Konflik Iran-AS Memanas, PKS: Tak Bisa Diprediksi, Pemerintah Harus Bersikap!
A
A
A
JAKARTA - Konflik antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kian memanas setelah tewasnya Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani. Soleimani tewas dibunuh AS di Baghdad, Iran pada 3 Januari lalu bersama 10 orang lainnya dalam serangan pesawat nirawak.
Tindakan ini memicu aksi balasan dari Iran dengan meluncurkan sejumlah rudal balistik ke pangkalan di Irak yang menampung pasukan AS pada 8 Januari lalu.
Terkait hal ini anggota BKSAP (Badan Kerja Sama Antar Parlemen) DPR RI dari Fraksi PKS, Iskan Qolba, menyampaikan agar pemerintah Indonesia segera ambil sikap atas situasi global saat ini, situasi yang tak bisa diprediksi ini bisa menimbulkan masalah baru bagi Indonesia.
"Lakukan evakuasi WNI ditempat aman, baik itu di negara Irak, Iran dan negara sekitarnya. Pemerintah juga harus segera melakukan tindakan preventif di segala bidang, khususnya di bidang perekonomian, atas situasi global saat ini agar konflik AS-Iran maupun konflik Natuna tidak berdampak pada perekonomian Indonesia,” kata Iskan dalam rilis yang diterima Sindonews, Sabtu (11/1/2020).
Dikatakan oleh Iskan bahwa sebenarnya apa yang dilakukan Presiden AS Donald Trump perbuatan yang tidak bisa ditolerir. Trump memerintahkan langsung pembunuhan terhadap Soleimani di Irak. (Baca: Jenderal Soleimani Dihabisi AS atas Perintah Trump )
"Kunjungan Qassem Soleimani ke Irak merupakan kunjungan resmi delegasi sebuah negara ke negara lain sehingga tindakan Trump merupakan provokasi yang bisa menimbulkan konflik lebih luas," ucap Iskan.
Iskan menambahkan Soleimani dianggap warga negara Iran sebagai martir dan pahlawan.
"Lihat saja dari gegap gempitanya seluruh warga mengantar jenazahnya. Bahkan pimpinan Palestina, Ismail Hanniyah, dari faksi Hamas juga turut hadir di pemakaman Soleimani walaupun ada perbedaan yang jauh terkait ideologi, yang satu Syiah, yang lainnya Sunni, tetapi Palestina tak melupakan bantuan Iran," ujarnya.
Iskan mengatakan ketegangan AS dan Iran mulai memanas, ketika AS yang dipimpin oleh Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015. Trump kemudian menjatuhkan embargo dan pembatasan kerja sama dibidang minyak, mobil, aeronautika dan perbankan pada 2018. Apa yang dilakukan AS membuat perekonomian Iran terdampak sangat buruk.
“Tetapi kalau ada yang mengait-ngaitkannya ke perang dunia ketiga, Saya rasa ini juga terlalu berlebihan. Semua pihak pasti paham betul dengan kondisi keamanan global yang begitu rumit, seperti masalah ekonomi dan tatanan dagang internasional,” jelas Iskan.
Tindakan ini memicu aksi balasan dari Iran dengan meluncurkan sejumlah rudal balistik ke pangkalan di Irak yang menampung pasukan AS pada 8 Januari lalu.
Terkait hal ini anggota BKSAP (Badan Kerja Sama Antar Parlemen) DPR RI dari Fraksi PKS, Iskan Qolba, menyampaikan agar pemerintah Indonesia segera ambil sikap atas situasi global saat ini, situasi yang tak bisa diprediksi ini bisa menimbulkan masalah baru bagi Indonesia.
"Lakukan evakuasi WNI ditempat aman, baik itu di negara Irak, Iran dan negara sekitarnya. Pemerintah juga harus segera melakukan tindakan preventif di segala bidang, khususnya di bidang perekonomian, atas situasi global saat ini agar konflik AS-Iran maupun konflik Natuna tidak berdampak pada perekonomian Indonesia,” kata Iskan dalam rilis yang diterima Sindonews, Sabtu (11/1/2020).
Dikatakan oleh Iskan bahwa sebenarnya apa yang dilakukan Presiden AS Donald Trump perbuatan yang tidak bisa ditolerir. Trump memerintahkan langsung pembunuhan terhadap Soleimani di Irak. (Baca: Jenderal Soleimani Dihabisi AS atas Perintah Trump )
"Kunjungan Qassem Soleimani ke Irak merupakan kunjungan resmi delegasi sebuah negara ke negara lain sehingga tindakan Trump merupakan provokasi yang bisa menimbulkan konflik lebih luas," ucap Iskan.
Iskan menambahkan Soleimani dianggap warga negara Iran sebagai martir dan pahlawan.
"Lihat saja dari gegap gempitanya seluruh warga mengantar jenazahnya. Bahkan pimpinan Palestina, Ismail Hanniyah, dari faksi Hamas juga turut hadir di pemakaman Soleimani walaupun ada perbedaan yang jauh terkait ideologi, yang satu Syiah, yang lainnya Sunni, tetapi Palestina tak melupakan bantuan Iran," ujarnya.
Iskan mengatakan ketegangan AS dan Iran mulai memanas, ketika AS yang dipimpin oleh Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015. Trump kemudian menjatuhkan embargo dan pembatasan kerja sama dibidang minyak, mobil, aeronautika dan perbankan pada 2018. Apa yang dilakukan AS membuat perekonomian Iran terdampak sangat buruk.
“Tetapi kalau ada yang mengait-ngaitkannya ke perang dunia ketiga, Saya rasa ini juga terlalu berlebihan. Semua pihak pasti paham betul dengan kondisi keamanan global yang begitu rumit, seperti masalah ekonomi dan tatanan dagang internasional,” jelas Iskan.
(ian)