Sulit untuk Selamatkan Kesepakatan Nuklir Iran
A
A
A
WASHINGTON - Nader Habibi dari Pusat untuk Studi Timur Tengah di Universitas Brandeis, Amerika Serikat (AS) mengatakan, meski ada upaya dari Eropa, sangat sulit untuk bisa menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran. Kesepakatan itu mulai runtuh saat Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk keluar pada tahun 2018.
"Sangat sulit, karena Eropa, yang menentang penarikan AS dari kesepakatan nuklir sejak awal, mengatakan bahwa mereka akan berusaha mempertahankan mekanisme, menciptakan mekanisme untuk transaksi keuangan dengan Iran, yang disebut Instax," ucap Habibi.
"Tetapi, mekanisme itu belum berhasil, karena AS telah berhasil memblokirnya. Akibatnya, tekanan ekonomi terhadap Iran semakin meningkat," sambungnya, seperti dilansir Sputnik.
Iran, papar Habibi, telah bereaksi dengan mengambil langkah-langkah bertahap untuk melepaskan diri dari kesepakatan tersebut. Dengan kata lain, ucapnya, secara bertahap dan dalam langkah terkecil, Iran berjalan menjauh dari kewajibannya sendiri berdasarkan kesepakatan nuklir.
Habibi menuturkan, hal itu telah dilakukan berkali-kali. Menurut Habibi, Iran telah sering memperingatkan Eropa, bahwa jika Eropa tidak memenuhi janji ekonominya, maka Iran akan berjalan mundur selangkah demi selangkah dari kesepakatan tersebut.
"Kami melihat itu secara berlebihan selama 12 bulan terakhir. Sementara Eropa mengatakan mereka akan mencoba membuat mekanisme, sejauh ini mereka belum berhasil. Jadi, kunci bagi Eropa untuk dapat menyelamatkan kesepakatan nuklir adalah jika mereka dapat mengaktifkan mekanisme Instax untuk transaksi keuangan," paparnya.
"Tetapi, AS mengawasi dengan sangat hati-hati dan memberi banyak tekanan pada negara-negara Eropa untuk tidak melakukan itu, karena AS ingin memastikan tekanan ekonomi terhadap Iran terus berlanjut dan bahkan meningkat. Kami telah menyaksikan bahwa penjualan minyak mentah Iran telah berkurang secara substansial," jelas Habibi.
Dia mengatakan, India dan China, yang merupakan pelanggan utama minyak Irak, bahkan negara-negara tersebut telah mengurangi karena sensitivitas mereka terhadap peringatan AS.
"Jadi Iran sekarang dalam situasi yang sangat sulit dan saya pikir jika Eropa tidak dapat menemukan solusi, Iran akan mengambil lebih banyak langkah-langkah tambahan untuk menjauh dari kewajiban nuklirnya, yang tentu saja merupakan sesuatu yang tidak diinginkan Eropa, karena akan berarti mengaktifkan kembali program pengayaan nuklir Iran," tukasnya.
"Sangat sulit, karena Eropa, yang menentang penarikan AS dari kesepakatan nuklir sejak awal, mengatakan bahwa mereka akan berusaha mempertahankan mekanisme, menciptakan mekanisme untuk transaksi keuangan dengan Iran, yang disebut Instax," ucap Habibi.
"Tetapi, mekanisme itu belum berhasil, karena AS telah berhasil memblokirnya. Akibatnya, tekanan ekonomi terhadap Iran semakin meningkat," sambungnya, seperti dilansir Sputnik.
Iran, papar Habibi, telah bereaksi dengan mengambil langkah-langkah bertahap untuk melepaskan diri dari kesepakatan tersebut. Dengan kata lain, ucapnya, secara bertahap dan dalam langkah terkecil, Iran berjalan menjauh dari kewajibannya sendiri berdasarkan kesepakatan nuklir.
Habibi menuturkan, hal itu telah dilakukan berkali-kali. Menurut Habibi, Iran telah sering memperingatkan Eropa, bahwa jika Eropa tidak memenuhi janji ekonominya, maka Iran akan berjalan mundur selangkah demi selangkah dari kesepakatan tersebut.
"Kami melihat itu secara berlebihan selama 12 bulan terakhir. Sementara Eropa mengatakan mereka akan mencoba membuat mekanisme, sejauh ini mereka belum berhasil. Jadi, kunci bagi Eropa untuk dapat menyelamatkan kesepakatan nuklir adalah jika mereka dapat mengaktifkan mekanisme Instax untuk transaksi keuangan," paparnya.
"Tetapi, AS mengawasi dengan sangat hati-hati dan memberi banyak tekanan pada negara-negara Eropa untuk tidak melakukan itu, karena AS ingin memastikan tekanan ekonomi terhadap Iran terus berlanjut dan bahkan meningkat. Kami telah menyaksikan bahwa penjualan minyak mentah Iran telah berkurang secara substansial," jelas Habibi.
Dia mengatakan, India dan China, yang merupakan pelanggan utama minyak Irak, bahkan negara-negara tersebut telah mengurangi karena sensitivitas mereka terhadap peringatan AS.
"Jadi Iran sekarang dalam situasi yang sangat sulit dan saya pikir jika Eropa tidak dapat menemukan solusi, Iran akan mengambil lebih banyak langkah-langkah tambahan untuk menjauh dari kewajiban nuklirnya, yang tentu saja merupakan sesuatu yang tidak diinginkan Eropa, karena akan berarti mengaktifkan kembali program pengayaan nuklir Iran," tukasnya.
(esn)