Sirene Darurat Palsu Picu Kepanikan di Pangkalan AS Dekat Korut
A
A
A
SEOUL - Kepanikan mendadak melanda pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel) setelah sebuah sirene darurat secara tidak sengaja berbunyi. Insiden ini terjadi ditengah ancaman "hadiah Natal" dari Korea Utara (Korut) untuk AS.
Juru bicara Divisi Infanteri ke-2 Angkatan Darat AS, Letnan Kolonel Martyn Crighton, menyalahkan kesalahan manusia atas insiden tersebut. Ia mengatakan seharusnya yang diputar adalah Taps, lagu terompet bugler melankolis yang kerap didengar saat pemakaman militer. Ini adalah kebiasaan yang berlaku di setiap instalasi Angkatan Darat AS untuk mengakhiri hari.
Namun yang terjadi adalah suara sirene darurat yang berbunyi di seluruh Camp Casey, pangkalan Angkatan Darat AS terdekat dengan perbatasan Korut dan kemungkinan target utama serangan rudal jika terjadi serangan.
Insiden itu membuat bingung tentara AS yang ada di pangkalan. Dalam rangkaian postingan di Reddit sesaat setelah insiden itu, tentara AS "gusar" dan beberapa dari mereka berlari melalui aula dengan seragam penuh sebelum akhirnya menyadari jika itu sebuah kesalahan.
"Suara sirene yang biasa disebut sirene serangan udara. Itu salah satu fungsinya adalah antara lain untuk secara umum memperingatkan tentara untuk memulai prosedur siaga," terangnya.
"Prajurit segera diberitahu tentang kesalahan itu, dan langkah-langkah kontrol dilakukan untuk memastikan hal itu tidak terulang," kata Crighton, meskipun ia tidak mengatakan berapa banyak waktu yang dibutuhkan antara alarm palsu dan pemberitahuan kesalahan seperti dilansir dari The Washington Post, Sabtu (28/12/2019).
Beberapa saat setelah kejadian itu, U.S. Army WTF! moments, sebuah tempat nongkrong digital yang populer untuk para prajurit, memposting sebuah video yang katanya diterima dari seorang tentara di Camp Casey. Crighton mengatakan ia tidak bisa mengonfirmasi kebenaran video tersebut.
Meskipun tidak jelas bagaimana insiden pada Kamis lalu itu terjadi, namun insiden itu mirip dengan insiden 2018 lalu di Hawaii. Saat itu, seorang operator manajemen darurat tidak sengaja memperingatkan wilayah itu serangan rudal nuklir akan segera terjadi ditengah ketegangan meningkat dengan Korut. (Baca: Peringatan Palsu Hawaii Diserang Rudal, Publik Ketakutan )
Awal bulan ini, rezim Korut telah memberi AS batas waktu sampai akhir tahun untuk membatalkan "kebijakan bermusuhan" dan memperbaiki pendekatannya terhadap pembicaraan denuklirisasi atau akan menghadapi ancaman Natal yang tidak menyenangkan.
Seperti yang dilaporkan The Washington Post Simon Denyer, Wakil Menteri Luar Negeri Korut yang bertanggung jawab atas urusan AS, Ri Thae Song, mengecam pemerintahan Trump pada awal Desember. Ia mengatakan dialog dengan Amerika Serikat tidak lain adalah "trik bodoh."
Ri kemudian mengingatkan AS tentang tenggat waktu yang semakin dekat, secara efektif mengulangi ancaman terselubung untuk melanjutkan tes rudal jarak jauh.
