Iran Ancam Keluar dari Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengancam pihaknya akan mundur dari Perjanjian Non-Proliferasi (NPT). Zarif menyebut, Teheran akan melakukan hal ini jika masalah nuklir Iran dibawa ke Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Jika orang Eropa melanjutkan perilaku yang tidak pantas atau mengirim file Iran ke Dewan Keamanan, kami akan menarik diri dari NPT," kata Zarif, seperti dilansir Sputnik pada Senin (20/1/2020).
NPT adalah adalah perjanjian internasional yang ditandatangani pada tahun 1968 dan bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan teknologi senjata.
Pernyataan Zarif datang tidak lama setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Seyyed Abbas Mousavi mengatakan, Teheran masih mematuhi kesepakatan nuklir Iran 2015, yang juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Mousavi menyebut tudingan negara-negara Eropa pendandatangan kesepakatan atau E3 sangat tidak berdasar. Ini adalah respon lanjutan atas keputusan E3, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman mengaktifkan klausul mekanisme perselisihan.
Mousavi juga memperjelas bahwa apakah Iran akan semakin mengurangi komitmen nuklirnya akan tergantung pada pihak lain dan apakah kepentingan Iran dijamin berdasarkan kesepakatan tersebut.
"Jika orang Eropa melanjutkan perilaku yang tidak pantas atau mengirim file Iran ke Dewan Keamanan, kami akan menarik diri dari NPT," kata Zarif, seperti dilansir Sputnik pada Senin (20/1/2020).
NPT adalah adalah perjanjian internasional yang ditandatangani pada tahun 1968 dan bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan teknologi senjata.
Pernyataan Zarif datang tidak lama setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Seyyed Abbas Mousavi mengatakan, Teheran masih mematuhi kesepakatan nuklir Iran 2015, yang juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Mousavi menyebut tudingan negara-negara Eropa pendandatangan kesepakatan atau E3 sangat tidak berdasar. Ini adalah respon lanjutan atas keputusan E3, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman mengaktifkan klausul mekanisme perselisihan.
Mousavi juga memperjelas bahwa apakah Iran akan semakin mengurangi komitmen nuklirnya akan tergantung pada pihak lain dan apakah kepentingan Iran dijamin berdasarkan kesepakatan tersebut.
(esn)