanganan layanan kesehatan, dan tentunya harus proporsional sehingga tidak menimbulkan ketakutan. “Kita kan punya laboratorium. Lab-lab nya sederhana, itukan labnya biomonokuler, pemerikaannya dengan PCR, yakni suatu reaksi untuk mengidentifikasi DNA dan RNA. Udah siap itu," jamin Siswanto.
Kepala Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty memastikan laboratorium untuk meng antisipasi new emegency telah siap. “Hingga kini jejaring juga sudah dibentuk, diperkuat, dan di per luas mulai dari universitas, lembaga penelitian dan rumah sakit yang akan membantu mengambil spesimen-spesimen dari kasusyang dicurigai,” ujarnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah menyiagakan seluruh satuan kesehatan di bandara internasional dan pelabuhan, guna mengantisipasi penyebaran pneumonia berat asal China. Kemenkes juga telah memasang thermal detector di bandara internasional dan pelabuhan yang merupakan pintu masuk dari penyebaran pneumonia itu. “Melakukan pengaktifan detektor termal pada semua pe numpang, khususnya yang berasal dari negara tersebut,” katanya. (Muh Shamil/Dana Rafikasari)
(ysw)