"DPRK telah melakukan yang terbaik dengan kegigihan maksimum untuk tidak mundur dari langkah-langkah penting yang telah diambil atas inisiatifnya sendiri," katanya menggunakan akronim dari nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Apa yang harus dilakukan sekarang adalah opsi AS, dan sepenuhnya terserah AS hadiah Natal apa yang akan dipilih untuk didapatkan," imbuhnya dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita Korut, Korea Central News Agency (KCNA). (Baca: Korut: Terserah Amerika Serikat Mau Hadiah Natal Apa? )
Juru bicara Divisi Infanteri ke-2 Angkatan Darat AS, Letnan Kolonel Martyn Crighton, menyalahkan kesalahan manusia atas insiden tersebut. Ia mengatakan seharusnya yang diputar adalah Taps, lagu terompet bugler melankolis yang kerap didengar saat pemakaman militer. Ini adalah kebiasaan yang berlaku di setiap instalasi Angkatan Darat AS untuk mengakhiri hari.
Namun yang terjadi adalah suara sirene darurat yang berbunyi di seluruh Camp Casey, pangkalan Angkatan Darat AS terdekat dengan perbatasan Korut dan kemungkinan target utama serangan rudal jika terjadi serangan.
Insiden itu membuat bingung tentara AS yang ada di pangkalan. Dalam rangkaian postingan di Reddit sesaat setelah insiden itu, tentara AS "gusar" dan beberapa dari mereka berlari melalui aula dengan seragam penuh sebelum akhirnya menyadari jika itu sebuah kesalahan.
"Suara sirene yang biasa disebut sirene serangan udara. Itu salah satu fungsinya adalah antara lain untuk secara umum memperingatkan tentara untuk memulai prosedur siaga," terangnya.
"Prajurit segera diberitahu tentang kesalahan itu, dan langkah-langkah kontrol dilakukan untuk memastikan hal itu tidak terulang," kata Crighton, meskipun ia tidak mengatakan berapa banyak waktu yang dibutuhkan antara alarm palsu dan pemberitahuan kesalahan seperti dilansir dari The Washington Post, Sabtu (28/12/2019).
Beberapa saat setelah kejadian itu, U.S. Army WTF! moments, sebuah tempat nongkrong digital yang populer untuk para prajurit, memposting sebuah video yang katanya diterima dari seorang tentara di Camp Casey. Crighton mengatakan ia tidak bisa mengonfirmasi kebenaran video tersebut.
Meskipun tidak jelas bagaimana insiden pada Kamis lalu itu terjadi, namun insiden itu mirip dengan insiden 2018 lalu di Hawaii. Saat itu, seorang operator manajemen darurat tidak sengaja memperingatkan wilayah itu serangan rudal nuklir akan segera terjadi ditengah ketegangan meningkat dengan Korut. (Baca: Peringatan Palsu Hawaii Diserang Rudal, Publik Ketakutan )
Awal bulan ini, rezim Korut telah memberi AS batas waktu sampai akhir tahun untuk membatalkan "kebijakan bermusuhan" dan memperbaiki pendekatannya terhadap pembicaraan denuklirisasi atau akan menghadapi ancaman Natal yang tidak menyenangkan.
Seperti yang dilaporkan The Washington Post Simon Denyer, Wakil Menteri Luar Negeri Korut yang bertanggung jawab atas urusan AS, Ri Thae Song, mengecam pemerintahan Trump pada awal Desember. Ia mengatakan dialog dengan Amerika Serikat tidak lain adalah "trik bodoh."
Ri kemudian mengingatkan AS tentang tenggat waktu yang semakin dekat, secara efektif mengulangi ancaman terselubung untuk melanjutkan tes rudal jarak jauh.
"DPRK telah melakukan yang terbaik dengan kegigihan maksimum untuk tidak mundur dari langkah-langkah penting yang telah diambil atas inisiatifnya sendiri," katanya menggunakan akronim dari nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Apa yang harus dilakukan sekarang adalah opsi AS, dan sepenuhnya terserah AS hadiah Natal apa yang akan dipilih untuk didapatkan," imbuhnya dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita Korut, Korea Central News Agency (KCNA). (Baca: Korut: Terserah Amerika Serikat Mau Hadiah Natal Apa? )
(ian)