Perjuangan Pemimpin Suku Amazon Melawan Perubahan Iklim

Senin, 30 Desember 2019 - 00:01 WIB
Perjuangan Pemimpin...
Perjuangan Pemimpin Suku Amazon Melawan Perubahan Iklim
A A A
PARIS - Sejumlah pemimpin suku Amazon yang turut tergabung dalam Koordinator Organisasi Masyarakat Adat di Sungai Amazon (COICA) berkumpul di Madrid, Spanyol untuk memperjuangkan upaya melawan perubahan iklim. Mereka datang ke Madrid untuk mendatangi Konfrensi Iklim PBB atau COP25.

"Dua puluh tahun yang lalu, kami melakukan protes di jalan. Sekarang kita berada di COP25 sebagai pengamat, meskipun tanpa pemungutan suara formal," jelas Gregorio Diaz Mirabal, kepala koordinator COICA.

Berjalan cepat melalui pusat konferensi, Mirabal berbicara secepat dia bergerak, dengan suasana seseorang yang tahu bahwa waktu adalah hal yang paling penting dan yang bertekad memanfaatkan peluang ini untuk menyampaikan pesannya kepada pemimpin global.

"Tetapi masalahnya adalah bahwa sementara kita (para pemimpin adat) mendiskusikan (di antara kita sendiri) kita tidak dapat berbicara dengan pemerintah. Mereka sedang bernegosiasi di ruangan lain dan kita tidak tahu apa yang mereka bicarakan," katanya.

Mirabal menghabiskan tiga bulan sebelum dia tiba di Spanyol. Dia sempat melakukan pertemuan dengan para politisi di Norwegia dan Jerman untuk meminta agar industri ekstraktif mereka berhenti berinvestasi di negara-negara Amerika Latin.

Sebelum itu, ia diundang oleh Paus Francis untuk mewakili masyarakat adat di Sinode, yang mengakui krisis lingkungan yang dihadapi lembah sungai Amazon dan penduduk asli.

Ketika kelompoknya mulai bekerja dengan paus, Mirabal mengatakan, dia menyadari betapa besar pengaruh yang dimiliki pemimpin Gereja Katolik.

"Biasanya, ketika 300 pemimpin adat mati, itu tidak dianggap berita, sama dengan rusaknya hutan atau hilangnya spesies. Tetapi ketika paus mengatakan sesuatu, jutaan orang mendengarkan pesannya," ujarnya.

"Paus sangat ingin mendengar tentang bagaimana Gereja Katolik dapat bekerja dengan orang-orang Amazon. COICA mengusulkan agar Gereja menjadi sekutu dan membantu untuk mengecam kejahatan yang dilakukan terhadap lingkungan kawasan dan orang-orangnya, daripada sekadar menginjil di wilayah tersebut," sambungnya.

COP25 sendiri telah berakhir pada pertengahan Desember dan sayangnya tidak ada kesepakatan siginifikan dalam konferensi yang berlangsung semalam kurang lebih dua pekan tersebut.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2004 seconds (0.1#10.140)