Kapal Induk China Beraksi di Selat Taiwan, AS Keluarkan Peringatan
A
A
A
WASHINGTON - Aksi pamer kekuatan kapal induk Shandong dan beberapa kapal fregat Angkatan Laut China di Selat Taiwan tak hanya menuai reaksi negatif dari Taipei. Washington yang selama ini memihak pulau yang memerintah sendiri itu mengeluarkan peringatan kepada Beijing untuk tidak melakukan pemaksaan.
Shandong adalah kapal induk pertama yang dibuat di dalam negeri China . Kapal tersebut beserta beberapa kapal fregat berlayar di Selat Taiwan pada hari Kamis, yang oleh pengamat pertahanan dianggap sebagai aksi unjuk kekuatan terhadap Taipei.
Kapal raksasa itu muncul hampir dua minggu menjelang pemilihan presiden Taiwan . "Ancaman militer seperti ini hanya memperkuat tekad Taiwan untuk mempertahankan diri dan menjaga perdamaian dan stabilitas regional," kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu di Twitter.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat mengeluarkan peringatan kepada China untuk menjauhkan diri dari aksi pemaksaan yang akan membahayakan keamanan, atau sistem sosial atau ekonomi, dari orang-orang di Taiwan. (Baca: Kapal Induk Shandong China Unjuk Kekuatan di Selat Taiwan )
"Amerika Serikat memiliki minat yang dalam dan taat pada perdamaian dan stabilitas lintas selat. Taiwan adalah mitra yang dapat diandalkan, role model yang demokratis, dan kekuatan untuk kebaikan di dunia," bunyi pernyataan departemen tersebut, seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (28/12/2019).
"Kami mendorong pihak berwenang di Beijing dan Taipei untuk terlibat dalam dialog konstruktif yang mencari resolusi damai (dari) perbedaan yang dapat diterima oleh orang-orang dari kedua sisi Selat Taiwan," lanjut pernyataan tersebut. Selat itu merupakan jalur perairan yang memisahkan Taiwan dengan daratan China.
Beijing sampai saat ini menganggap Taiwan sebagai wilayah China yang membangkang dan mengklaim berhak untuk menyatukannya kembali dengan daratan China termasuk dengan menggunakan kekuatan militer.
Aksi kapal induk Shandong berlangsung hanya beberapa hari setelah Presiden China Xi Jinping mencaci pernyataan AS baru-baru ini tentang Taiwan, Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet. "Kata-kata mereka merupakan gangguan dalam urusan dalam negeri China, merusak kepentingan China dan tidak sejalan dengan saling percaya (dalam hubungan) bilateral dan kerja sama," kata Xi.
Sebelum itu, pada November lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengeluarkan pernyataan kepada pasukan Angkatan Laut AS dan Jepang terkait pelayaran serupa yang dilakukan oleh Shandong melalui Selat Taiwan.
"Saya ingin mencatat bahwa detasemen kapal perang China melakukan latihan rutin di depan pintu negara, dan tidak perlu membuat keributan tentang hal itu," katanya pada saat itu.
"Kami menuntut agar pihak-pihak terkait sepenuhnya menghentikan segala gangguan dalam kegiatan militer China yang biasa."
Shandong adalah kapal induk pertama yang dibuat di dalam negeri China . Kapal tersebut beserta beberapa kapal fregat berlayar di Selat Taiwan pada hari Kamis, yang oleh pengamat pertahanan dianggap sebagai aksi unjuk kekuatan terhadap Taipei.
Kapal raksasa itu muncul hampir dua minggu menjelang pemilihan presiden Taiwan . "Ancaman militer seperti ini hanya memperkuat tekad Taiwan untuk mempertahankan diri dan menjaga perdamaian dan stabilitas regional," kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu di Twitter.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat mengeluarkan peringatan kepada China untuk menjauhkan diri dari aksi pemaksaan yang akan membahayakan keamanan, atau sistem sosial atau ekonomi, dari orang-orang di Taiwan. (Baca: Kapal Induk Shandong China Unjuk Kekuatan di Selat Taiwan )
"Amerika Serikat memiliki minat yang dalam dan taat pada perdamaian dan stabilitas lintas selat. Taiwan adalah mitra yang dapat diandalkan, role model yang demokratis, dan kekuatan untuk kebaikan di dunia," bunyi pernyataan departemen tersebut, seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (28/12/2019).
"Kami mendorong pihak berwenang di Beijing dan Taipei untuk terlibat dalam dialog konstruktif yang mencari resolusi damai (dari) perbedaan yang dapat diterima oleh orang-orang dari kedua sisi Selat Taiwan," lanjut pernyataan tersebut. Selat itu merupakan jalur perairan yang memisahkan Taiwan dengan daratan China.
Beijing sampai saat ini menganggap Taiwan sebagai wilayah China yang membangkang dan mengklaim berhak untuk menyatukannya kembali dengan daratan China termasuk dengan menggunakan kekuatan militer.
Aksi kapal induk Shandong berlangsung hanya beberapa hari setelah Presiden China Xi Jinping mencaci pernyataan AS baru-baru ini tentang Taiwan, Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet. "Kata-kata mereka merupakan gangguan dalam urusan dalam negeri China, merusak kepentingan China dan tidak sejalan dengan saling percaya (dalam hubungan) bilateral dan kerja sama," kata Xi.
Sebelum itu, pada November lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengeluarkan pernyataan kepada pasukan Angkatan Laut AS dan Jepang terkait pelayaran serupa yang dilakukan oleh Shandong melalui Selat Taiwan.
"Saya ingin mencatat bahwa detasemen kapal perang China melakukan latihan rutin di depan pintu negara, dan tidak perlu membuat keributan tentang hal itu," katanya pada saat itu.
"Kami menuntut agar pihak-pihak terkait sepenuhnya menghentikan segala gangguan dalam kegiatan militer China yang biasa."
(mas)