Islamophobia, Masalah Endemik Partai Konservatif Inggris

Minggu, 29 Desember 2019 - 07:01 WIB
Islamophobia, Masalah Endemik Partai Konservatif Inggris
Islamophobia, Masalah Endemik Partai Konservatif Inggris
A A A
LONDON - Para pengamat di Inggris menyebut Partai Konservatif negara itu memiliki masalah endemik dengan Islamophobia. Kegagalan mereka untuk menghadapinya telah memungkinkan budaya intoleransi dan kebencian terhadap kaum Muslim di negara itu.

"Ada epidemi Islamofobia di Partai Konservatif. Perlu ada penyelidikan penuh dan mendesak oleh Komisi Kesetaraan dan HAM. Sangat memalukan bahwa ini belum terjadi," ucap Waqas Tufail, seorang pengamat dari Universitas Leeds Beckett.

Melansir Al Jazeera, selama setahun terakhir, politisi dan anggota Partai Konservatif telah mengunggah retorika anti-Muslim di media sosial, mendorong tuduhan bahwa Islamophobia lazim di semua tingkatan, dari perwakilan lokal hingga eselon puncak partai.

Dalam sebuah laporan investigasi yang diterbitkan oleh The Guardian, lusinan mantan dan anggota aktif dewan Tory ditemukan menyebut Muslim sebagai "barbar" dan "musuh di dalam", dan menyerukan agar keberadaan masjid dilarang.

Partai Konservatif mengatakan, mereka telah menangguhkan anggota dewan yang masih aktif dan mengatakan akan membuka penyelidikan atas tindakan mereka. "Partai Konservatif tidak akan pernah berpihak pada prasangka dan diskriminasi dalam bentuk apa pun," kata partai itu dalam sebuah pernyataan.

Tetapi Dewan Muslim Inggris (MCB) menuduh kaum Konservatif memiliki "titik buta" ketika berhadapan dengan rasisme anti-Muslim dalam jajarannya. "Sangat jelas bagi banyak Muslim, bahwa Partai Konservatif mentoleransi Islamophobia, membiarkannya berkembang di masyarakat, dan gagal menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk membasmi jenis rasisme ini," kata MCB dalam sebuah pernyataan bulan lalu.

Pemimpin Partai Konservatif, Boris Johnson, telah menolak untuk meminta maaf atas komentar terkenalnya tentang wanita Muslim, dengan mengatakan bahwa mereka dikeluarkan dari konteks. Dalam sebuah artikel yang ditulis untuk Telegraph tahun lalu, Johnson membandingkan wanita yang mengenakan burka dengan "kotak surat" dan "perampok bank".

Menurut kelompok pemantau Tell MAMA, kejahatan rasial terhadap wanita Muslim meningkat 375 persen pada minggu pertama setelah artikel itu terbit, lonjakan terbesar dalam serangan anti-Muslim pada tahun 2018.

Johnson, yang memiliki sejarah membuat komentar rasis, juga mundur dari janji untuk meluncurkan penyelidikan khusus ke Islamophobia. Ia mengatakan, bahwa partai itu akan memiliki penyelidikan umum terhadap prasangka segala macam, termasuk antisemitisme.

Kepala urusan publik MCB, Zainab Gulamali mengatakan, keberadaan Johnson sebagai pemimpin Partai Konservatif memungkinkan budaya kebencian yang beracun ini bercokol. Gulmali menyebut, Johnson harus menyadari bahwa kata-kata memiliki tindakan.

"Kita membutuhkan penyelidikan mandiri tentang Islamofobia (untuk menilai) skala masalah. Penyelidikan luas tentang rasisme tidak baik. Rasisme, dari mana pun asalnya dari kiri atau kanan, tidak dapat diterima. Apa yang dilakukan sekarang tidaklah cukup," ujarnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5319 seconds (0.1#10.140)