Arab Saudi Tangkap 208 Orang karena Pakaian Tak Sopan dan Pelecehan
A
A
A
RIYADH - Polisi Arab Saudi telah menangkap sekitar 208 orang karena mengenakan pakaian yang tidak sopan dan terlibat pelecehan. Ini merupakan tindakan keras pertama sejak kerajaan ultra-konservatif ini mulai melonggarkan norma sosial.
Sekitar 120 pria dan wanita ditangkap selama seminggu terakhir karena menyinggung moral publik, termasuk mengenakan pakaian yang tidak pantas. Demikian pengumuman polisi Riyadh dalam serangkaian pernyataan di Twitter.
Sebanyak 88 orang lainnya ditangkap dalam berbagai kasus pelecehan. Penangkapan massal ini berlangsung setelah beberapa perempuan mengeluh di media sosial bahwa mereka dilecehkan dalam festival musik MDL Beast di Riyadh awal bulan ini.
Festival musik elektronik—yang dihadiri puluhan ribu penggemar—disebut penyelenggara sebagai yang terbesar yang pernah diselenggarakan di Kerajaan Arab Saudi.
Polisi tidak merinci lebih lanjut tentang kasus penangkapan ratusan orang itu, termasuk durasi penahanan mereka.
Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi mulai melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan itu, termasuk mencabut larangan bioskop dan perempuan mengemudi, konser dengan penonton pria-wanita berbaur dan ekstravaganza olahraga.
Norma-norma sosial yang santai telah disambut oleh banyak orang Saudi, dua pertiganya berusia di bawah 30 tahun.
Namun pada bulan September, Arab Saudi mengatakan akan menghukum pelanggaran "kesopanan publik", termasuk mengenakan pakaian tidak sopan dan mengumbar kemesraan di depan umum. Pengumuman ini muncul setelah kerajaan itu mulai mengeluarkan visa turis untuk pertama kalinya.
Otoritas pariwisata Arab Saudi dalam panduan di situs webnya mengatakan pria dan wanita harus menghindari "pakaian ketat" atau pakaian dengan "bahasa profan atau bergambar".
"Wanita harus menutupi bahu dan lutut di depan umum," imbuh panduan tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (30/12/2019).
Pedoman kesopanan publik pertama kali disetujui oleh kabinet pada bulan April. Pedoman itu secara luas dianggap tidak jelas dan telah memicu kekhawatiran publik. Pedoman itu memicu kekhawatiran akan kebangkitan kembali kebijakan moral yang pernah diterapkan kerajaan selama beberapa dekade.
Polisi agama Arab Saudi pernah memunculkan ketakutan yang meluas karena kerap mengusir pria dan wanita keluar dari mal dan memaki siapa pun yang terlihat berbaur dengan lawan jenis.
Tetapi kekuasaaan para penegak moralitas publik itu dipangkas dalam beberapa tahun terakhir, dan sekarang sebagian besar tidak terlihat di depan publik.
Sekitar 120 pria dan wanita ditangkap selama seminggu terakhir karena menyinggung moral publik, termasuk mengenakan pakaian yang tidak pantas. Demikian pengumuman polisi Riyadh dalam serangkaian pernyataan di Twitter.
Sebanyak 88 orang lainnya ditangkap dalam berbagai kasus pelecehan. Penangkapan massal ini berlangsung setelah beberapa perempuan mengeluh di media sosial bahwa mereka dilecehkan dalam festival musik MDL Beast di Riyadh awal bulan ini.
Festival musik elektronik—yang dihadiri puluhan ribu penggemar—disebut penyelenggara sebagai yang terbesar yang pernah diselenggarakan di Kerajaan Arab Saudi.
Polisi tidak merinci lebih lanjut tentang kasus penangkapan ratusan orang itu, termasuk durasi penahanan mereka.
Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi mulai melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan itu, termasuk mencabut larangan bioskop dan perempuan mengemudi, konser dengan penonton pria-wanita berbaur dan ekstravaganza olahraga.
Norma-norma sosial yang santai telah disambut oleh banyak orang Saudi, dua pertiganya berusia di bawah 30 tahun.
Namun pada bulan September, Arab Saudi mengatakan akan menghukum pelanggaran "kesopanan publik", termasuk mengenakan pakaian tidak sopan dan mengumbar kemesraan di depan umum. Pengumuman ini muncul setelah kerajaan itu mulai mengeluarkan visa turis untuk pertama kalinya.
Otoritas pariwisata Arab Saudi dalam panduan di situs webnya mengatakan pria dan wanita harus menghindari "pakaian ketat" atau pakaian dengan "bahasa profan atau bergambar".
"Wanita harus menutupi bahu dan lutut di depan umum," imbuh panduan tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (30/12/2019).
Pedoman kesopanan publik pertama kali disetujui oleh kabinet pada bulan April. Pedoman itu secara luas dianggap tidak jelas dan telah memicu kekhawatiran publik. Pedoman itu memicu kekhawatiran akan kebangkitan kembali kebijakan moral yang pernah diterapkan kerajaan selama beberapa dekade.
Polisi agama Arab Saudi pernah memunculkan ketakutan yang meluas karena kerap mengusir pria dan wanita keluar dari mal dan memaki siapa pun yang terlihat berbaur dengan lawan jenis.
Tetapi kekuasaaan para penegak moralitas publik itu dipangkas dalam beberapa tahun terakhir, dan sekarang sebagian besar tidak terlihat di depan publik.
(mas)